Pembacaan Alkitab: Yoh. 14:17-20, 20:22
Sasaran menjadi orang Kristen adalah memperhidupkan Kristus.
Tidak hanya demikian, nasib yang ditakdirkan Allah bagi kita dalam ekonomi-Nya
juga adalah agar kita bisa memperhidupkan Kristus. Kristus adalah jalan kita,
sasaran kita, nasib kita, dan tujuan kita.
Kita dapat lebih mudah mengenal apa artinya memperhidupkan
Kristus melalui membaca Injil Yohanes. Injil ini mewahyukan bahwa Kristus,
Firman itu, adalah Allah (1:1). Pada suatu hari Firman itu menjadi daging
(1:14), yakni Allah telah berinkarnasi. Mengenai Firman yang telah menjadi
daging, Yohanes Pembaptis menerangkan, “Lihatlah
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (1:29). Injil Yohanes 3
membicarakan kelahiran kembali. Di sini kita nampak bahwa kita harus dilahirkan
oleh Allah melalui Roh dalam roh kita.
Setelah Tuhan Yesus memasuki kebangkitan, Ia datang kepada
murid-murid-Nya. Menurut Yohanes 20:22, “Ia
menghembusi mereka dan berkata, ‘Terimalah Roh Kudus.’” Kata “roh” dalam
bahasa Yunaninya adalah “pneuma”, juga
berarti “nafas” atau “udara”. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus menyuruh
murid-murid menerima nafas kudus. Injil Yohanes memulai dengan Firman dan berlanjut
membicarakan Anak Domba dan pokok anggur. Terakhir, dalam Yohanes 20:22, kita
nampak bahwa Dia yang adalah Firman, Anak Domba, dan pokok anggur ini juga adalah
nafas atau udara untuk kita terima. Di satu aspek, Ia terhembus ke luar, di
aspek lain, para murid menghirup ke dalam.
Dalam Yohanes 20:22 Tuhan Yesus menyuruh murid-murid menerima nafas
kudus, Roh Kudus. Kita tidak seharusnya menganalisis nafas, tetapi menerimanya
melalui menghirupnya ke dalam kita. Sangat disayangkan, banyak orang
Kristen hari ini hanya tahu menyelidiki dan mempertimbangkan, mereka tidak
mempunyai pengalaman bernafas atau “menghirup udara” ini. A. B. Simpson adalah
orang yang mengetahui pengalaman bernafas di dalam Kristus. Satu dari kidungnya
dimulai dengan kata-kata: “Padaku
hembuslah Roh-Mu, ajarku menghirup-Mu” (Kidung No. 210).
Dalam Injil Yohanes kita nampak satu catatan tentang proses
ilahi. Firman yang adalah Allah telah menjadi daging. Akhirnya, setelah melalui
penyaliban dan kebangkitan, Dia menjadi nafas kudus agar kita dapat
menghirupnya.
Kita tidak dapat hidup tanpa nafas. Untuk menyebut orang mati,
kelompok orang tertentu mengatakan bahwa orang itu telah putus nafas. Sudah
tentu, putus hayat berarti mati; namun hidup berarti bernafas terus-menerus. Tak peduli
kita telah lulus dari berapa sekolah, kita tidak pernah lulus dari bernafas.
Tidak ada orang yang dapat berkata karena ia sudah banyak pengetahuan atau
matang, maka ia tidak perlu bernafas lagi. Sebaliknya, orang yang semakin
berusia semakin memperhatikan pernafasannya. Alangkah ajaibnya, untuk hayat
rohani kita, kita memiliki nafas kudus untuk eksistensi kita!
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 34
No comments:
Post a Comment