Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 3:19-20
Doa baca: 1 Yoh. 3:20
Bilamana hati kita menuduh kita. Sebab Allah lebih
besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
Dalam berita ini kita akan membahas 1 Yohanes 3:19-24.
Dalam ayat 19 “kebenaran” menyatakan realitas hayat kekal, yang kita terima
dari Allah saat kelahiran ilahi kita. Kita telah menerima hayat ilahi yang
memungkinkan kita mengasihi saudara dengan kasih ilahi. Melalui mengasihi
saudara dengan kasih ilahi, kita tahu bahwa kita berasal dari realitas ini.
Menurut perkataan Yohanes, jika kita
mengasihi dalam kebenaran, kita juga akan boleh “menenangkan” hati kita di
hadapan Allah. Menenangkan hati kita di hadapan Allah adalah memiliki satu hati
nurani yang tidak berhutang (1Tim. 1:5, 19; Kis. 24:16), sehingga hati kita
bisa dihiburkan, taat, diyakinkan, dijamin, dan diteduhkan. Ini juga adalah
syarat kehidupan yang tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan menuntut
adanya satu hati yang tenang dengan hati nurani yang tidak berhutang. Ini juga
sangat penting bagi persekutuan kita dengan Allah, yang dibahas dalam bagian
pertama surat ini. Hati yang terganggu dengan hati nurani yang berhutang bisa
menghalangi kita untuk tinggal di dalam Tuhan dan merusak persekutuan kita
dengan Allah.
Jika kita mempunyai keyakinan bahwa
kita berada di dalam kebenaran ilahi, kita akan dapat meyakinkan, menenangkan,
dan menjamin hati kita dan membuat hati kita teduh. Kalau tidak, akan ada
kekacauan di dalam, karena hati kita akan protes bahwa kita tidak mengasihi
menurut kasih ilahi. Jika kita ingin hati kita menjadi teduh, kita perlu hidup
dengan hayat ilahi di dalam hubungan dengan setiap orang dan setiap hal.
Misalnya, saya dengan sembarangan melempar sesuatu ke samping. Saya tahu dari
pengalaman bahwa jika saya melakukan ini, hati saya akan tidak damai. Agar hati
saya teduh, saya perlu benar terhadap setiap hal.
Sebenarnya hati nurani kitalah yang
menuduh (menyalahkan) kita; hati nurani bukan hanya bagian dari roh, juga
bagian dari hati. Hati nurani dalam hati kita adalah wakil pemerintahan Allah
di dalam kita. Jika hati nurani kita menyalahkan kita, tentulah Allah, yang
lebih besar daripada wakil-Nya dan mengetahui segala sesuatu, akan menyalahkan kita. Kesadaran
akan adanya tuduhan semacam itu dalam hati nurani kita, mengingatkan kita akan
bahaya terputusnya persekutuan kita dengan Allah. Jika kita memperhatikan
kesadaran ini, ini akan membantu persekutuan kita dengan Allah dan akan
memelihara kita tetap tinggal di dalam Tuhan.
Dalam ayat 20 Yohanes mengatakan
bahwa Allah lebih besar daripada hati kita, yaitu Allah lebih besar daripada
hati nurani kita. Allah mempunyai satu pemerintahan, dan pemerintahan ini
mempunyai satu administrasi lokal di dalam kita. Administrasi lokal
pemerintahan Allah ini adalah hati nurani kita. Jadi, hati nurani kita
merupakan administrasi lokal Allah di dalam kita. Dalam hal ini, hati nurani
kita adalah sebuah “pengadilan” dan “kantor polisi”. Sering kali hati nurani
kita “menahan” kita. Kantor polisi dari hati nurani kita, yang mengenal hukum
dengan sangat baik, dapat mengeluarkan surat perintah pemahaman atas diri kita.
Kemudian kantor polisi tahu kapan menyerahkan kita kepada pengadilan. Kita tahu
dari pengalaman bahwa sering kali kita ditahan dan dibawa ke pengadilan, di mana
kita dihakimi dan disalahkan. Bila ini terjadi, kita perlu pembersihan darah
adi Yesus, Anak Allah. Ini menunjukkan bahwa penghukuman dari hati nurani yang
dibicarakan dalam pasal 3 akan membawa kita kembali ke pembersihan (pembasuhan)
yang disebutkan dalam pasal 1.
No comments:
Post a Comment