Hitstat

08 September 2016

1 Yohanes - Minggu 3 Kamis



Pembacaan Alkitab: Rm. 7:20
Doa baca: Rm. 7:20
Jadi, jika aku melakukan apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang tinggal di dalam aku.


Jika kita ingin berada dalam persekutuan ilahi ini, kita perlu memenuhi kondisi, syarat atau kewajiban-kewajiban tertentu. Dengan demikian, barulah kita dapat menikmati persekutuan ilahi. Masalah syarat-syarat persekutuan ilahi ini diwahyukan dalam bagian kedua pasal 1 dan dalam bagian pertama pasal 2 (1:5—2:11). Hanya dua ayat yang membicarakan hayat ilahi (1:1-2) dan dua ayat yang lain tentang persekutuan ilahi (1:3-4), sedangkan 17 ayat berhubungan dengan syarat-syarat persekutuan ilahi. Ini menyatakan bahwa sejauh yang kita perhatikan, syarat-syarat persekutuan adalah satu perkara yang sangat penting.

Syarat pertama dari persekutuan ilahi mencakup dosa dan dosa-dosa. Dosa dan dosa-dosa adalah satu problem yang serius mengenai kenikmatan kita atas persekutuan ilahi, karena dosa dan dosa-dosa menyebabkan persekutuan kita dengan Allah Tritunggal gagal dan putus. Karena itu, Rasul Yohanes menuliskan sejumlah ayat mengenai pengakuan dosa kita.

Menurut Alkitab, dosa berhuni di dalam kita — di dalam daging kita. Roma 7:20 mengatakan, "Jadi, jika aku melakukan apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang tinggal (berhuni) di dalam aku." Kata "tinggal" (berhuni) di sini menunjukkan bahwa dosa adalah sesuatu yang hidup. Sesuatu yang tidak hidup, seperti kursi, tidak dapat tinggal di mana pun. Agar suatu benda dapat tinggal di suatu tempat, benda itu harus hidup dan organik.

Dosa yang digambarkan dalam Roma 7 adalah sesuatu yang dipersonifikasikan (dipribadikan). Kegiatan dosa adalah kegiatan seorang pribadi. Dosa mengambil kesempatan melalui perintah hukum Taurat dan membangkitkan keinginan di dalam kita (ayat 8). Selanjutnya, dosa dapat menipu kita dan membunuh kita (ayat 11). Menurut perkataan Paulus dalam ayat 17, dosa "berumah" di dalam kita dan melakukan hal-hal tertentu di dalam kita: "Kalau demikian bukan aku lagi yang melakukannya, tetapi dosa yang ada (berumah) di dalam aku." Selain itu, Paulus mengatakan bahwa dosa masuk (Rm. 5:12), memerintah (Rm. 5:21), berkuasa atas orang-orang (Rm. 6:14), menggarapkan maut di dalam kita (Rm. 7:13), dan adalah sesuatu yang hidup (Rm. 7:9). Karena itu, dosa bukanlah satu unsur atau zat yang tidak bernyawa. Sebaliknya, dosa adalah satu benda hidup yang dapat tinggal di dalam kita dan melakukan hal-hal melawan kehendak kita. Inilah sebabnya Paulus dapat mengatakan bahwa bukan dia yang melakukan hal-hal itu, tetapi dosa yang tinggal di dalam dia.

Perjanjian Baru membahas masalah dosa dengan menggunakan kata dosa (tunggal) dan dosa-dosa (jamak). "Dosa" mengacu kepada dosa yang tinggal di dalam kita, dari Iblis melalui Adam masuk ke dalam umat manusia (Rm. 5:12). Dosa ditanggulangi di dalam bagian kedua dari Kitab Roma (5:12—8:13 dengan perkecualian 7:5, yang mencantumkan kata "dosa-dosa"). Dosa-dosa mengacu kepada perbuatan dosa, buah dosa yang tinggal di dalam kita, yang ditanggulangi dalam bagian pertama Kitab Roma, 1:18—5:11. Namun, dalam 1 Yohanes 1:7 dosa (tunggal) dipakai bersama kata bilangan "segala", tidak menyatakan dosa yang tinggal di dalam kita, melainkan segala dosa yang kita lakukan (ayat 10) setelah kita dilahirkan kembali. Dosa-dosa ini mencemari hati nurani kita yang telah disucikan, dan perlu dibersihkan dengan darah Tuhan dalam persekutuan kita dengan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 6

No comments: