Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:7-9
Injil Yohanes mewahyukan bagaimana Allah
datang kepada manusia melalui inkarnasi. Firman yang bersama Allah dan yang
adalah Allah telah menjadi daging dan berkemah di antara kita (Yoh. 1:1, 14).
Ayat 14 mengatakan bahwa Persona yang berinkarnasi ini penuh dengan anugerah
dan realitas. Ayat itu tidak mengatakan Ia penuh dengan kuasa dan wewenang,
keagungan, dan kedaulatan, atau kasih dan terang. Banyak orang Kristen mengutip
Yohanes 1:14 tanpa mengerti makna anugerah dan realitas. Anugerah dan realitas
berkaitan erat dengan Allah sendiri. Anugerah adalah sesuatu yang manis,
realitas adalah sesuatu yang riil. Anugerah sebenarnya adalah Persona Tuhan
Yesus yang manis, dan ialah wujud kepenuhan Allah dan pancaran kemuliaan ilahi
(Kol. 2:9; Ibr. 1:3). Ini berarti Dia adalah ekspresi Allah.
Injil Yohanes banyak sekali membahas hayat.
Yohanes 10:10 mengatakan bahwa Tuhan datang agar kita boleh menerima hayat dan
memilikinya dengan berkelimpahan. Persona Yesus yang manis dan terkasih ini
ialah pancaran Allah itu sendiri, yaitu ekspresi-Nya. Sebagai Persona yang
demikian, Ia adalah hayat kita. Hayat ialah esens, sedang anugerah ialah
kenikmatan yang berasal dari pengecapan hayat. Ketika kita mengecap kemanisan
hayat, kita pun mengalami anugerah sebagai kenikmatan kita. Maka, hayat adalah
substansi sedang anugerah adalah kenikmatan.
Ini dikuatkan dalam tulisan Paulus. Paulus
menderita karena adanya “satu duri dalam dagingku” (2 Kor. 12:7). Duri ini
mungkin merupakan suatu penyakit atau cacat jasmani. Paulus tiga kali berdoa
kepada Tuhan agar duri ini meninggalkan dirinya (2 Kor. 12:8). Tetapi Tuhan
menjawabnya dengan berkata, “Cukuplah anugerah-Ku bagimu; sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor. 12:9). Tuhan mengizinkan
duri itu tinggal, agar Paulus memiliki satu kesempatan untuk menikmati
anugerah-Nya. Dalam kelemahan Paulus, kuasa Allah, dan anugerah-Nya yang cukup,
menjadi sempurna.
Anugerah ialah kenikmatan atas Allah
Tritunggal dalam segala apa adanya bagi kita. Ketika Ia adalah hayat bagi kita,
itulah anugerah. Ketika Ia adalah kuasa bagi kita, itulah anugerah. Anugerah
ialah segala apa adanya Kristus bagi kita sebagai kenikmatan kita yang
subyektif. Tiap hari kita perlu anugerah, bahkan tiap jam. Kita perlu menikmati
Kristus sebagai hayat kita, kekuatan kita, dan segala sesuatu kita. Anugerah
adalah Allah Tritunggal menjadi kenikmatan kita. Ia telah datang kepada kita,
agar kita boleh memperoleh, mengalami, dan menikmati-Nya. Ketika kita mengalami
Dia sebagai kenikmatan kita, jadilah Ia anugerah kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
49
No comments:
Post a Comment