Pembacaan Alkitab: Yoh. 7:37; Why. 22:17
Ekonomi Allah jauh berbeda dengan konsepsi alamiah manusia.
Menurut konsepsi kita, bila kita telah diselamatkan, kita harus bertekad untuk
memperbaiki kelakuan kita. Mungkin setiap orang Kristen sejati telah membuat
keputusan demikian. Menurut konsepsi kita, kita perlu memperbaiki kelakuan kita
sendiri. Menyadari kelemahan kita, kita mohon Allah membantu kita. Namun, Allah
tidak mengabulkan doa semacam itu. Semakin kita berdoa mohon Allah membantu
kita untuk memperbaiki kelakuan kita, Ia semakin tidak mau membantu kita.
Sebaliknya, kelakuan kita
akan menjadi semakin buruk. Penyebabnya ialah
konsepsi yang demikian bertentangan dengan ekonomi Allah. Ekonomi Allah ialah
menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam kita dan menggarapkan diri-Nya sendiri ke
dalam kita, agar kita dapat menerima Dia sebagai hayat dan suplai hayat untuk
memperhidupkan Dia. Ini bukan memiliki karakter insani yang diperbaiki,
melainkan memperhidupkan Allah. Menurut ekonomi-Nya, Allah ingin menyalurkan
unsur-Nya, substansi-Nya, dan sifat-Nya ke dalam diri kita, supaya kita dapat
memperhidupkan Dia.
Dalam ekonomi-Nya, Allah tidak memperbaiki kita secara lahiriah.
Sebaliknya, Dia mentransmisikan segala apa adanya diri-Nya dalam kita.
Perbedaan koreksi lahiriah dengan transfusi batiniah boleh diilustrasikan
dengan perbedaan antara menggunakan tata rias dengan memiliki warna kulit yang sehat
karena makan dengan tepat. Cara manusia adalah menggunakan tata rias, tetapi
cara Allah ialah mentransformasi kita secara metabolis; yaitu memelihara,
menyegarkan, mendiris, memperkaya, dan memperkuat kita. Inilah ekonomi Allah.
Allah itu kaya dengan pemeliharaan, pendirisan, perawatan, penyegaran, dan penyinaran-Nya.
Oh, penyinaran-Nya mendatangkan kelimpahan-Nya! Udara, air, dan makanan juga menyuplaikan
kelimpahan-Nya kepada kita. Dalam Alkitab Allah mengibaratkan diri-Nya sendiri
seperti makanan, air, udara, dan sinar matahari. Mazmur 84:11 mengatakan bahwa
Tuhan adalah matahari kita. Allah tidak hanya mengajar kita, Ia juga memelihara
kita, mencurahi kita, dan menginfuskan segala kekayaanNya ke dalam manusia
batiniah kita. Inilah cara Allah.
Tujuan Allah dalam mentransmisikan kelimpahan-Nya ke dalam
kita ialah agar kita dapat memperhidupkan Dia. Para ahli gizi mengatakan bahwa
kita adalah apa yang kita makan. Jika kita memakan banyak makanan tertentu,
kita akan tersusun dari makanan itu. Semasih muda, saya memperhatikan setiap orang
yang tinggal di rumah nenek dan kakek saya baunya seperti bau ikan. Ibu saya
menjelaskan bahwa orang-orang di daerah itu memakan ikan tiga kali sehari.
Karena mereka memakan begitu banyak ikan, maka mereka menjadi tersusun dari
ikan. Ini mengilustrasikan fakta bahwa kita akan tersusun dari apa yang kita
makan. Jika kita makan Kristus, kita akan tersusun dari Dia.
Ekonomi Allah justru menghendaki kita memakan Kristus dan tersusun
oleh Dia. Dalam Yohanes 6 Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia adalah roti hayat,
roti yang turun dari surga, dan orang yang makan Dia akan hidup oleh Dia (ayat
35, 41, 57). Kemudian, dalam Yohanes 7 Ia berseru, “Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum!” (ayat
37). Kata-kata Tuhan ini mengacu kepada Roh itu. Dalam Wahyu 22:17, panggilan
ini sekali lagi diserukan. Tuhan memanggil kita untuk meminum Roh itu, yaitu
Allah Tritunggal yang telah melalui proses. Setelah melalui tahap-tahap proses
ilahi, Allah Tritunggal sekarang adalah minuman yang universal dan almuhit,
yang tersedia dan praktis lagi mudah.
Sekarang kita seharusnya jelas bahwa yang kita perlukan bukan
perbaikan atau koreksi luaran. Keperluan kita ialah menerima Allah Tritunggal
melalui makan dan minum Dia. Menurut ketentuan Allah, cara untuk memiliki Dia ialah
makan dan minum Dia.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 37
No comments:
Post a Comment