Hitstat

05 March 2013

Efesus - Minggu 24 Selasa


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32


Rincian kehidupan sehari-hari kita berkaitan dengan anugerah. Dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, kita perlu anugerah. Anugerah adalah Allah itu sendiri dalam Kristus sebagai kenikmatan kita. Kita perlu membiarkan kenikmatan ini menyingkirkan unsur-unsur negatif yang tercantum dalam ayat 31. Salah satu dari unsur negatif ini ialah kepahitan. Tanpa anugerah, mustahillah kita menyingkirkan kepahitan kita. Tetapi ketika ada Allah dalam Kristus sebagai kenikmatan kita, kepahitan kita akan lenyap. Ketika kita memiliki anugerah yang cukup, kita dapat berkata, “Aku terpenuhi oleh Kristus sebagai kenikmatanku. Karena aku terpenuhi anugerah hingga meluap, maka dalam diriku tidak ada tempat un­tuk kepahitan macam apa pun.”

Hanya setelah kita dipenuhi oleh anugerah, barulah perkara-perkara negatif tersingkir dari diri kita. Ambillah gosip sebagai contoh. Kita senang bergosip karena kita kekurangan anugerah. Jika kita dipenuhi oleh anugerah, tidak mungkin kita mencari kepuasan melalui bergosip. Sebaliknya, kita akan merasa puas dengan kepuasan yang di dalam Kristus. Ketika kita dipenuhi oleh anugerah dan ketika Kristus menjadi segala sesuatu kita, kita tidak perlu lagi mencari kepuasan dalam perkara-perkara lainnya.

Sekarang mari kita lihat rincian dari suatu kehidupan yang mempelajari Kristus. Dalam ayat 25 Paulus berkata, “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesa­ma anggota.” Dusta mengacu kepada apa saja yang bersifat palsu. Karena kita telah menanggalkan manusia lama, kita juga telah menanggalkan segala sesuatu yang bersifat palsu. Jika kita memiliki kenikmatan atas Kristus, dalam kehidupan sehari-hari kita, dapatlah kita menanggalkan setiap perkara yang palsu dengan riil. Orang yang paling jujur dan setia adalah orang yang memiliki kenikmatan penuh atas Kristus. Bila kita dipenuhi oleh Kristus hingga meluap, semua kepalsuan atau dusta akan tersingkir dari diri kita.

Ayat 26 dan 27 mengatakan, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu dan ja­nganlah beri kesempatan kepada Iblis.” Marah bukanlah dosa, tetapi dengan amarah ada kemungkinan melakukan dosa. Kita tidak seharusnya terus di dalam kemarahan, tetapi harus menghilangkannya sebelum matahari terbenam.

Dalam ayat 26 Paulus memberitahukan kita jangan membiarkan matahari terbenam sebelum amarah kita padam. Kita harus perlahan-lahan marah, tetapi cepat-cepat meredakan amarah kita. Menurut ayat ini, kita tidak boleh mempertahankannya sampai matahari terbenam. Kita tidak boleh membawa-bawa amarah kita sampai esok hari. Menurut Alkitab, kita harus meredakan amarah kita sebelum matahari terbenam. Kita semua wajib mempraktekkan hal ini. Untuk mempraktekkan hal ini, kita perlu Allah dalam Kristus sebagai anugerah. Bila kita memiliki suplai anugerah ini, kita akan dapat per­lahan-lahan marah dan tidak membiarkan amarah itu tinggal terlalu lama ketika kita benar-benar marah. Jika kita memiliki anugerah, amarah kita tidak akan bertahan lama.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 48

No comments: