Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32
Dalam Perjanjian Baru, anugerah dan
realitas merupakan satu pasangan. Yohanes 1:14 mengatakan bahwa Firman itu
telah menjadi manusia dan berkemah di antara kita, penuh anugerah dan kebenaran
(realitas Tl.). Ayat 17 mengatakan pula bahwa anugerah dan realitas datang oleh
Yesus Kristus.
Sebagaimana anugerah dan realitas merupakan
pasangan, maka kasih dan terang pun merupakan pasangan. Dalam Injil Yohanes
kita memiliki anugerah dan realitas, tetapi dalam Kitab 1 Yohanes kita memiliki
kasih dan terang (4:16; 1:5). Anugerah adalah ekspresi kasih, sedang kasih
adalah sumber anugerah. Seprinsip dengan itu, kebenaran adalah ekspresi terang,
dan terang adalah sumber kebenaran. Dalam hati Allah terdapat kasih. Ketika
kasih ini diekspresikan, ia menjadi anugerah. Demikian pula, pada Allah ada
terang, ketika terang itu terpancar keluar, ia menjadi realitas (kebenaran).
Ketika kita menelusuri kembali anugerah dan realitas (kebenaran) kepada
sumbernya di dalam Allah, kita akan berada di dalam kasih dan terang.
Nasihat Paulus dalam Efesus 4:17-32
membahas realitas dan anugerah. Realitas disebut dengan jelas, tetapi anugerah
agak tersembunyi, secara khusus tersirat dalam perkataan Paulus tentang rincian
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bila kita kekurangan anugerah,
kita tidak dapat mencapai standar yang berkaitan dengan rincian itu. Prinsip
kita untuk mempelajari Kristus berkaitan dengan realitas, sedang rinciannya
berkaitan dengan anugerah. Bila kita ingin diserupakan dengan gambar Kristus,
yaitu mempelajari Kristus, kita perlu prinsip maupun rincian itu. Jika kita
memiliki realitas, kita memiliki prinsip. Jika kita memiliki anugerah, kita
akan mencapai standar dengan segala rinciannya.
Paulus mengatakan bahwa kita mempelajari
Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus (4:21). Model, cetakan yang
telah diletakkan oleh Tuhan Yesus adalah realitas. Realitas ini adalah prinsip,
dan prinsip adalah model, dan model adalah perihal menanggalkan manusia lama
dan mengenakan manusia baru. Dalam ayat 17-24 kita memiliki prinsip pembaruan
kehidupan sehari-hari untuk mempelajari Kristus. Prinsip ini ialah realitas,
yaitu kehidupan Tuhan Yesus ketika Ia berada di bumi. Kehidupan Tuhan ialah Ia
senantiasa menanggalkan hayat-Nya sendiri dan mengenakan hayat Bapa. Inilah
kehidupan Yesus, dan kehidupan ini adalah realitas yang menjadi prinsip dari
kehidupan yang mempelajari Kristus. Menurut prinsip ini, kita telah
menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.
Setiap aspek dari kehidupan sehari-hari
kita seharusnya dikendalikan oleh prinsip ini, bukan oleh standar etika.
Sebagai contoh, percakapan kita seharusnya tidak dikendalikan oleh standar
etika, melainkan oleh prinsip Perjanjian Baru, yaitu menanggalkan manusia lama
dan mengenakan manusia baru. Bahkan berapa banyaknya kita tertawa dan menangis
harus pula ditentukan oleh prinsip menanggalkan manusia lama dan mengenakan
manusia baru. Prinsip ini jauh lebih tinggi daripada standar etika yang mana
pun.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
48
No comments:
Post a Comment