Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19-21; Yoh.
7:37-39
Anugerah yang Paulus alami telah menjadi keselamatannya. Apa saja
yang Paulus nikmati dari Allah Tritunggal telah menjadi
keselamatannya. Paulus pasti adalah orang Yahudi yang patriotis, orang yang mencintai
bangsanya, dan yang sangat benci kepada penjajah Romawi. Karena memberitakan
Tuhan Yesus Kristus, ia sempat menjadi tawanan di bawah pengawasan penjajah
Romawi. Sebenarnya yang menangkapnya dan yang menyerahkannya kepada orang
Romawi adalah orang-orang sebangsa dan setanahairnya sendiri. Sudah pasti,
ketika Paulus menderita aniaya di dalam penjara, ia memikirkan pekerjaannya.
Sebelum ia dipenjara, pekerjaannya sangat menakjubkan dan penuh kuasa, bahkan
telah menyebar ke Eropa. Namun, sekarang pekerjaannya terhenti. Beberapa orang
yang sezaman dengannya, yakni orang-orang yang bersaingan dengannya, bergembira
karena Paulus dipenjara dan tidak bisa melaksanakan pekerjaannya. Kalau dalam
keadaan demikian Paulus menangis, ia akan kalah dan mendapat malu. Namun, dari
Surat Filipi kita tahu bahwa ia tidak menangis, melainkan bersukacita di dalam
Tuhan. Dalam kitab yang pendek ini Paulus berkali-kali menyatakan sukacitanya.
Ini menunjukkan, ketika ia berada di dalam penjara ia tetap bersukacita di
dalam Tuhan. Pengawal-pengawal itu tidak mendengar dia menangis, melainkan
mendengar dia bersukacita. Dalam hal itu Paulus mengalami dan menikmati Allah Tritunggal
sebagai anugerah, dan anugerah itu menjadi keselamatannya. Apa pun yang dia alami,
pada akhirnya menjadi keselamatannya.
Jika Allah Tritunggal ingin menjadi pengalaman dan kenikmatan kita,
Ia harus menjadi Roh itu. Roh dalam 1:19 sebenarnya adalah Allah Tritunggal itu
sendiri. Yohanes 7:39 mengatakan, “. . .
sebab Roh itu belum ada, karena
Yesus belum
dimuliakan” (Tl.). Dalam ayat 37 Tuhan
Yesus berdiri dan berseru: “Siapa saja yang
haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Tuhan juga berkata, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku . . .
dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (ayat 38). Berdasarkan
ayat 39, “Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh itu.”
Sebab-musabab belum adanya Roh itu ialah belum dimuliakannya Yesus, yakni
Dia belum melalui proses sepenuhnya. Tetapi, karena sekarang Tuhan Yesus sudah
dimuliakan, yakni telah melalui proses sepenuhnya, Roh itu ada di sini, dan siap
untuk kita nikmati. Roh itu adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses
ilahi menjadi suplai yang limpah dan lengkap yang mudah dan praktis bagi kita.
Kita dapat mengalami Roh itu cukup hanya dengan berseru, “O,
Tuhan Yesus.” Kita dapat bersaksi dalam pengalaman kita, ketika kita berseru kepada
nama Tuhan Yesus, kita akan minum Roh itu. Seperti halnya kita merasa segar dalam
batin ketika kita menarik napas dalam-dalam di tempat terbuka pada pagi hari,
kita pun akan memiliki perasaan batini yang segar bila kita menerima Roh itu melalui
berseru kepada Tuhan Yesus.
Puji Tuhan, Dia kini berada dalam roh kita! Karena begitu
subyektifnya Allah terhadap kita, maka Dia menyertai kita di mana saja kita
berada. Asalkan kita menyeru nama-Nya, kita akan menerima Dia, menikmati Dia, dan
mengalami Dia. Melalui menyeru nama Tuhan, atau berdoa dengan beberapa kata
dalam Alkitab, kita akan menikmati Roh itu serta suplai-Nya yang limpah
lengkap. Roh itu adalah Dia yang sebenarnya menjadi keselamatan kita. Kita
telah menunjukkan bahwa keselamatan kita adalah anugerah kita, dan anugerah
kita adalah kenikmatan kita akan diri Allah.
Ketika kita menikmati Roh itu dan mengambil bagian dalam Dia, Kristus
akan dinyatakan dan diperbesar. Di satu aspek, kita menikmati Roh itu; di aspek
lain, Kristus adalah Dia yang diperbesar. Ini sesuai dengan Alkitab maupun pengalaman
kita. Ketika kita berseru, “Tuhan Yesus,” kita akan menikmati Roh itu dalam
batin kita. Tetapi, sebagai akibat dari kenikmatan akan Roh itu, Kristus
diperbesar. Dia akan menjadi ekspresi kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 32
No comments:
Post a Comment