Hitstat

16 March 2013

Efesus - Minggu 25 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:20-23


Ayat 20 meneruskan, “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.” Kita seharusnya mengucapkan syukur kepada Allah Bapa bukan hanya pada saat-saat yang baik, tetapi juga senantiasa, dan bukan hanya untuk hal-hal yang baik, tetapi juga untuk segala hal. Bahkan pada saat yang buruk kita seharusnya mengucap syukur kepada Allah Bapa kita untuk hal-hal yang buruk.

Ayat ini menyuruh kita bersyukur dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus. Realitas dari nama Tuhan adalah persona-Nya. Berada dalam nama Tuhan berarti di dalam persona-Nya, dalam diri-Nya sendiri. Ini menyiratkan bahwa kita seharusnya menjadi satu dengan Tuhan dalam mengucap syukur kepada Allah.

Dalam ayat 21 Paulus mengatakan, “Dan rendahkanlah (tundukkanlah) dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Saling tunduk seorang kepada yang lain juga merupakan jalan untuk dipenuhi dalam roh dengan Tuhan, dan adalah luapan karena dipenuhi. Ketundukan kita seharusnya seorang kepada yang lain, yang lebih muda kepada yang lebih tua, juga yang lebih tua kepada yang lebih muda (1 Ptr. 5:5).

Menurut konteks ayat-ayat berikutnya, berada dalam takut akan Kristus adalah takut menyalahi Dia sebagai Sang Kepala. Ini berhubungan dengan jabatan-Nya sebagai Kepala (ayat 23) dan melibatkan ketundukan kita se-orang kepada yang lain. Kristus adalah Kepala Tubuh. Jika kita memperlakukan anggota Tubuh dengan tidak benar, berarti kita bersalah terhadap Kepala Tubuh. Kita perlu memelihara hubungan dengan anggota Tubuh dalam rasa takut terhadap Kepala.

Kehidupan berkata-kata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur adalah kehidupan yang tunduk. Bila kita berkata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kita akan rela menundukkan diri kita seorang kepada yang lain. Kita semua tunduk kepada Kristus Sang Kepala, juga kepada Tubuh. Namun kepatuhan kita berasal dari berkata-kata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur, yang berasal dari dipenuhinya kita dalam batin. Ketika kita dipenuhi dalam roh kita, kita akan bernyanyi, bermazmur, berkata-kata, dan bersyukur. Dengan spontan, kita pun akan tunduk. Tetapi, bila kita tidak dipenuhi, tidak akan ada berkata-kata, bernyanyi, bermazmur, atau bersyukur kepada Allah, dan tidak ada pula kepatuhan itu. Umat gereja yang wajar adalah mereka yang tunduk atau patuh oleh berkatakata, bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur kepada Allah dari dalam insan batiniah. Mereka hidup demi dipenuhi dalam roh dengan segala kekayaan Kristus, hingga menjadi kepenuhan Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 51

No comments: