Pembacaan Alkitab: Why. 18:9-20
Doa baca: Why. 18:20
Bersukacitalah atas dia, hai surga, dan kamu, hai
orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan
hukuman atas dia karena kamu.
Wahyu 19:1-4 mencantumkan puji-pujian di
surga, karena pelacur besar dihakimi. Ayat 1-3 menampakkan suara yang nyaring
dari himpunan besar orang banyak di surga yang memuji Allah, katanya, "Haleluya!"
Wahyu 18 membicarakan penghakiman
atas Babel materi, tetapi puji-pujian yang tercantum dalam beberapa ayat dari
Wahyu 19 ini terutama bukan mengenai Babel materi, melainkan mengenai Babel
agamawi. Alasannya adalah karena berabad-abad lamanya, kedua aspek Babel ini
selalu berbaur. Sampai tahun 476 Masehi, Roma menjadi pusat politik. Abad-abad
berikutnya Roma adalah pusat agama. Gereja Roma Katolik berkuasa pada abad
keenam, dan menjelang akhir abad ke enam, sistem kepausan dibentuk. Sembilan
belas abad yang lalu, dalam lima abad yang pertama kita nampak Kekaisaran
Romawi berkuasa, dan empat belas abad selanjutnya adalah masa kekuasaan gereja
Roma Katolik. Ketika Babel runtuh aspek agamawi lebih dahulu dibinasakan,
kemudian aspek materi. Puji-pujian di surga, terutama bukan karena Babel materi
dibinasakan, melainkan karena Babel agamawi dibinasakan, karena dalam pandangan
Allah aspek agamawi lebih membencikan daripada aspek materi. Hari ini kita
tidak begitu memperhatikan Roma materi, tapi sangat terganggu dengan Roma
agamawi. Karena itu, betapa senangnya kita dapat nampak runtuhnya Babel
agamawi.
Setelah suara nyaring dari himpunan
orang banyak yang di surga mengatakan, "Haleluya," kedua puluh empat
tua-tua dan keempat makhluk itu mengatakan, "Amin, Haleluya" (19:4).
Karena haleluya telah dikatakan berulang-ulang, maka kata amin diucapkan lebih
dulu. Kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk mengatakan "Amin"
terhadap suara yang mengatakan "Haleluya", lalu menambah lagi kata
"haleluya".
Seandainya kita percaya Alkitab, kita
seharusnya menerima Kitab Wahyu. Jika tidak ada kitab ini, Alkitab tidak akan
memiliki kesimpulan. Tahun 325, dalam rapat dewan di bawah kekuasaan Kaisar
Konstantin, disusun Kredo Nicene (Nicene Creed) yang dengan lapang
diterima oleh Katolik dan Protestan. Saat berlangsungnya rapat dewan itu, tujuh
kitab dalam Perjanjian Baru yaitu Ibrani, Yakobus, 2 Petrus, 2 Yohanes, 3
Yohanes, Yudas, dan Wahyu masih belum sepenuhnya diakui. Kitab-kitab tersebut
secara resmi diakui pada tahun 393 di Konsili Carthage. Sebab itu Kredo Nicene
belum mencakup Kitab Wahyu.
Kebanyakan orang Kristen merasa asing
(tidak mengenal) akan Kitab Wahyu. Bagi mereka, kitab ini seolah-olah tidak ada
di dalam Alkitab. Meskipun mereka membacanya, tetap tidak dapat memahaminya.
Hal itu disebabkan oleh kelicikan si musuh. Dalam Alkitab, tidak ada kitab yang
lebih disalahpahami orang Kristen daripada Kitab Wahyu. Kita harus hati-hati, jangan menambahkan atau mengurangkan apa-apa
kepada nubuat yang dituliskan dalam kitab ini (22:18-19). Tetapi dari abad ke
abad sebagian besar orang Kristen selalu menyingkirkan kitab ini. Meskipun
Kitab Wahyu ada di dalam Alkitab, namun dalam pengalaman kebanyakan orang,
kitab ini telah tersingkir. Itulah sebabnya banyak orang Kristen kehilangan
berkat Allah. Sejak Tuhan pertama kali membuka kitab ini kepada kita, betapa
besar berkat yang menimpa kita. Saya percaya berita-berita ini akan menyebabkan
belokan yang besar dan langkah lebih maju di gereja-gereja. Gereja-gereja akan
mendapatkan berkat yang besar.
Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 53
No comments:
Post a Comment