Pembacaan Alkitab: Ef. 4:17-21
Orang-orang yang tidak percaya tidak
mengenal Allah dan hal-hal rohani, bahkan mereka enggan untuk mengenal. Betapa
besar rahmat-Nya, kita tidak saja memiliki pengetahuan yang wajar, juga
berhasrat untuk mengenal-Nya! Dalam batin kita ada hasrat untuk mengenal Allah,
mengenal hayat, dan mengenal hal-hal rohani, ini adalah suatu berkat yang
besar. Sebelum kita diselamatkan, kita tidak memiliki hasrat ini. Seperti
orang-orang kafir, kita kekurangan pengetahuan maupun hasrat untuk mengetahui.
Tetapi sekarang kita lapar dan dahaga untuk mengenal Allah. Semakin kita dapat
mengenal Dia dan hayat ilahi, semakin baik. Setiap orang Kristen yang tidak
menuntut untuk mengenal Tuhan tidak mungkin gembira dan puas. Menuntut Tuhan
dan menuntut mengenal hayat dan hal-hal Allah adalah sumber sukacita yang
besar. Itulah sebabnya kita begitu gembira dalam sidang-sidang gereja. Itu pula
sebabnya saya memiliki satu sukacita batiniah ketika saya menyuplaikan firman
kepada umat Tuhan. Ada sesuatu yang dari Tuhan telah tertabur ke dalam kita,
dan memberi kita hasrat untuk mengenal Dia.
Sebab lainnya mengapa orang-orang kafir itu
dijauhkan dari hayat Allah, ialah karena kekerasan hati mereka. Kekerasan hati
manusia yang jatuh adalah sumber kegelapan dalam pengertian mereka dan
kesia-siaan pikiran mereka. Sebelum kita beroleh selamat, kita juga berhati
keras. Kita seolah-olah tidak dapat dimasuki firman, dan firman Allah tidak
dapat masuk ke dalam kita. Demikianlah situasi orang tidak percaya hari ini.
Ayat 17-19 merupakan latar belakang hitam
dari apa yang Paulus katakan dalam ayat 20, “Tetapi bukan dengan demikian
kamu belajar mengenal Kristus.” Perjanjian Baru sangat tegas menunjukkan
bahwa kita harus memperhidupkan Kristus. Dalam Filipi 1:21 Paulus menyatakan, “Karena
bagiku hidup adalah Kristus.” Tetapi dalam Efesus 4:20 ini dikatakan bahwa
kita telah mempelajari Kristus. Perhatikan, Paulus di sini memakai kata kerja
kala lampau (past tense) dalam mengatakan perihal mempelajari Kristus,
demikian pula ayat berikutnya, yang mengatakan, “Karena kamu telah mendengar
tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran (realitas)
yang nyata dalam Yesus.” Masalah mempelajari Kristus menurut realitas yang
nyata dalam Yesus sulit dimengerti, kita harus merenungkannya dengan sangat
cermat.
Kristus tidak saja sebagai hayat bagi kita,
tetapi juga teladan (Yoh. 13:15; 1 Ptr. 2:21). Kita belajar dari Dia (Mat.
11:29) menurut teladan-Nya, bukan dengan hayat alamiah kita, melainkan dengan
Dia sebagai hayat kita dalam kebangkitan. Menurut Perjanjian Baru, Tuhan Yesus
tidak langsung masuk ke dalam kita sebagai hayat, melainkan setelah Ia hidup di
bumi selama tiga puluh tahun, Ia melayani selama tiga setengah tahun. Selama
hidup-Nya di bumi tiga puluh tiga setengah tahun itu, Ia meletakkan satu model,
satu cetakan, satu teladan. Hal ini merupakan perkara yang sangat bermakna.
Salah satu alasan dari penulisan keempat Injil ialah memperlihatkan teladan
hayat yang dikehendaki Allah, cetakan hayat yang dapat memuaskan Allah serta
memenuhi kehendak-Nya. Karena alasan inilah Perjanjian Baru memberi kita satu
biografi unik dari Tuhan Yesus, yang ditulis dari empat aspek. Setelah Tuhan
Yesus meletakkan teladan yang diwahyukan dalam keempat kitab Injil, Ia tersalib
di atas salib dan kemudian masuk ke dalam kebangkitan. Dalam kebangkitan inilah
Ia masuk ke dalam kita menjadi hayat kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
46
No comments:
Post a Comment