Pembacaan Alkitab: Rm. 7:20
Doa baca: Rm. 7:20
Jadi, jika aku melakukan apa yang tidak aku
kehendaki, maka bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang tinggal di
dalam aku.
Jika
kita ingin berada dalam persekutuan ilahi ini, kita perlu memenuhi kondisi,
syarat atau kewajiban-kewajiban tertentu. Dengan demikian, barulah kita dapat
menikmati persekutuan ilahi. Masalah syarat-syarat persekutuan ilahi ini
diwahyukan dalam bagian kedua pasal 1 dan dalam bagian pertama pasal 2
(1:5—2:11). Hanya dua ayat yang membicarakan hayat ilahi (1:1-2) dan dua ayat
yang lain tentang persekutuan ilahi (1:3-4), sedangkan 17 ayat berhubungan dengan
syarat-syarat persekutuan ilahi. Ini menyatakan bahwa sejauh yang kita
perhatikan, syarat-syarat persekutuan adalah satu perkara yang sangat penting.
Syarat
pertama dari persekutuan ilahi mencakup dosa dan dosa-dosa. Dosa dan dosa-dosa
adalah satu problem yang serius mengenai kenikmatan kita atas persekutuan
ilahi, karena dosa dan dosa-dosa menyebabkan persekutuan kita dengan Allah
Tritunggal gagal dan putus. Karena itu, Rasul Yohanes menuliskan sejumlah ayat
mengenai pengakuan dosa kita.
Menurut
Alkitab, dosa berhuni di dalam kita — di dalam daging kita. Roma 7:20
mengatakan, "Jadi, jika aku melakukan apa yang tidak aku kehendaki, maka
bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang tinggal (berhuni) di dalam
aku." Kata "tinggal" (berhuni) di sini menunjukkan bahwa dosa
adalah sesuatu yang hidup. Sesuatu yang tidak hidup, seperti kursi, tidak dapat
tinggal di mana pun. Agar suatu benda dapat tinggal di suatu tempat, benda itu
harus hidup dan organik.
Dosa
yang digambarkan dalam Roma 7 adalah sesuatu yang dipersonifikasikan
(dipribadikan). Kegiatan dosa adalah kegiatan seorang pribadi. Dosa mengambil
kesempatan melalui perintah hukum Taurat dan membangkitkan keinginan di dalam
kita (ayat 8). Selanjutnya, dosa dapat menipu kita dan membunuh kita (ayat 11).
Menurut perkataan Paulus dalam ayat 17, dosa "berumah" di dalam kita
dan melakukan hal-hal tertentu di dalam kita: "Kalau demikian bukan aku
lagi yang melakukannya, tetapi dosa yang ada (berumah) di dalam aku."
Selain itu, Paulus mengatakan bahwa dosa masuk (Rm. 5:12), memerintah (Rm. 5:21),
berkuasa atas orang-orang (Rm. 6:14), menggarapkan maut di dalam kita (Rm.
7:13), dan adalah sesuatu yang hidup (Rm. 7:9). Karena itu, dosa bukanlah satu
unsur atau zat yang tidak bernyawa. Sebaliknya, dosa adalah satu benda hidup
yang dapat tinggal di dalam kita dan melakukan hal-hal melawan kehendak kita.
Inilah sebabnya Paulus dapat mengatakan bahwa bukan dia yang melakukan hal-hal
itu, tetapi dosa yang tinggal di dalam dia.
Perjanjian
Baru membahas masalah dosa dengan menggunakan kata dosa (tunggal) dan dosa-dosa
(jamak). "Dosa" mengacu kepada dosa yang tinggal di dalam kita, dari
Iblis melalui Adam masuk ke dalam umat manusia (Rm. 5:12). Dosa ditanggulangi
di dalam bagian kedua dari Kitab Roma (5:12—8:13 dengan perkecualian 7:5, yang
mencantumkan kata "dosa-dosa"). Dosa-dosa mengacu kepada perbuatan
dosa, buah dosa yang tinggal di dalam kita, yang ditanggulangi dalam bagian
pertama Kitab Roma, 1:18—5:11. Namun, dalam 1 Yohanes 1:7 dosa (tunggal)
dipakai bersama kata bilangan "segala", tidak menyatakan dosa yang
tinggal di dalam kita, melainkan segala dosa yang kita lakukan (ayat 10)
setelah kita dilahirkan kembali. Dosa-dosa ini mencemari hati nurani kita yang
telah disucikan, dan perlu dibersihkan dengan darah Tuhan dalam persekutuan
kita dengan Allah.
No comments:
Post a Comment