Pembacaan Alkitab: Ef. 2:19
Kini kita bukan lagi orang asing dan
pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus. Ungkapan “kawan
sewarga” menunjukkan Kerajaan Allah. Semua orang beriman, baik orang Yahudi
maupun kafir, adalah warga negara dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah
ruang lingkup tempat Allah dapat melaksanakan kekuasaan-Nya. Asalkan Anda
seorang beriman, Anda adalah warga negara Kerajaan Allah. Kewarganegaraan ini
mencakup hak-hak dan kewajiban kita. Kita menikmati hak-hak kerajaan, kita pun
mengemban tanggung jawab kerajaan. Kedua hal ini selalu bergandengan. Sebagai
contoh, sebagai warga negara Amerika Serikat, kita menikmati hak-hak tertentu,
tetapi kita juga harus memenuhi kewajiban kita untuk membayar pajak.
Ayat 19 mewahyukan bahwa kita juga sebagai
“anggota-anggota keluarga Allah”. Ungkapan ini menunjukkan rumah Allah. Kaum
beriman Yahudi dan kafir adalah anggota keluarga Allah. Keluarga Allah adalah
masalah hayat dan kenikmatan; semua orang beriman dilahirkan dari Allah ke
dalam rumah-Nya (keluarga-Nya) untuk menikmati kekayaan-Nya. Kerajaan Allah
adalah masalah hak dan kewajiban; semua orang percaya yang dilahirkan ke
dalam rumah Allah memiliki hak sipil dan kewajiban dalam Kerajaan Allah. Dalam
ayat yang pendek ini tercakup dua perkara yang dalam: Kerajaan Allah berikut
hak dan kewajibannya dan rumah atau keluarga Allah berikut kenikmatan hayat dan
kekayaan Bapa.
Ayat 19 menyinggung tentang kaum saleh,
keluarga Allah, dan Kerajaan Allah. Kaum saleh itu bersifat individual, tetapi
keluarga Allah bersifat korporat dan menghasilkan Kerajaan Allah. Tanpa
keluarga tidak mungkin ada kerajaan. Pertama-tama kita adalah kaum saleh yang
individual, kemudian kita adalah keluarga Allah yang korporat dan yang akhirnya
menjadi Kerajaan Allah. Karena itu, kita tidak saja memiliki aspek individual
dari kehidupan orang Kristen, juga memiliki kehidupan keluarga Allah dan
Kerajaan Allah pada aspek korporat.
Dalam ayat 19 terdapat pikiran yang akrab,
ini tertampak dari ungkapan “kawan sewarga”. Sebagai orang kafir yang
belum beroleh selamat, kita dahulu jauh dari Allah dan kewargaan Israel, tetapi
sekarang kita memiliki satu hubungan yang akrab dengan orang-orang kudus. Kita
adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.
Di antara warga negara Amerika Serikat, terdapat suatu keakraban, tetapi keakraban
itu tidak sebanding dengan keakraban di antara anggota keluarga. Orang-orang
Yahudi dan kafir bukan hanya menjadi warga dari kerajaan yang sama, tetapi juga
menjadi kerabat keluarga yang sama. Kita perlu memandang orang kudus dengan
akrab sebagai kerabat kita. Menjadi anggota keluarga Allah tidak seharusnya
hanya dalam doktrin kita, tetapi juga dalam pengalaman kita. Dalam alam semesta
Allah hanya memiliki satu keluarga, satu rumah tangga. Tidak peduli apa latar
belakang kita, sebagai kaum beriman, kita semua adalah anggota keluarga Allah
yang universal dan unik ini, dan seluruh orang kudus adalah kerabat kita.
Janganlah menganggap hal ini sepele, tetapi pandanglah hal ini dengan serius
sebagai aspek gereja yang terpenting. Be-tapa akrabnya hubungan yang kita
miliki di antara keluarga Allah!
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2,
Berita 26
No comments:
Post a Comment