Hitstat

14 October 2016

1 Yohanes - Minggu 8 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 2:3-6
Doa baca: 1 Yoh. 2:6
Siapa yang mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.


Kita tidak mengenal Allah hanya secara objektif, doktrinal semata. Sebagai orang yang telah dilahirkan dari Allah dan yang memiliki hayat Allah, kita mengenal Dia tidak hanya secara objektif, tetapi khususnya kita mengenal Dia secara subjektif dan pengalaman.

Karena kita mengenal Allah secara demikian, kita tidak dapat mengatakan hal-hal tertentu, melakukan hal-hal tertentu, atau pergi ke tempat-tempat tertentu. Orang lain bahkan memfitnah dan menuduh kita dengan tidak benar. Akan tetapi, karena kita mengenal Allah secara subjektif, sering kali kita tidak mempunyai satu keinginan untuk membenarkan diri sendiri atau membantah untuk membela diri. Tidak peduli apa yang dikatakan orang lain, kita tahu bahwa kita mempunyai hayat ilahi. Kita mempunyai Allah di dalam kita sebagai hayat dan sifat kita. Akhirnya, Orang yang berhuni ini akan diekspresikan di dalam karakter dan sikap kita. Dengan demikianlah kita mengenal Allah secara pengalaman, dan pengenalan ini adalah satu tanda yang kuat bahwa kita ada di dalam Dia dan bersatu dengan Dia.

Berada di dalam Kristus adalah permulaan hidup kristiani; Allahlah yang melakukan hal ini sekali untuk selamanya (1 Kor. 1:30). Tinggal di dalam Kristus adalah kelanjutan kehidupan kristiani, adalah tanggung jawab kita dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan yang merupakan kembaran hidup Kristus di bumi.

Karena Allah telah meletakkan kita di dalam Kristus sekali untuk selamanya, maka kita sekarang harus memikul tanggung jawab untuk tinggal di dalam Dia. Tinggal di dalam Dia sebenarnya adalah mempunyai persekutuan dengan Dia. Di pihak negatifnya, kita dituntut untuk menanggulangi dosa­dosa kita; di pihak positif, kita dituntut menuruti firman-Nya.

Ketika kita tinggal di dalam Tuhan, mempunyai persekutuan dengan Dia, dengan spontan menghasilkan kasih terhadap Allah dan terhadap saudara. Karena itu, syarat yang kedua, tuntutan yang kedua dari persekutuan adalah kita mengasihi Allah dan saudara.
Dalam bahasa Yunani kata "kasih" dalam ayat 5 adalah "agape". Kata ini menyatakan satu kasih yang lebih tinggi dan lebih terhormat daripada phileo (kasih manusia). Dalam ayat ini "kasih Allah" menyatakan kasih kita terhadap Allah, yang dihasilkan oleh kasih-Nya di dalam kita. Kasih Allah, firman Tuhan, dan diri Allah, semuanya saling berhubungan. Jika kita menuruti firman Tuhan, kasih Allah sudah disempurnakan di dalam kita. Ini sepenuhnya merupakan perkara hayat ilahi, yaitu diri Allah sendiri.

Kasih Allah adalah esens batini-Nya, dan firman Tuhan menyuplai kita dengan esens ilahi ini, yang dengannya kita mengasihi saudara. Firman sendiri bukanlah esens atau substansi ini. Firman adalah sesuatu yang menyampaikan esens ini dan menyuplaikannya kepada kita. Karena itu, firman menyuplai kita dengan esens Allah, yang adalah kasih ilahi. Akibatnya, kita mempunyai sesuatu yang nyata di dalam kita agar kita dapat mengambil bagian di dalamnya dan menikmatinya. Ini berarti akhirnya esens Allah menjadi kenikmatan kita. Kemudian dari kenikmatan ini akan keluar satu hasil – kasih kita terhadap Allah dan anak-anak-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 16

No comments: