Pembacaan Alkitab: Mat. 28:19; RM. 6:3
Pemikiran dasar dari Alkitab ialah Allah Tritunggal damba
menggarapkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia agar manusia bisa menerima-Nya
sebagai hayat dan memperhidupkan Dia. Untuk memenuhi keinginan ini, Allah
Tritunggal telah melalui proses yang ajaib. Inkarnasi dan penyaliban adalah
tahapan-tahapan dalam proses ini. Melalui kematian-Nya di atas salib, Kristus
telah menanggulangi dosa (sifat), dosa-dosa (perbuatan), dan Iblis. Dia juga telah
melepaskan hayat ilahi-Nya. Setelah kematian Kristus yang almuhit, datanglah
kebangkitan-Nya. Melalui inkarnasi, Kristus menjadi seorang manusia; melalui
penyaliban Dia menanggulangi semua perkara negatif; dan dalam kebangkitan Dia menyalurkan
diri-Nya ke dalam orang-orang yang percaya kepada-Nya, sehingga mereka dapat
menjadi sehayat dan sesifat dengan-Nya.
Di pihak manusia, manusia diciptakan sebagai bejana untuk
menampung Allah. Di pihak Allah, suatu proses tertentu diperlukan. Setelah
melalui proses inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan, Allah Tritunggal telah
siap untuk masuk ke dalam manusia. Setelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus menyuruh
pengikut-pengikut-Nya menjadikan semua bangsa murid-Nya, dan membaptis orang-orang
yang percaya ke dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat. 28:19). Membaptis kaum
beriman ke dalam nama Allah Tritunggal berarti mencelupkan mereka ke dalam
persona Allah Tritunggal itu sendiri. Nama menunjukkan persona; dan persona
adalah realitas nama. Dalam Surat Kirimannya Paulus membicarakan perihal
dibaptis ke dalam Kristus (Rm. 6:3; Gal. 3:27). Membaptis kaum beriman ke dalam
Kristus sama dengan membaptis mereka ke dalam persona Allah Tritunggal.
Orang-orang yang percaya kepada Kristus dan dibaptis ke dalam Dia menjadi satu
dengan Allah Tritunggal, yaitu menjadi sehayat dan sesifat dengan-Nya.
Puji Tuhan, sebagai kaum beriman kita memiliki hayat ilahi dan mengambil
bagian dalam sifat ilahi. Dua Petrus 1:4 menunjukkan dengan jelas bahwa kita mengambil bagian dalam
kodrat (sifat) ilahi-Nya. Karena kita mengambil bagian dalam sifat ilahi, maka
tepat sekali mengatakan bahwa kita bersifat ilahi. Namun, ini sama sekali tidak
berarti kita berevolusi menjadi Allah, atau kita akan menjadi Allah sebagai
obyek penyembahan. Alkitab tidak mengajarkan bahwa kaum beriman akan menjadi
Allah. Akan tetapi, menurut firman Allah, kita yang percaya kepada Kristus
benar-benar telah dilahirkan dari Allah. Karenanya, kita adalah anak-anak
sejati yang dilahirkan oleh Dia, bukan anak-anak angkat. Karena kita adalah
anak-anak Allah, kita memiliki hayat dan sifat Allah. Dengan memiliki hayat dan
sifat ilahi, maka kita satu dengan Allah. Tetapi sekali lagi, ini sama sekali
tidak berarti kita akan menjadi Allah itu sendiri sebagai obyek penyembahan.
Kelahiran kembali tidak dapat membuat kita menjadi bagian dari
ke-Allahan. Mengatakan kaum beriman menjadi bagian dari ke-Allahan sebagai
obyek penyembahan itu berarti menghujat Allah. Kita tidak dapat mengambil
bagian dalam ke-Allahan. Tetapi kita dapat mengambil bagian dalam sifat ilahi.
Mengambil bagian dalam ke-Allahan itu satu hal; mengambil bagian dalam sifat
ilahi itu hal lain. Alangkah besarnya berkat karena bersatunya kita dengan
Allah dalam hayat dan sifat ilahi.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 36
No comments:
Post a Comment