Hitstat

18 December 2012

Efesus - Minggu 13 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 2:14-16, 19


Dalam ayat 15 dan 16 Rasul Paulus menyebut satu manusia baru sebelum Tubuh. Mengapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu merenungkan Efesus 2:14-16 sekali lagi. Sewaktu kita membaca ayat-ayat ini, kita tidak seharusnya membawa konsepsi alamiah, pe­ngertian agamawi, atau prasangka doktrinal kita, sebab semuanya itu membuat kita tolol dan tumpul dalam memahami firman Tuhan. Karena aspek gereja sebagai Tubuh tidak setinggi aspeknya sebagai manusia baru, mungkin kita mengira Tubuh harus disebut lebih dulu, tetapi mana mungkin ada Tubuh jika tidak ada satu ma­nusia lebih dulu? Pertama-tama, kita membicarakan satu manusia, kemudian baru tubuhnya. Penciptaan manusia baru adalah yang primer, sedangkan dihasilkannya Tubuh itu bersifat sekunder. Karena itu, Paulus lebih dulu me­ngatakan bahwa kematian Kristus dalam dagingnya di atas salib, membatalkan peraturan-peraturan, untuk menciptakan satu manusia baru dalam diri-Nya. Dengan berbuat demikian, maka Tubuh telah dihasilkan. Jadi, se­gera setelah manusia baru diciptakan, muncullah Tubuh itu. Dalam hubungan ini kata “dan” pada permulaan ayat 16 sangat bermakna, sebab kata itu mengaitkan pemikir­an pendamaian di dalam satu Tubuh dengan penciptaan satu manusia baru. Ketika Kristus menciptakan kedua­nya itu, orang Yahudi dan orang kafir ke dalam satu ma­nusia baru, Ia mendamaikan mereka dalam satu Tubuh kepada Allah. Karena alasan inilah maka Paulus menye­but manusia baru lebih dulu, kemudian baru menyebut Tubuh.

Sesudah didamaikan kepada Allah, orang Yahudi dan orang kafir masih perlu mendapatkan jalan masuk kepa­da Bapa sebagai kenikmatan. Jalan masuk ini tidak ha­nya di dalam Tubuh, tetapi juga di dalam Roh. Berada di dalam Tubuh itu suatu fakta, berada di dalam Roh itu suatu pengalaman. Walaupun kita berada di dalam Tu­buh, kita mungkin belum berada di dalam Roh, sebalik­nya kita mungkin berada di dalam pikiran kita yang ter­ombang-ambing. Misalnya, sewaktu Anda duduk di dalam suatu sidang, mungkin pikiran Anda melanglang buana. Ini menggambarkan fakta bahwa kita perlu mengalami berada di dalam Roh.

Ketika kita berada di dalam Roh, barulah kita me­nikmati Bapa. Kita mungkin memiliki Allah pada fak­tanya melalui berada di dalam Tubuh, tetapi jika kita mau menikmati Bapa dalam pengalaman, haruslah kita berada di dalam Roh. Dahulu kita jauh dari Allah, tetapi pada posisinya, kita telah didamaikan kepada-Nya dan sekarang tidak ada lagi sekatan atau pemisahan antara kita dengan Allah. Namun bila kita tidak berada di dalam Roh, kita tidak dapat menikmati fakta tersebut. Itulah sebabnya, untuk menikmati dalam pengalaman apa yang kita miliki secara posisional itu, perlulah kita berada di dalam Roh.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 26

No comments: