Pembacaan Alkitab: Ef. 2:14-16, 19
Dalam ayat 15 dan 16 Rasul Paulus menyebut
satu manusia baru sebelum Tubuh. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan
ini kita perlu merenungkan Efesus 2:14-16 sekali lagi. Sewaktu kita membaca ayat-ayat
ini, kita tidak seharusnya membawa konsepsi alamiah, pengertian agamawi, atau
prasangka doktrinal kita, sebab semuanya itu membuat kita tolol dan tumpul
dalam memahami firman Tuhan. Karena aspek gereja sebagai Tubuh tidak setinggi
aspeknya sebagai manusia baru, mungkin kita mengira Tubuh harus disebut lebih
dulu, tetapi mana mungkin ada Tubuh jika tidak ada satu manusia lebih dulu?
Pertama-tama, kita membicarakan satu manusia, kemudian baru tubuhnya.
Penciptaan manusia baru adalah yang primer, sedangkan dihasilkannya Tubuh itu
bersifat sekunder. Karena itu, Paulus lebih dulu mengatakan bahwa kematian
Kristus dalam dagingnya di atas salib, membatalkan peraturan-peraturan, untuk
menciptakan satu manusia baru dalam diri-Nya. Dengan berbuat demikian, maka
Tubuh telah dihasilkan. Jadi, segera setelah manusia baru diciptakan,
muncullah Tubuh itu. Dalam hubungan ini kata “dan” pada permulaan ayat 16
sangat bermakna, sebab kata itu mengaitkan pemikiran pendamaian di dalam satu
Tubuh dengan penciptaan satu manusia baru. Ketika Kristus menciptakan keduanya
itu, orang Yahudi dan orang kafir ke dalam satu manusia baru, Ia mendamaikan
mereka dalam satu Tubuh kepada Allah. Karena alasan inilah maka Paulus menyebut
manusia baru lebih dulu, kemudian baru menyebut Tubuh.
Sesudah didamaikan kepada Allah, orang
Yahudi dan orang kafir masih perlu mendapatkan jalan masuk kepada Bapa sebagai
kenikmatan. Jalan masuk ini tidak hanya di dalam Tubuh, tetapi juga di dalam
Roh. Berada di dalam Tubuh itu suatu fakta, berada di dalam Roh itu suatu
pengalaman. Walaupun kita berada di dalam Tubuh, kita mungkin belum berada di
dalam Roh, sebaliknya kita mungkin berada di dalam pikiran kita yang terombang-ambing.
Misalnya, sewaktu Anda duduk di dalam suatu sidang, mungkin pikiran Anda
melanglang buana. Ini menggambarkan fakta bahwa kita perlu mengalami berada di
dalam Roh.
Ketika kita berada di dalam Roh, barulah
kita menikmati Bapa. Kita mungkin memiliki Allah pada faktanya melalui berada
di dalam Tubuh, tetapi jika kita mau menikmati Bapa dalam pengalaman, haruslah
kita berada di dalam Roh. Dahulu kita jauh dari Allah, tetapi pada posisinya,
kita telah didamaikan kepada-Nya dan sekarang tidak ada lagi sekatan atau
pemisahan antara kita dengan Allah. Namun bila kita tidak berada di dalam Roh,
kita tidak dapat menikmati fakta tersebut. Itulah sebabnya, untuk menikmati
dalam pengalaman apa yang kita miliki secara posisional itu, perlulah kita
berada di dalam Roh.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2,
Berita 26
No comments:
Post a Comment