Pembacaan Alkitab: Why. 12:1-17; Yes. 54:5
Doa baca: Yes. 54:5
Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan
engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang
Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi.
Untuk bisa menjadi anak laki-laki, umat Allah terlebih dulu harus
menjadi seorang perempuan di hadapan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
gereja hari ini, kita terlebih dulu harus berdiri pada kedudukan perempuan di
hadapan Allah, dan kemudian sebagai anak laki-laki. Melalui tanda dalam Wahyu
12 ini, kita nampak bahwa Allah bermaksud menghasilkan anak laki-laki melalui
perempuan itu. Baik dulu maupun sekarang, Allah selalu menhasilkan anak
laki-laki melalui perempuan. Kemudian anak laki-laki itu akan dipakai Allah
untuk mengalahkan musuh-Nya dan mendatangkan kerajaan-Nya. Dengan kata lain, Allah
akan memakai anak laki-laki itu untuk menggenapkan ekonomi-Nya dan merampungkan
tujuan-Nya. Ini merupakan perkara yang sangat besar. Untuk merampungkan maksud
dan tujuan-Nya, Allah tidak hanya memerlukan Kristus yang individual, tetapi
juga Kristus yang korporat, yaitu gereja, umat Allah. Kita tidak sependapat
dengan pendapat yang mengatakan bahwa perempuan itu adalah ibu Yesus atau
bangsa Israel. Perempuan itu adalah susunan korporat umat Allah yang universal.
Allah memerlukan anak laki-laki untuk mengalahkan musuh-Nya dan mendatangkan
kerajaan-Nya sehingga tujuan kekal-Nya bisa tergenapkan. Agar Allah bisa
memiliki anak laki-laki, diperlukan perempuan itu.
Sekarang kita perlu melihat beberapa perkara penting yang
berkaitan dengan posisi perempuan dalam Alkitab. Alkitab mewahyukan bahwa dalam
pandangan Allah, umat-Nya adalah istri-Nya. Dalam Yesaya 54, Allah bahkan
menyebut diri-Nya sebagai suami umat-Nya. Menurut Alkitab, agar seorang
perempuan bisa menjadi istri yang tepat, ia harus taat kepada suaminya. Di alam
semesta ini, suami satu-satunya, laki-laki satu-satunya, adalah Allah. Allah,
laki-laki universal, suami universal, adalah suami kita. Entah kita dilahirkan
sebagai laki-laki atau perempuan, sebagai umat Allah, dalam pandangan Allah
kita semua adalah perempuan. Allah adalah suami kita, dan kita adalah
pasangan-Nya. Sebagai istri-Nya, kita harus taat kepada-Nya. Meskipun kita
mungkin menyebut diri kita sebagai istri Kristus, namun kita masih terus
menempuh cara kita dan memiliki maksud kita sendiri. Sering kali, kita tidak
menerima kemauan-Nya dan maksud-Nya sebagai kemauan dan maksud kita. Itu
berarti kita tidak benar-benar mengalami-Nya sebagai suami kita, kita tidak
taat kepada-Nya.
Seorang istri juga harus menerima sesuatu dari suaminya agar bisa
hamil. Alkitab menunjukkan bahwa masalah taat adalah menerima sesuatu dari
Kristus, sama seperti istri taat kepada suaminya, bukan untuk melakukan sesuatu
bagi suaminya, melainkan menerima sesuatu darinya. Tidak ada satu perlakuan
yang lebih penting dari seorang istri daripada menerima sesuatu dari suaminya.
Sesungguhnya kewajiban seorang istri bukanlah melakukan sesuatu untuk suaminya,
melainkan menerima sesuatu dari suaminya, sehingga ia bisa melahirkan sesuatu
untuk suaminya. Perempuan dalam Wahyu 12 itu tidak digambarkan sedang melakukan
apa-apa bagi suaminya; ia hanya digambarkan sebagai perempuan yang sedang
mengandung. Ia hamil oleh suaminya agar melahirkan sesuatu untuk suaminya.
Kewajiban gereja yang terutama bukanlah melakukan sesuatu untuk Kristus.
Kewajibannya adalah menerima sesuatu dari Kristus sehingga ia bisa hamil oleh
Kristus dan melahirkan sesuatu bagi Kristus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 3, Berita 35
No comments:
Post a Comment