Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19-21; Yoh. 1:17
Sekarang mari kita membahas makna dari kata “anugerahku”. Jika
kita melihat ungkapan ini dalam konteks keseluruhan Surat
Filipi, kita akan nampak bahwa anugerah yang dimiliki Paulus tidak lain adalah
Allah Tritunggal yang Paulus nikmati dan alami, dan yang menjadi bagiannya. Jadi,
anugerah Paulus bukanlah Allah yang obyektif, melainkan Allah yang subyektif
dan yang dialaminya, yakni Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi
bagiannya. Paulus benar-benar telah menikmati dan mengalami Allah Tritunggal
yang telah melalui proses ini. Ia kaya dalam pengalamannya akan Bapa, Putra,
dan Roh. Allah Tritunggal yang telah melalui proses ini adalah anugerah Paulus.
Hari ini Allah Tritunggal bukan lagi Allah yang belum melalui
proses, atau Allah yang “mentah”. Sebaliknya, Dia telah melalui proses
inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan. Mungkin orang-orang yang berlatar
belakang teologi sistematis akan merasa resah dengan ungkapan-ungkapan “Allah yang
melalui proses” atau “Allah yang mentah”. Mereka mungkin akan membantah kita,
sebab istilah-istilah ini tidak pernah dipakai dalam Alkitab. Meskipun istilah-istilah ini tidak pernah
dipakai dalam Alkitab, tetapi faktanya ada di dalamnya. Seperti halnya istilah
“trinitas” dan “Allah Tritunggal” tidak terdapat dalam Alkitab, namun tidak
dapat disangkal bahwa Alkitab benar-benar mewahyukan adanya fakta bahwa persona
Allah itu Tritunggal. Begitu pula, kita tidak dapat menyangkal bahwa inkarnasi
merupakan suatu proses. Tambahan pula, penyaliban yang mendatangkan
kebangkitan, dan kebangkitan yang mendatangkan kenaikan, itu juga merupakan
langkah-langkah dari proses Allah tersebut. Allah tidak saja melalui proses
dalam menebus dosa kita, tetapi juga memungkinkan kita menikmati-Nya sebagai
anugerah. Hari ini Allah yang kita nikmati sebagai anugerah kita adalah Allah Tritunggal
yang telah melalui atau mengalami inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan.
Sebagai Allah yang demikian, Dia telah siap untuk kita terima dan nikmati.
Yohanes 1:17 mengatakan bahwa hukum Taurat diberikan melalui
Musa, tetapi anugerah datang melalui Yesus Kristus. Ketika anugerah ini menjadi
milik kita dalam pengalaman kita, kita akan menikmati Allah Tritunggal dan kita
akan dapat mengatakan itulah anugerahku, anugerah kita. Anugerah kita justru
adalah Allah Tritunggal yang kita nikmati.
Paulus mengalami Allah baik dalam pemenjaraannya maupun dalam
pembelaan dan peneguhan Injil. Dalam 1:7 Paulus berbicara tentang
“membela dan meneguhkan Injil”; di sini ia tidak mengatakan memberitakan Injil.
Memberitakan Injil bukan hal yang luar biasa, tetapi membela dan meneguhkan
Injil adalah hal yang luar biasa. Di aspek negatif, pembelaan terhadap Injil adalah
untuk menentang bidah yang menyimpang dan menyesatkan, seperti ajaran Yudaisme
yang ditanggulangi dalam Surat Galatia, dan ajaran Gnostik yang ditanggulangi
dalam Surat Kolose. Di
aspek positif, peneguhan berita Injil adalah untuk
memberitakan wahyu rahasia Allah mengenai Kristus dan gereja, seperti yang diungkapkan
dalam Surat-surat Kiriman Paulus. Pada masa Paulus, Injil telah diputarbalikkan
dan diselewengkan oleh Yudaisme dan filsafat Yunani. Karena ia membela Injil, maka
ia dianiaya. Pemeluk agama Yahudi dan filsuf-filsuf Yunani tidak menyukainya.
Selain itu, Paulus juga meneguhkan Injil. Secara positif ia memperjelas tujuan Injil
kepada semua orang.
Karena pembelaan dan peneguhan Injil, Paulus dianiaya,
ditangkap, dan dipenjara. Kewajiban yang diberikan kepadanya untuk membela dan meneguhkan
Injil memerlukan suplai ilahi. Hal itu tidak mungkin terlaksana melalui cara
biasa. Paulus perlu kekuatan dan energi ilahi. Kekuatan dan energi ilahi itu adalah
Allah Tritunggal sendiri. Ketika Paulus membela dan meneguhkan Injil, Allah
menyertainya dan menyuplainya. Selain itu, Paulus juga menderita aniaya,
diolok-olok, dan diejek. Tanpa suplai ilahi yang khusus, tidak ada manusia
biasa yang dapat menanggung perlakuan demikian. Tetapi di dalam penjara, Paulus
dapat menikmati dan mengalami Allah. Pada akhirnya, Allah Tritunggal yang telah
melalui proses dan yang dialami Paulus itu menjadi anugerahnya. Kaum beriman
Filipi sangat berbahagia, mereka dapat mengambil bagian dalam anugerah Paulus.
Itu berarti mereka mengambil bagian atas Allah Paulus, Allah yang dialaminya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 32
No comments:
Post a Comment