Pembacaan Alkitab: Why. 10:10
Doa baca: Why. 10:10
Aku pun mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu,
dan memakannya: Di dalam mulutku kitab itu terasa manis seperti madu, tetapi
sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.
Kita yang di dalam gereja harus nampak bahwa berkat terbesar
adalah Ia berjanji akan membuat kita menjadi sesuatu. Cara-Nya menggenapkan hal
ini adalah menggarapkan diri-Nya ke dalam kita. Menuliskan nama Allah, nama
Yerusalem Baru, dan nama baru Tuhan pada diri kita sesungguhnya mengacu kepada
hal menggarapkan diri Allah ke dalam kita, menggarapkan Yerusalem Baru ke dalam
kita, dan menggarapkan semua pekerti Kristus ke dalam kita sebagai ekspresi-Nya
yang baru. Akhirnya, melalui penggarapan ini, ketiga nama baru ini akan
tertulis pada diri kita. Penggarapan unsur-Nya ke dalam kita berarti menuliskan
nama-nama ini pada diri kita.
Penulisan ketiga nama ini menggambarkan penggarapan unsur ilahi ke
dalam diri kita. Karena itu, berkat terbesar dalam hidup gereja bukanlah Tuhan
memberi kita sesuatu, melainkan sekarang ini Ia sedang menggarapkan diri-Nya ke
dalam kita, menjadikan kita satu bagian dari Yerusalem Baru. Melalui
penggarapan ini, kita bisa memiliki sesuatu dari Allah seperti beberapa
pengalaman baru atas Kristus yang almuhit. Kita mungkin tidak memiliki
berkat-berkat yang di luar. Walaupun Tuhan memelihara kita, kita tidak
menganggap pemeliharaan yang di luar itu sebagai berkat yang sejati. Berkat
yang sejati adalah Ia menjadikan kita tiang dalam Bait Allah yang padanya
dituliskan ketiga nama yang ajaib.
Ketika Rasul Yohanes memakan gulungan kitab yang kecil itu, dalam
mulutnya terasa manis namun terasa pahit dalam perutnya (10:10). Pengalaman
kita sama. Ketika kita nampak visi ini, kita senang karena visi ini sangat
manis. Tetapi setelah nampak visi ini, bertahun-tahun kita merasa pahit.
Perasaan pahit ini menyangkut situasi yang kasihan di antara orang-orang
Kristen hari ini. Bahkan di antara kita yang demikian dekat dengan ministri
Tuhan pun banyak yang tidak mempedulikan pembangunan Allah.
Apakah pembangunan Allah itu? Pembangunan Allah adalah menyalurkan
diri-Nya ke dalam kita dan menggarapkan diri-Nya ke dalam kita. Perhatikan
sekali lagi ilustrasi tentang kayu yang membatu. Kayu itu bersifat alamiah,
tidak memiliki unsur mineral apa pun yang bisa memberinya substansi batu. Dalam
pembangunan kekal Allah tidak ada kayu. Dalam bangunan itu, yang ada hanya
batu-batu permata, emas, dan mutiara. Kedua belas dasar dari Yerusalem Baru
adalah lapisan batu-batu permata (21:19-20), dan seluruh temboknya dibangun
dengan permata yaspis (21:18). Dalam Yerusalem Baru tidak ada lumpur atau kayu.
Asalnya kita semua kalau bukan lumpur tentu kayu. Setiap orang lebih suka kayu
daripada lumpur, karena menurut mereka kayu lebih unggul daripada lumpur.
Namun, baik lumpur maupun kayu tidak berguna dalam tangan pembangunan Allah.
Kita perlu diubah. Orang-orang yang seperti lumpur perlu diubah menjadi batu
permata, sedang orang-orang yang seperti kayu perlu dijadikan batu. Cara untuk
membuat sepotong kayu menjadi batu adalah dengan membiarkan air hidup
mengalirinya untuk menghanyutkan kadar kayu dan menggantinya dengan unsur
mineral yang kukuh. Proses pembatuan dalam dunia fisik ini merupakan lambang
dari realitas rohani. Hari ini sesungguhnya Allah "sedang membatukan"
kita melalui aliran hayat ilahi-Nya. Aliran ini dengan jelas diwahyukan dalam
Wahyu 22:1 yang mengatakan, "Lalu Ia menunjukkan kepadaku sungai air
kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah
dan takhta Anak Domba itu." Sungai
itu mengaliri seluruh kota.
No comments:
Post a Comment