Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32
Rincian kehidupan sehari-hari kita
berkaitan dengan anugerah. Dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, kita perlu
anugerah. Anugerah adalah Allah itu sendiri dalam Kristus sebagai kenikmatan
kita. Kita perlu membiarkan kenikmatan ini menyingkirkan unsur-unsur negatif
yang tercantum dalam ayat 31. Salah satu dari unsur negatif ini ialah
kepahitan. Tanpa anugerah, mustahillah kita menyingkirkan kepahitan kita.
Tetapi ketika ada Allah dalam Kristus sebagai kenikmatan kita, kepahitan kita
akan lenyap. Ketika kita memiliki anugerah yang cukup, kita dapat berkata, “Aku
terpenuhi oleh Kristus sebagai kenikmatanku. Karena aku terpenuhi anugerah
hingga meluap, maka dalam diriku tidak ada tempat untuk kepahitan macam apa
pun.”
Hanya setelah kita dipenuhi oleh anugerah,
barulah perkara-perkara negatif tersingkir dari diri kita. Ambillah gosip
sebagai contoh. Kita senang bergosip karena kita kekurangan anugerah. Jika kita
dipenuhi oleh anugerah, tidak mungkin kita mencari kepuasan melalui bergosip.
Sebaliknya, kita akan merasa puas dengan kepuasan yang di dalam Kristus. Ketika
kita dipenuhi oleh anugerah dan ketika Kristus menjadi segala sesuatu kita,
kita tidak perlu lagi mencari kepuasan dalam perkara-perkara lainnya.
Sekarang mari kita lihat rincian dari suatu
kehidupan yang mempelajari Kristus. Dalam ayat 25 Paulus berkata, “Karena
itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita
adalah sesama anggota.” Dusta mengacu kepada apa saja yang bersifat palsu.
Karena kita telah menanggalkan manusia lama, kita juga telah menanggalkan
segala sesuatu yang bersifat palsu. Jika kita memiliki kenikmatan atas Kristus,
dalam kehidupan sehari-hari kita, dapatlah kita menanggalkan setiap perkara
yang palsu dengan riil. Orang yang paling jujur dan setia adalah orang yang
memiliki kenikmatan penuh atas Kristus. Bila kita dipenuhi oleh Kristus hingga
meluap, semua kepalsuan atau dusta akan tersingkir dari diri kita.
Ayat 26 dan 27 mengatakan, “Apabila kamu
menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam,
sebelum padam kemarahanmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.”
Marah bukanlah dosa, tetapi dengan amarah ada kemungkinan melakukan dosa. Kita
tidak seharusnya terus di dalam kemarahan, tetapi harus menghilangkannya
sebelum matahari terbenam.
Dalam ayat 26 Paulus memberitahukan kita
jangan membiarkan matahari terbenam sebelum amarah kita padam. Kita harus
perlahan-lahan marah, tetapi cepat-cepat meredakan amarah kita. Menurut ayat
ini, kita tidak boleh mempertahankannya sampai matahari terbenam. Kita tidak
boleh membawa-bawa amarah kita sampai esok hari. Menurut Alkitab, kita harus
meredakan amarah kita sebelum matahari terbenam. Kita semua wajib mempraktekkan
hal ini. Untuk mempraktekkan hal ini, kita perlu Allah dalam Kristus sebagai
anugerah. Bila kita memiliki suplai anugerah ini, kita akan dapat perlahan-lahan
marah dan tidak membiarkan amarah itu tinggal terlalu lama ketika kita
benar-benar marah. Jika kita memiliki anugerah, amarah kita tidak akan bertahan
lama.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
48
No comments:
Post a Comment