Hitstat

04 March 2013

Efesus - Minggu 24 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32


Dalam Perjanjian Baru, anugerah dan realitas merupakan satu pasangan. Yohanes 1:14 mengatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan berkemah di antara kita, penuh anugerah dan kebenaran (realitas Tl.). Ayat 17 mengatakan pula bahwa anugerah dan realitas datang oleh Yesus Kristus.

Sebagaimana anugerah dan realitas merupakan pasangan, maka kasih dan terang pun merupakan pasangan. Dalam Injil Yohanes kita memiliki anugerah dan realitas, tetapi dalam Kitab 1 Yohanes kita memiliki kasih dan terang (4:16; 1:5). Anugerah adalah ekspresi kasih, sedang kasih adalah sumber anugerah. Seprinsip dengan itu, kebenaran adalah ekspresi terang, dan terang adalah sumber kebenaran. Dalam hati Allah terdapat kasih. Ketika kasih ini diekspresikan, ia menjadi anugerah. Demi­kian pula, pada Allah ada terang, ketika terang itu ter­pancar keluar, ia menjadi realitas (kebenaran). Ketika kita menelusuri kembali anugerah dan realitas (kebenaran) kepada sumbernya di dalam Allah, kita akan berada di dalam kasih dan terang.

Nasihat Paulus dalam Efesus 4:17-32 membahas realitas dan anugerah. Realitas disebut dengan jelas, tetapi anugerah agak tersembunyi, secara khusus tersirat dalam perkataan Paulus tentang rincian yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bila kita kekurangan anugerah, kita tidak dapat mencapai standar yang berkaitan dengan rincian itu. Prinsip kita untuk mempelajari Kristus berkaitan dengan realitas, sedang rinciannya berkaitan dengan anugerah. Bila kita ingin diserupakan dengan gambar Kristus, yaitu mempelajari Kristus, kita perlu prinsip maupun rincian itu. Jika kita memiliki realitas, kita memiliki prinsip. Jika kita memiliki anugerah, kita akan mencapai standar dengan segala rinciannya.

Paulus mengatakan bahwa kita mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus (4:21). Model, cetakan yang telah diletakkan oleh Tuhan Yesus adalah realitas. Realitas ini adalah prinsip, dan prinsip adalah model, dan model adalah perihal menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Dalam ayat 17-24 kita memiliki prinsip pembaruan kehidupan sehari-hari untuk mempelajari Kristus. Prinsip ini ialah realitas, yaitu kehidupan Tuhan Yesus ketika Ia berada di bumi. Kehidupan Tuhan ialah Ia senantiasa menanggalkan hayat-Nya sendiri dan mengenakan hayat Bapa. Inilah kehidupan Yesus, dan kehidupan ini adalah realitas yang menjadi prinsip dari kehidupan yang mempelajari Kristus. Menurut prinsip ini, kita telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.

Setiap aspek dari kehidupan sehari-hari kita seharusnya dikendalikan oleh prinsip ini, bukan oleh standar etika. Sebagai contoh, percakapan kita seharusnya tidak dikendalikan oleh standar etika, melainkan oleh prinsip Perjanjian Baru, yaitu menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Bahkan berapa banyaknya kita tertawa dan menangis harus pula ditentukan oleh prinsip menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Prinsip ini jauh lebih tinggi daripada standar etika yang mana pun.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 48

No comments: