Pembacaan
Alkitab: 1 Yoh. 2:3-6
Doa baca: 1 Yoh. 2:5
Tetapi siapa yang menuruti firman-Nya, di dalam orang
itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita
ada di dalam Dia.
Bagaimana
kita dapat membuktikan bahwa kita ada di dalam Allah Tritunggal? Apakah
tandanya bahwa kita benar-benar di dalam Dia? Tanda pertama yang menunjukkan
kita ada di dalam Dia adalah kita mengenal Allah secara pengalaman dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Ketika
Yohanes berbicara mengenai mengenal Allah (ayat 3), dia berbicara tentang
mengenal Dia tidak secara doktrinal, melainkan secara pengalaman, dengan
menuruti perintah-perintah-Nya. Kita tidak boleh hanya mengenal secara doktinal
saja bahwa Allah itu Mahakuasa dan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi. Kita
perlu mengenal Allah dalam pengalaman sehingga mempengaruhi kehidupan kita
sehari-hari. Orang lain mungkin heran mengapa Anda tidak berbagian dalam
hiburan duniawi tertentu. Alasan Anda tidak berbagian dalamnya haruslah karena
Anda mengenal Allah, karena Anda mengenal Dia dalam sifat-Nya yang kudus.
Karena sifat kudus Allah tidak mengizinkan Anda berbagian dalam hiburan semacam
itu, maka Anda menahan diri untuk melakukannya. Demikian juga, jika kita
mengenal Allah dalam sifat-Nya, ini akan mempengaruhi cara kita berbelanja.
Mengenal Allah secara demikian juga akan membuat kita menjadi tulus dalam
berhubungan dengan orang lain. Karena kita mengenal Tuhan dalam sifat-Nya yang
tulus, kita tidak akan berpolitik. Karena itu, alasan kita berperilaku dan
membawa diri secara demikian seharusnya bukan karena kita menuruti ajaran Alkitab
secara luaran, tetapi terlebih karena kita mengenal sifat dan karakter Allah
dan hidup menurut apa adanya Allah.
Berada
di dalam Tuhan Yesus Kristus adalah bersatu dengan-Nya secara organik. Ini
bukan hanya bersatu dengan Dia secara doktrinal. Bila kita secara organik
bersatu dengan Tuhan, Dia adalah hayat kita dan bahkan menjadi sifat kita.
Setiap
macam hayat mempunyai sifat yang khusus. Sifat hayat ilahi memiliki semacam
cita rasa. Karena kita mempunyai Tuhan sebagai hayat kita dan karena kita
menikmati sifat-Nya, kita juga mempunyai cita rasa yang berasal dari sifat
ilahi itu. Akan tetapi, seseorang yang tidak mempunyai sifat ilahi tidak dapat
mempunyai cita rasa ilahi. Tetapi karena kita mempunyai cita rasa sifat ilahi,
kita tidak dapat melakukan hal-hal tertentu.
Sebagai
ilustrasi tentang apakah yang kita maksud dengan cita rasa sifat ilahi, kita
dapat memperhatikan apa yang terjadi bila sesuatu yang pahit diletakkan di
dalam mulut seorang bayi. Tidak perlu mengajar anak itu untuk tidak makan sesuatu
yang pahit. Begitu satu benda yang pahit diletakkan di dalam mulut seorang
bayi, dia akan segera memuntahkannya. Anak itu tidak melakukannya menurut
peraturan-peraturan yang diajarkan dari ibunya. Ibunya tidak perlu mengajar
bayinya untuk tidak makan benda-benda yang pahit. Dalam hayat anaknya ada satu
sifat yang menolak benda-benda yang pahit. Dengan cara yang sama, dalam sifat
ilahi ada satu cita rasa khusus yang menyebabkan kita menolak hal-hal yang
bertentangan dengan sifat "Orang" yang hidup di dalam kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 16
No comments:
Post a Comment