Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 3:21
Doa baca: 1 Yoh. 3:21
Saudara-saudaraku yang terkasih, jikalau hati kita
tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.
Orang Kristen sering membicarakan
tentang mengenal Allah. Akan tetapi, konsepsi mereka adalah pengetahuan yang objektif
tentang Allah yang agung dan maha kuasa. Tetapi di sini Rasul Yohanes tidak
mengajar kita untuk mengenal Allah secara objektif seperti itu. Sebaliknya,
perkataan Yohanes di sini adalah tentang mengenal Allah dengan cara yang sangat
subjektif. Beberapa orang mungkin membicarakan Allah yang maha kuasa yang
memerintah alam semesta, tetapi di sini Yohanes membicarakan Allah yang di
dalam hati kita. Dia tidak mengatakan tentang Allah yang perkasa, tentang Allah
yang agung; sebaliknya dia membicarakan Allah yang riil. Allah bukan hanya
tidak terhingga, tidak terbatas, dan di luar pemahaman kita; Dia juga cukup
kecil untuk berada dalam hati kita. Ketika Allah menjadi pengalaman kita, Dia
bukan hanya persona yang di atas takhta yang seluas alam semesta, tetapi juga
adalah persona yang ada dalam hati kita.
Di mana Anda mengenal Allah?
Mengatakan bahwa Anda mengenal Allah di alam semesta adalah pembicaraan secara
agamawi. Saya tentu saja percaya bahwa Allah itu agung dan maha kuasa. Tetapi
di sini saya berbeban untuk menjelaskan bahwa Perjanjian Baru menyuruh kita
mengenal Allah yang telah masuk ke dalam diri kita, persona yang berhuni di
dalam roh kita, dan ingin meluas ke dalam seluruh bagian lubuk hati kita.
Karena itu, kita perlu mengenal Allah dalam hati kita.
Dalam 3:20 Yohanes tidak mengatakan
bahwa Allah lebih besar daripada alam semesta. Di sini Yohanes mengatakan bahwa
Allah lebih besar daripada hati kita. Cara penulisan ini menyatakan bahwa
pengetahuan kita tentang Allah harus berdasarkan pengalaman. Mengenal Allah
bukanlah satu perkara alam semesta, tetapi perkara hati kita. Apakah hati Anda
damai? Apakah hati Anda teduh? Ini berhubungan dengan pengenalan Anda terhadap
Allah. Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa mereka mengenal Allah. Tetapi
mereka mungkin mengenal Dia secara agamawi, secara objektif. Kita perlu
mengenal Allah dalam hati kita, dalam hati nurani kita. Mengenal Allah secara
demikian berarti Allah yang agung, maha kuasa, tidak terbatas, menjadi riil
bagi kita dalam hati nurani kita. Jika hati nurani kita mengusik kita, ini
berarti Allah juga mempunyai satu masalah dengan kita.
Dalam pengenalan kita secara pengalaman,
Allah itu kecil, bukan tak terbatas. Seorang saudara mungkin berbantah dengan
Allah; mengira Allah tidak sepantasnya menyusahkan hati nuraninya mengenai
suatu masalah. Seandainya saudara itu berkata kepada Allah, “Mengapa hati
nuraniku menyusahkanku mengenai istriku? Istriku salah, dan aku benar. Istriku
menyebabkan masalah, dan aku telah berusaha menghindari percekcokan. Tetapi
istriku mencoba memaksaku mengatakan sesuatu. Lalu, mengapa hati nuraniku
menyusahkanku tentang caraku menyatakan perasaan? Ini tidak adil!” Tetapi tidak
peduli berapa banyak saudara itu berbantah dengan Allah, Allah tidak akan
menuruti kemauannya. Melainkan, Allah akan setuju dengan hati nurani saudara
itu dalam menyalahkan dia.
Sumber:
Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku
1, Berita 29
No comments:
Post a Comment