Hitstat

08 June 2017

Wahyu - Minggu 18 Kamis



Pembacaan Alkitab: Why. 12:1-17; Yes. 54:5
Doa baca: Yes. 54:5
Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.


Untuk bisa menjadi anak laki-laki, umat Allah terlebih dulu harus menjadi seorang perempuan di hadapan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam gereja hari ini, kita terlebih dulu harus berdiri pada kedudukan perempuan di hadapan Allah, dan kemudian sebagai anak laki-laki. Melalui tanda dalam Wahyu 12 ini, kita nampak bahwa Allah bermaksud menghasilkan anak laki-laki melalui perempuan itu. Baik dulu maupun sekarang, Allah selalu menhasilkan anak laki-laki melalui perempuan. Kemudian anak laki-laki itu akan dipakai Allah untuk mengalahkan musuh-Nya dan mendatangkan kerajaan-Nya. Dengan kata lain, Allah akan memakai anak laki-laki itu untuk menggenapkan ekonomi-Nya dan merampungkan tujuan-Nya. Ini merupakan perkara yang sangat besar. Untuk merampungkan maksud dan tujuan-Nya, Allah tidak hanya memerlukan Kristus yang individual, tetapi juga Kristus yang korporat, yaitu gereja, umat Allah. Kita tidak sependapat dengan pendapat yang mengatakan bahwa perempuan itu adalah ibu Yesus atau bangsa Israel. Perempuan itu adalah susunan korporat umat Allah yang universal. Allah memerlukan anak laki-laki untuk mengalahkan musuh-Nya dan mendatangkan kerajaan-Nya sehingga tujuan kekal-Nya bisa tergenapkan. Agar Allah bisa memiliki anak laki-laki, diperlukan perempuan itu.

Sekarang kita perlu melihat beberapa perkara penting yang berkaitan dengan posisi perempuan dalam Alkitab. Alkitab mewahyukan bahwa dalam pandangan Allah, umat-Nya adalah istri-Nya. Dalam Yesaya 54, Allah bahkan menyebut diri-Nya sebagai suami umat-Nya. Menurut Alkitab, agar seorang perempuan bisa menjadi istri yang tepat, ia harus taat kepada suaminya. Di alam semesta ini, suami satu-satunya, laki-laki satu-satunya, adalah Allah. Allah, laki-laki universal, suami universal, adalah suami kita. Entah kita dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, sebagai umat Allah, dalam pandangan Allah kita semua adalah perempuan. Allah adalah suami kita, dan kita adalah pasangan-Nya. Sebagai istri-Nya, kita harus taat kepada-Nya. Meskipun kita mungkin menyebut diri kita sebagai istri Kristus, namun kita masih terus menempuh cara kita dan memiliki maksud kita sendiri. Sering kali, kita tidak menerima kemauan-Nya dan maksud-Nya sebagai kemauan dan maksud kita. Itu berarti kita tidak benar-benar mengalami-Nya sebagai suami kita, kita tidak taat kepada-Nya.

Seorang istri juga harus menerima sesuatu dari suaminya agar bisa hamil. Alkitab menunjukkan bahwa masalah taat adalah menerima sesuatu dari Kristus, sama seperti istri taat kepada suaminya, bukan untuk melakukan sesuatu bagi suaminya, melainkan menerima sesuatu darinya. Tidak ada satu perlakuan yang lebih penting dari seorang istri daripada menerima sesuatu dari suaminya. Sesungguhnya kewajiban seorang istri bukanlah melakukan sesuatu untuk suaminya, melainkan menerima sesuatu dari suaminya, sehingga ia bisa melahirkan sesuatu untuk suaminya. Perempuan dalam Wahyu 12 itu tidak digambarkan sedang melakukan apa-apa bagi suaminya; ia hanya digambarkan sebagai perempuan yang sedang mengandung. Ia hamil oleh suaminya agar melahirkan sesuatu untuk suaminya. Kewajiban gereja yang terutama bukanlah melakukan sesuatu untuk Kristus. Kewajibannya adalah menerima sesuatu dari Kristus sehingga ia bisa hamil oleh Kristus dan melahirkan sesuatu bagi Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 3, Berita 35

No comments: