Pembacaan
Alkitab: Ef. 1:17; 2:22
Penyaluran Allah Tritunggal ke dalam
manusia sepenuhnya berkaitan dengan Roh itu. Allah yang telah melalui proses
sebagai Roh pemberi-hayat yang almuhit sedang menantikan roh kita bereaksi
terhadap Dia dan bekerja sama dengan-Nya. Beroleh selamat bukan hanya sekadar
mengerti Injil, tetapi juga membuka diri kita dari lubuk batin kita bereaksi
terhadap Roh itu. Ketika kita menyeru nama Tuhan Yesus, kita harus menyeru dari
dalam roh kita, yaitu dari lubuk batin kita. Bila kita berbuat demkian, kita
akan beroleh selamat, walaupun kita tidak mengerti Injil secara memadai.
Renungkanlah kasus Saulus dari Tarsus di
tengah jalan menuju Damsyik (Kis. 9). Ia beroleh selamat melalui mengucapkan
kata-kata, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Pada waktu ia beroleh selamat,
Saulus tidak begitu jelas tentang Injil, juga tidak jelas terhadap Tuhan Yesus.
Namun, hanya dengan mengatakan, “Siapakah Engkau, Tuhan?” ia telah ditangkap
oleh Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa beroleh selamat terutama bukan masalah
mengerti Injil, melainkan berkontak dengan Roh pemberi-hayat, yaitu Allah yang
telah melalui proses yang sedang menunggu kesempatan untuk masuk ke dalam kita.
Berkontak dengan Roh pemberi-hayat sangat mirip dengan bernafas. Jadi perkara
yang terpenting bukan memahami udara, melainkan menghirup udara itu ke dalam
kita. Melalui menghirup udara, kita akan menerima segala kebaikan udara itu.
Dalam Kitab Efesus terdapat penekanan yang
kuat atas roh perbauran, yakni roh manusia berbaur dengan Roh ilahi. Efesus
1:17 mengatakan, “Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu
Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk
mengenal Dia dengan benar.” Para pelajar Alkitab berbeda pendapat tentang
terjemahan istilah “roh” dalam ayat ini. Ada yang mempertahankan pemakaian
huruf besar untuk kata roh itu, sebab mereka mengira itu adalah Roh Kudus.
Sedangkan yang lainnya percaya bahwa roh di sini pasti mengacu kepada roh
manusia. Sebenarnya, roh dalam ayat ini adalah roh kita yang telah dilahirkan
kembali yang dihuni oleh Roh Allah, yaitu roh manusia yang telah berbaur dengan
Roh Kudus. Roh yang demikian telah diberikan kepada kita oleh Allah agar kita
memiliki hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dan ekonomi-Nya. Tanpa Roh Kudus,
roh kita tidak mungkin menjadi roh hikmat dan wahyu. Tetapi begitu Roh Kudus
berbaur dengan roh kita, maka roh kita segera menjadi satu roh hikmat dan
wahyu.
Dalam Efesus 2:22 Paulus sekali lagi
mengatakan roh perbauran, “Di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi
tempat kediaman Allah, di dalam Roh.” Para penerjemah berbeda pendapat
dalam menerjemahkan ayat ini. Ada yang berpendapat, roh di sini adalah Roh
ilahi, tetapi yang lain menganggap ini adalah roh manusia. Sebenarnya, ini
adalah roh yang telah berbaur, yakni roh kaum beriman yang dihuni oleh Roh
Kudus Allah. Roh Allah adalah yang berhuni, bukan tempat kediaman. Tempat
kediaman ialah roh kita. Roh Allah berhuni di dalam roh kita. Karena itu, Roh
Kudus, Sang Penghuni, bukan tempat yang dihuni. Tempat kediaman Allah ialah di
dalam roh kita, roh manusia yang telah berbaur dengan Roh Kudus.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita
69
No comments:
Post a Comment