Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 2:1; 1:6
Doa baca: 1 Yoh. 2:1
Anak-anakku, hal-hal ini
kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Namun jika seseorang
berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara kepada Bapa, yaitu Yesus
Kristus yang adil.
Kita
telah membahas soal apakah sebagai kaum beriman kita masih memiliki dosa dalam
sifat kita atau tidak. Kita telah melihat bahwa setelah kita dilahirkan
kembali, kita masih mempunyai dosa yang tinggal di dalam kita. Sekarang kita
perlu membahas masalah kedua: Masih dapatkah kita berbuat dosa setelah kita
dilahirkan kembali? Ya, orang beriman masih dapat berbuat dosa setelah dia
dilahirkan kembali. Dalam 2:1 Yohanes mengatakan, “Anak-anakku, hal-hal ini
kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa. Namun jika seseorang
berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara kepada Bapa, yaitu Yesus
Kristus yang adil.” Perkataan Yohanes “jika seseorang berbuat dosa” menunjukkan
dengan kuat bahwa kita masih dapat berbuat dosa setelah kita diselamatkan.
Mari
kita memakai masalah tentang marah-marah sebagai sebuah ilustrasi. Saya tidak
percaya ada orang yang tidak pernah marah-marah setelah dia beroleh selamat.
Dapatkah Anda mengatakan bahwa selama Anda menjadi orang Kristen, Anda tidak
pernah marah-marah? Walaupun Anda tidak marah-marah di luaran, bagaimana dalam
batin Anda? Ilustrasi tentang marah-marah saja cukup untuk membuat kita jelas
mengenai fakta bahwa meskipun kita adalah kaum beriman, kita masih dapat
berbuat dosa dan memang adakalanya kita juga berbuat dosa. Meskipun kita telah
beroleh selamat dan dilahirkan kembali dan berada di bawah transformasi Roh
Kudus, kita masih mungkin berbuat dosa. Karena kita masih dapat berbuat dosa
setelah beroleh selamat, kita perlu mengakui dosa-dosa kita (1:9). Pengakuan
dosa-dosa adalah syarat pertama dari persekutuan ilahi.
Dalam
1:6 Yohanes mengatakan, "Jika kita katakan bahwa kita mempunyai
persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan
tidak melakukan kebenaran." Mempunyai persekutuan dengan Allah berarti
melakukan kontak yang hidup dan akrab dengan Dia dalam aliran hayat ilahi
berdasarkan urapan Roh itu dalam roh kita (2:27). Ini menjaga kita dalam
partisipasi dan kenikmatan atas terang ilahi dan kasih ilahi.
Kita
sangat perlu nampak bahwa hubungan kaum beriman dalam hayat dengan Bapa tidak
dapat terputus. Akan tetapi, persekutuan mereka dengan Allah dapat terputus.
Yang pertama adalah tanpa syarat, yang terakhir adalah bersyarat. Begitu kita
dilahirkan kembali, kita adalah anakanak Allah, dan kita mempunyai satu
hubungan dalam hayat dengan Bapa kita. Hubungan hayat ini tidak dapat terputus.
Akan tetapi, persekutuan kita dengan Allah dapat terputus.
Jangan
mencampuradukkan hubungan hayat kita dengan Allah dan persekutuan kita dengan
Allah. Hubungan kita dengan Allah berdasar pada hayat dan telah pasti sekali
untuk selamanya. Tetapi, persekutuan kita dengan Allah berdasar pada pemenuhan
syarat-syarat dan bisa berubahubah seperti cuaca. Karena itu, hubungan hayat
dengan Allah tidak mempunyai syarat dan tidak dapat putus. Tetapi persekutuan kita
dengan Allah tergantung pada syarat-syarat tertentu, dapat putus, dan
berubah-ubah. Saya harap kita semua dapat jelas mengenai perbedaan antara
hubungan kita dengan Allah di dalam hayat dan persekutuan kita dengan Dia.
Sumber:
Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 6
No comments:
Post a Comment