Hitstat

10 May 2013

Efesus - Minggu 33 Jumat


Pembacaan Alkitab: Ef. 6:23-24


Ayat 23 dan 24 merupakan berkat Paulus: “Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. Anugerah menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.” Pada permulaan kitab ini, salam rasul pertama-tama disertai anugerah sebagai kenikmatan, kemudian disertai damai sejahtera sebagai hasil kenikmatan (1:2). Tetapi dalam penutup kitab ini unsur-unsur itu disajikan terbalik, maju dari hasil damai sejahtera kepada kenikmatan anugerah. Setelah kita sampai kepada damai sejahtera, kita masih perlu anugerah, yang menunjukkan bahwa pengalaman kita adalah dari anugerah kepada anugerah.

Dalam pembukaannya Paulus hanya mengatakan tentang anugerah dan damai sejahtera. Dalam penutupnya ia tidak saja mengubah urutan anugerah dan damai sejahtera, ia juga mengatakan “kasih dengan iman”. Kita perlu meninjau mengapa anugerah dan damai sejahtera disajikan terbalik, dan mengapa kasih dengan iman tercakup di dalamnya. Kita telah melihat bahwa anugerah ialah kenikmatan terhadap Tuhan dan damai sejahtera ialah hasil dari kenikmatan itu. Kitab ini berawal dengan anugerah, dengan kenikmatan atas Tuhan itu sendiri sebagai hayat kita, suplai hayat, dan segala sesuatu bagi kita. Tetapi pada akhirnya, Surat Kiriman ini membawa kita ke dalam damai sejahtera. Setelah kita masuk ke dalam damai sejahtera, kita tetap memerlukan anugerah. Kita masuk ke dalam damai sejahtera melalui anugerah. Kini ketika kita menikmati damai sejahtera, kita memerlukan lebih banyak anugerah. Inilah yang disebut dari anugerah kepada anugerah. Ini juga menunjukkan bahwa pengalaman kita adalah dari anugerah kepada anugerah.

Akan tetapi, mengapa kasih disisipkan diantara damai sejahtera dan anugerah? Tiada surat lain yang ditulis Paulus yang memberi sisipan sedemikian. Alasan penyisipan ini adalah bahwa jalan satu-satunya agar kita dapat terjaga dalam situasi damai sejahtera adalah dengan terus-menerus menikmati Tuhan di dalam kasih. Frase “dalam kasih” dipakai enam kali dalam kitab ini (1:4; 3:17; 4:2, 15, 16; 5:2). Inilah yang menghubungkan Surat Kiriman ini dengan perkataan Tuhan kepada gereja di Efesus dalam Wahyu 2:1-7. Di sana Tuhan menegur gereja di Efesus, sebab ia telah meninggalkan kasih yang semula (ayat 4). Problem gereja di Efesus bukanlah kekurangan pekerjaan atau pengetahuan, melainkan kehilangan kasih yang semula. Paulus menyadari bahwa kasih sangat penting, maka ia membicarakan masalah kasih dalam kaitannya dengan damai sejahtera dan anugerah, dan menunjukkan betapa kasih diperlukan guna memelihara kita dalam kondisi damai sejahtera.

Kasih ini berasal dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa kasih bukan berasal dari kita, melainkan dari Allah. Akan tetapi, pada akhirnya, kasih Allah akan menjadi kasih kita. Inilah alasan Paulus membicarakan orang yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dalam Efesus 6:24. Jadi, kasih Allah yang ditujukan kepada kita akan menjadi kasih kita kepada-Nya. Damai sejahtera dipertahankan melalui kasih yang sedemikian. Melalui hidup dalam penyertaan Allah yang intim itu, maka kasih datang kepada kita, lalu kasih ini kembali lagi kepada Tuhan, dan menjadi kasih kita kepada-Nya. Melalui lalu lintas kasih ini, damai sejahtera akan terpelihara, dan kita terlindung dalam kenikmatan atas anugerah. Inilah alasan Paulus membicarakan damai sejahtera, kasih, dan anugerah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 67

No comments: