Hitstat

11 March 2013

Efesus - Minggu 25 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:1-4


Efesus 5:1 mengatakan, “Sebab itu, sebagai anak-anak yang terkasih, teladanilah Allah.” Perkataan Paulus di sini merupakan suatu perintah, suatu komando. Ia memerintahkan agar kita meneladani Allah. Fakta yang sungguh mulia bahwa karena kita adalah anak-anak Allah yang terkasih, kita dapat meneladani Allah! Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki hayat dan sifat-Nya. Kita meneladani Dia bukan dengan hayat alamiah kita, tetapi dengan hayat ilahi-Nya. Dengan hayat ilahi Bapa kita ini, kita, anak-anak-Nya, dapat sempurna sama seperti Dia (Mat. 5:48).

Dalam ayat 2 Paulus mengeluarkan perintah yang lain: “Hiduplah di dalam kasih.” Sebagaimana anugerah dan realitas adalah unsur-unsur dasar dalam 4:17-32, maka kasih (5:2, 25) dan terang (5:8, 9, 13) adalah unsurunsur dasar nasihat rasul dalam 5:1-33. Anugerah adalah ekspresi kasih, dan kasih adalah sumber anugerah, realitas adalah wahyu dari terang, dan terang adalah asal mula realitas. Allah adalah kasih dan terang (1 Yoh. 4:8, 1:5). Ketika Allah diekspresikan dan dinyatakan dalam Tuhan Yesus, kasih-Nya menjadi anugerah dan terang-Nya menjadi realitas. Di dalam Tuhan Yesus, setelah kita menerima Allah sebagai anugerah dan mengenal Dia sebagai realitas, kita datang kepada-Nya dan menikmati kasih dan terang-Nya. Kasih dan terang lebih dalam daripada anugerah dan realitas. Karena itu, rasul pertamatama mengambil anugerah dan realitas sebagai unsur-unsur dasar nasihatnya, dan kemudian kasih dan terang. Ini menyiratkan bahwa ia ingin hidup kita sehari-hari bertumbuh lebih dalam, maju dari unsur yang luaran kepada yang di dalam.

Paulus memerintahkan kita untuk hidup dalam kasih seperti halnya Kristus mengasihi kita dan “menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah” (5:2). Dalam 4:32 rasul mengemukakan Allah sebagai model hidup kita sehari-hari. Di sini dia menunjukkan Kristus sebagai teladan hidup kita. Dalam 4:32, Allah dalam Kristus adalah model kita, karena dalam bagian itu anugerah Allah dan realitas yang diekspresikan dalam hidup Yesus diambil sebagai unsurunsur dasar. Menurut 4:32, kita harus mengampuni orang sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita. Ini berarti Allah adalah model dari pengampunan. Tetapi dalam pasal 5 Kristus sendiri adalah teladan kita, karena dalam bagian ini kasih yang diekspresikan Kristus kepada kita (ayat 2, 25) dan terang yang dipancarkan Kristus ke atas kita (ayat 14) diambil sebagai unsur-unsur dasar. Di sini Kristus yang mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita adalah teladan untuk kita hidup di dalam kasih.

Dalam ayat 3 dan 4 Paulus menuliskan beberapa perkara yang tidak patut atau tidak pantas bagi orang kudus, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” Tidak ada yang lebih merusak manusia daripada percabulan, terutama merusak tujuan Allah dan maksud-Nya dalam penciptaan manusia dan terhadap hidup gereja kaum beriman dalam Tubuh Kristus; ini berdasarkan 1 Korintus 5. Hawa nafsu keserakahan yang tidak terkekang adalah hawa nafsu yang tamak dan tidak terkendali. Perkara jahat ini disebut saja pun jangan di antara kita, sebagaimana sepatutnya bagi orang kudus, yaitu orang-orang yang dipisahkan bagi Allah dan dijenuhi Allah, serta yang menempuh hidup yang sesuai dengan sifat kudus Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 50

No comments: