Pembacaan
Alkitab: Ef. 6:17
Panah api si jahat adalah cobaan-cobaan,
usulan-usulan, keragu-raguan, pertanyaan-pertanyaan, dusta-dusta, dan
serangan-serangan Iblis. Panah api digunakan oleh pejuang-pejuang dalam zaman
rasul. Rasul menggunakan istilah ini untuk mengilustrasikan serangan Iblis
terhadap kita. Setiap pencobaan adalah suatu penipuan, satu janji palsu. Panah
api itu termasuk usulan-usulan Iblis yang menggoda kita. Ketika kita bangun di
pagi hari, Iblis sering mengajukan usulan-usulannya. Sebab itu, perkara yang
pertama harus kita lakukan setiap pagi, ialah masuk ke dalam firman. Bila kita
tidak berada dalam firman, kita tidak akan memiliki penudung untuk melawan
usulan-usulan Iblis itu. Keragu-raguan dan pertanyaan juga merupakan panah api
dari Iblis. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa tanda tanya (?) mirip sekali
dengan seekor ular? Itulah Iblis yang dahulu bertanya kepada Hawa, “Tentu
Allah berfirman?” (Kej. 3:1). Ketika Iblis mengajukan pertanyaan demikian
kepada kita, jawaban atau reaksi kita seharusnya ialah melarikan diri, tanpa
berbicara dengannya sedikit pun. Sering kali Iblis menyerang kita dengan dusta,
tetapi perisai iman itu melindungi kita dari serangan panah-panah api itu.
Untuk mempertahankan iman terhadap panah
api Iblis, kita perlu memiliki satu roh yang tepat, serta satu hati nurani yang
tidak bercela. Tetapi, iman terutama tidak berada dalam roh atau hati nurani
kita, melainkan dalam tekad kita, yaitu bagian yang terkuat dari hati kita.
Perjanjian Baru mengatakan bahwa kita percaya dengan hati kita (Rm. 10:10).
Menurut pengalaman kita, iman dalam hati kita ini terutama berkaitan dengan
penggunaan tekad kita. Tidak seorang pun yang tekadnya seperti ubur-ubur dapat
memiliki iman yang perkasa. Da-lam Yakobus 1:6 dikatakan, “orang yang
bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh
angin.” Orang yang demikian, tekadnya tidak menentu. Karena itu, jika kita
ingin memiliki iman, kita perlu menggunakan tekad kita.
Pada bagian pertama ayat 17, Paulus
selanjutnya berkata, “Dan terimalah ketopong keselamatan ...” Ini adalah
untuk menudungi pikiran, mentalitas kita, terhadap pikiran-pikiran negatif yang
ditambahkan ke dalam kita oleh si jahat. Ketopong, penudungan yang demikian,
adalah keselamatan Allah. Iblis menyuntikkan ancamanancaman, kecemasan-kecemasan,
kekhawatiran-kekhawatiran, dan pikiran-pikiran lain yang melemahkan ke dalam
pikiran kita. Keselamatan Allah adalah penudung yang kita ambil untuk melawan
semua hal ini. Keselamatan yang sedemikian adalah Kristus penyelamat, yang kita
alami dalam hidup kita sehari-hari (Yoh. 16:33).
Dalam ayat 17 Paulus juga mengatakan
tentang “pedang Roh, yaitu firman Allah”. Di antara keenam butir
perlengkapan senjata Allah, hanya inilah yang kita gunakan untuk menyerang
musuh. Dengan pedang ini kita dapat mencincang musuh hingga hancur lebur.
Namun, kita tidak memegang pedang dulu; kita terlebih dulu mengenakan ikat
pinggang, baju zirah, kasut, memegang perisai iman, dan ketopong keselamatan.
Kemudian, setelah kita terlindungi seluruhnya dan memiliki keselamatan sebagai
bagian kita, barulah kita bisa menerima pedang Roh itu.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita
65
No comments:
Post a Comment