Pembacaan Alkitab: Ef. 5:1-4
Efesus 5:1 mengatakan, “Sebab itu,
sebagai anak-anak yang terkasih, teladanilah Allah.” Perkataan Paulus di
sini merupakan suatu perintah, suatu komando. Ia memerintahkan agar kita
meneladani Allah. Fakta yang sungguh mulia bahwa karena kita adalah anak-anak
Allah yang terkasih, kita dapat meneladani Allah! Sebagai anak-anak Allah, kita
memiliki hayat dan sifat-Nya. Kita meneladani Dia bukan dengan hayat alamiah
kita, tetapi dengan hayat ilahi-Nya. Dengan hayat ilahi Bapa kita ini, kita,
anak-anak-Nya, dapat sempurna sama seperti Dia (Mat. 5:48).
Dalam ayat 2 Paulus mengeluarkan perintah
yang lain: “Hiduplah di dalam kasih.” Sebagaimana anugerah dan realitas
adalah unsur-unsur dasar dalam 4:17-32, maka kasih (5:2, 25) dan terang (5:8,
9, 13) adalah unsurunsur dasar nasihat rasul dalam 5:1-33. Anugerah adalah
ekspresi kasih, dan kasih adalah sumber anugerah, realitas adalah wahyu dari
terang, dan terang adalah asal mula realitas. Allah adalah kasih dan terang (1
Yoh. 4:8, 1:5). Ketika Allah diekspresikan dan dinyatakan dalam Tuhan Yesus,
kasih-Nya menjadi anugerah dan terang-Nya menjadi realitas. Di dalam Tuhan
Yesus, setelah kita menerima Allah sebagai anugerah dan mengenal Dia sebagai
realitas, kita datang kepada-Nya dan menikmati kasih dan terang-Nya. Kasih dan
terang lebih dalam daripada anugerah dan realitas. Karena itu, rasul
pertamatama mengambil anugerah dan realitas sebagai unsur-unsur dasar
nasihatnya, dan kemudian kasih dan terang. Ini menyiratkan bahwa ia ingin hidup
kita sehari-hari bertumbuh lebih dalam, maju dari unsur yang luaran kepada yang
di dalam.
Paulus memerintahkan kita untuk hidup dalam
kasih seperti halnya Kristus mengasihi kita dan “menyerahkan diri-Nya untuk
kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah” (5:2). Dalam
4:32 rasul mengemukakan Allah sebagai model hidup kita sehari-hari. Di sini dia
menunjukkan Kristus sebagai teladan hidup kita. Dalam 4:32, Allah dalam Kristus
adalah model kita, karena dalam bagian itu anugerah Allah dan realitas yang
diekspresikan dalam hidup Yesus diambil sebagai unsurunsur dasar. Menurut 4:32,
kita harus mengampuni orang sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kita. Ini berarti Allah adalah model dari pengampunan. Tetapi dalam pasal 5
Kristus sendiri adalah teladan kita, karena dalam bagian ini kasih yang
diekspresikan Kristus kepada kita (ayat 2, 25) dan terang yang dipancarkan
Kristus ke atas kita (ayat 14) diambil sebagai unsur-unsur dasar. Di sini
Kristus yang mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita adalah teladan
untuk kita hidup di dalam kasih.
Dalam ayat 3 dan 4 Paulus menuliskan
beberapa perkara yang tidak patut atau tidak pantas bagi orang kudus, “Tetapi
percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di
antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga
perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak
pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” Tidak ada yang lebih merusak
manusia daripada percabulan, terutama merusak tujuan Allah dan maksud-Nya dalam
penciptaan manusia dan terhadap hidup gereja kaum beriman dalam Tubuh Kristus;
ini berdasarkan 1 Korintus 5. Hawa nafsu keserakahan yang tidak terkekang
adalah hawa nafsu yang tamak dan tidak terkendali. Perkara jahat ini disebut
saja pun jangan di antara kita, sebagaimana sepatutnya bagi orang kudus, yaitu
orang-orang yang dipisahkan bagi Allah dan dijenuhi Allah, serta yang menempuh
hidup yang sesuai dengan sifat kudus Allah.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
50
No comments:
Post a Comment