Hitstat

03 May 2013

Efesus - Minggu 32 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 6:17


Panah api si jahat adalah cobaan-cobaan, usulan-usulan, keragu-raguan, pertanyaan-pertanyaan, dusta-dusta, dan serangan-serangan Iblis. Panah api digunakan oleh pejuang-pejuang dalam zaman rasul. Rasul menggunakan istilah ini untuk mengilustrasikan serangan Iblis terhadap kita. Setiap pencobaan adalah suatu penipuan, satu janji palsu. Panah api itu termasuk usulan-usulan Iblis yang menggoda kita. Ketika kita bangun di pagi hari, Iblis sering mengajukan usulan-usulannya. Sebab itu, perkara yang pertama harus kita lakukan setiap pagi, ialah masuk ke dalam firman. Bila kita tidak berada dalam firman, kita tidak akan memiliki penudung untuk melawan usulan-usulan Iblis itu. Keragu-raguan dan pertanyaan juga merupakan panah api dari Iblis. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa tanda tanya (?) mirip sekali dengan seekor ular? Itulah Iblis yang dahulu bertanya kepada Hawa, “Tentu Allah berfirman?” (Kej. 3:1). Ketika Iblis mengajukan pertanyaan demikian kepada kita, jawaban atau reaksi kita seharusnya ialah melarikan diri, tanpa berbicara dengannya sedikit pun. Sering kali Iblis menyerang kita dengan dusta, tetapi perisai iman itu melindungi kita dari serangan panah-panah api itu.

Untuk mempertahankan iman terhadap panah api Iblis, kita perlu memiliki satu roh yang tepat, serta satu hati nurani yang tidak bercela. Tetapi, iman terutama tidak berada dalam roh atau hati nurani kita, melainkan dalam tekad kita, yaitu bagian yang terkuat dari hati kita. Perjanjian Baru mengatakan bahwa kita percaya dengan hati kita (Rm. 10:10). Menurut pengalaman kita, iman dalam hati kita ini terutama berkaitan dengan penggunaan tekad kita. Tidak seorang pun yang tekadnya seperti ubur-ubur dapat memiliki iman yang perkasa. Da-lam Yakobus 1:6 dikatakan, “orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.” Orang yang demikian, tekadnya tidak menentu. Karena itu, jika kita ingin memiliki iman, kita perlu menggunakan tekad kita.

Pada bagian pertama ayat 17, Paulus selanjutnya berkata, “Dan terimalah ketopong keselamatan ...” Ini adalah untuk menudungi pikiran, mentalitas kita, terhadap pikiran-pikiran negatif yang ditambahkan ke dalam kita oleh si jahat. Ketopong, penudungan yang demikian, adalah keselamatan Allah. Iblis menyuntikkan ancamanancaman, kecemasan-kecemasan, kekhawatiran-kekhawatiran, dan pikiran-pikiran lain yang melemahkan ke dalam pikiran kita. Keselamatan Allah adalah penudung yang kita ambil untuk melawan semua hal ini. Keselamatan yang sedemikian adalah Kristus penyelamat, yang kita alami dalam hidup kita sehari-hari (Yoh. 16:33).

Dalam ayat 17 Paulus juga mengatakan tentang “pedang Roh, yaitu firman Allah”. Di antara keenam butir perlengkapan senjata Allah, hanya inilah yang kita gunakan untuk menyerang musuh. Dengan pedang ini kita dapat mencincang musuh hingga hancur lebur. Namun, kita tidak memegang pedang dulu; kita terlebih dulu mengenakan ikat pinggang, baju zirah, kasut, memegang perisai iman, dan ketopong keselamatan. Kemudian, setelah kita terlindungi seluruhnya dan memiliki keselamatan sebagai bagian kita, barulah kita bisa menerima pedang Roh itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 65

No comments: