Pembacaan
Alkitab: 1 Yoh. 2:3-6
Doa baca: 1 Yoh. 2:6
Siapa yang mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia
wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Kita
tidak mengenal Allah hanya secara objektif, doktrinal semata. Sebagai
orang yang telah dilahirkan dari Allah dan yang memiliki hayat Allah, kita
mengenal Dia tidak hanya secara objektif, tetapi khususnya kita mengenal Dia
secara subjektif dan pengalaman.
Karena
kita mengenal Allah secara demikian, kita tidak dapat mengatakan hal-hal
tertentu, melakukan hal-hal tertentu, atau pergi ke tempat-tempat tertentu.
Orang lain bahkan memfitnah dan menuduh kita dengan tidak benar. Akan tetapi,
karena kita mengenal Allah secara subjektif, sering kali kita tidak mempunyai
satu keinginan untuk membenarkan diri sendiri atau membantah untuk membela
diri. Tidak peduli apa yang dikatakan orang lain, kita tahu bahwa kita
mempunyai hayat ilahi. Kita mempunyai Allah di dalam kita sebagai hayat dan
sifat kita. Akhirnya, Orang yang berhuni ini akan diekspresikan di dalam
karakter dan sikap kita. Dengan demikianlah kita mengenal Allah secara
pengalaman, dan pengenalan ini adalah satu tanda yang kuat bahwa kita ada di
dalam Dia dan bersatu dengan Dia.
Berada
di dalam Kristus adalah permulaan hidup kristiani; Allahlah yang melakukan hal
ini sekali untuk selamanya (1 Kor. 1:30). Tinggal di dalam Kristus adalah
kelanjutan kehidupan kristiani, adalah tanggung jawab kita dalam kehidupan
sehari-hari, kehidupan yang merupakan kembaran hidup Kristus di bumi.
Karena
Allah telah meletakkan kita di dalam Kristus sekali untuk selamanya, maka kita
sekarang harus memikul tanggung jawab untuk tinggal di dalam Dia. Tinggal di
dalam Dia sebenarnya adalah mempunyai persekutuan dengan Dia. Di pihak
negatifnya, kita dituntut untuk menanggulangi dosadosa kita; di pihak positif,
kita dituntut menuruti firman-Nya.
Ketika
kita tinggal di dalam Tuhan, mempunyai persekutuan dengan Dia, dengan spontan menghasilkan
kasih terhadap Allah dan terhadap saudara. Karena itu, syarat yang kedua,
tuntutan yang kedua dari persekutuan adalah kita mengasihi Allah dan saudara.
Dalam
bahasa Yunani kata "kasih" dalam ayat 5 adalah "agape".
Kata ini menyatakan satu kasih yang lebih tinggi dan lebih terhormat daripada
phileo (kasih manusia). Dalam ayat ini "kasih Allah" menyatakan kasih
kita terhadap Allah, yang dihasilkan oleh kasih-Nya di dalam kita. Kasih Allah,
firman Tuhan, dan diri Allah, semuanya saling berhubungan. Jika kita menuruti
firman Tuhan, kasih Allah sudah disempurnakan di dalam kita. Ini sepenuhnya
merupakan perkara hayat ilahi, yaitu diri Allah sendiri.
Kasih
Allah adalah esens batini-Nya, dan firman Tuhan menyuplai kita dengan esens
ilahi ini, yang dengannya kita mengasihi saudara. Firman sendiri bukanlah esens
atau substansi ini. Firman adalah sesuatu yang menyampaikan esens ini dan
menyuplaikannya kepada kita. Karena itu, firman menyuplai kita dengan esens
Allah, yang adalah kasih ilahi. Akibatnya, kita mempunyai sesuatu yang nyata di
dalam kita agar kita dapat mengambil bagian di dalamnya dan menikmatinya. Ini
berarti akhirnya esens Allah menjadi kenikmatan kita. Kemudian dari kenikmatan
ini akan keluar satu hasil – kasih kita terhadap Allah dan anak-anak-Nya.
No comments:
Post a Comment