Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 12:28; 1 Ptr. 5:3
Di antara anggota-anggota pembangun dalam
Tubuh Kristus tidak seharusnya ada pangkat. Dalam Matius 23:10 mengatakan, “Janganlah
kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” Kita
semua adalah saudara di dalam Tuhan, dan tidak seharusnya ada pemimpin di
antara kita. Firman Tuhan jelas mengatakan, tidak seorang pun di antara kita
boleh disebut pemimpin, sebab Dia sendirilah Pemimpin kita yang unik.
Kita telah nampak dalam Efesus 3 Paulus
mengatakan bahwa ia telah menerima kepengurusan anugerah Allah. Ia mengatakan
hal ini dengan tujuan untuk membantu orang kudus memahami bahwa mereka semua
juga menjadi pengurus anugerah Allah. Pemikiran serupa itu terdapat dalam 1
Petrus 4:10, yang mengatakan, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai
dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengelola yang baik
dari anugerah Allah.” Jadi, semua orang kudus, tidak hanya para rasul
saja, harus menjadi pengurus. Para penatua tidak boleh menempatkan diri
sendiri dalam kategori yang istimewa, melainkan harus menganggap diri sendiri
sebagai para pengurus, seperti halnya semua orang kudus.
Dalam 1 Petrus 5:3, Petrus menganjuri para
penatua agar tidak memerintah gereja, seolah gereja adalah milik pribadi
mereka. Gereja adalah Tubuh Kristus, bukan harta kekayaan pribadi para penatua.
Maka penatua tidak seharusnya menganggap gereja sebagai miliknya sendiri. Namun
di tempat tertentu saya tahu ada penatua yang mempunyai sikap demikian. Mereka
menaruh gereja dalam “saku” mereka, seolah kepunyaan mereka, dan mereka
bertingkah laku sebagai “majikan” gereja. Sikap demikian sama sekali keliru.
Para penatua wajib ingat, mereka adalah pengurus di antara sekelompok pengurus.
Selaku pengurus, para penatua harus memberi
satu teladan untuk diikuti semua orang kudus. Dalam membaca firman, berdoa,
mempersembahkan diri kepada Tuhan, pertumbuhan hayat, pelayanan gereja yang
riil, dan semua hal lainnya, mereka seharusnya menjadi teladan. Penatua bukan
raja atau tuan, mereka adalah budak dan pelayan; mereka juga pengurus anugerah
Allah. Sebagai pengurus yang demikian, mereka harus menjadi contoh bagi orang
kudus dalam menggembala, mengajar, dan menginjil. Jika kita semua jelas akan
hal ini, tidak mungkin timbul problem di antara kita mengenai kepemimpinan.
Ada sementara orang bertanya kepada saya,
apakah mereka harus tunduk atau patuh kepada para penatua dalam gereja. Tentu
saja orang kudus harus tunduk kepada penatua. Dalam 1 Petrus 5:5 Petrus berkata,
“Demikian juga, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang
tua.” Namun dalam ayat yang sama Petrus selanjutnya berkata, ”Dan kamu
semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain.” Ini menunjukkan
bahwa tidak saja orang muda harus tunduk kepada orang tua, tetapi yang tua pun
harus tunduk kepada yang muda. Baik yang tua maupun yang muda perlu merendahkan
diri. Yang muda agak sulit untuk tunduk kepada yang tua, tetapi yang tua lebih
sulit lagi untuk tunduk kepada yang muda. Walau demikian, dalam kehidupan
gereja seharusnya ada saling tunduk yang sedemikian.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku
2, Berita 42
No comments:
Post a Comment