Pembacaan Alkitab: Ef. 5:6-8
Ayat 5 mengatakan, “Karena ingatlah ini
baik-baik: Tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya
penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.”
Awal ayat ini lebih tepat diterjemahkan “Karena kalian sadar, tahu bahwa tidak
ada . . . “ Kata “sadar” di sini dalam bahasa aslinya “oida” yang
berarti pengetahuan yang subyektif; sedang kata “tahu” dalam bahasa aslinya
ialah “Ginosko”, ini ditujukan kepada pengetahuan obyektif. Apa yang
Paulus katakan dalam ayat 5, harus kita ketahui baik secara subyektif maupun
obyektif. Kita harus tahu bahwa tidak ada orang sundal, orang cemar, atau orang
serakah yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Dalam
pandangan Allah, orang yang serakah sebenarnya sama dengan menyembah berhala.
Ayat 6 melanjutkan, “Janganlah kamu
disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian
mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.” Murka Allah akan
menimpa anak-anak durhaka terutama disebabkan ketiga perkara jahat yang
dikatakan dalam ayat 3 itu. Anak-anak durhaka ialah orang-orang yang tidak
percaya. Kita, kaum beriman, adalah anak-anak Allah yang terkasih. Walau
demikian, ada beberapa anak-anak Allah yang bertingkah laku seperti anak-anak
durhaka. Karena itu, murka Allah akan menimpa mereka. Maka dalam ayat 7 Paulus
mengatakan, “Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.” Kita
harus meneladani Allah dengan baik, jangan mengambil bagian dalam perkara cemar
yang mana pun.
Dalam ayat 2 Paulus menyuruh kita hidup
dalam kasih dan dalam ayat 8 ia menyuruh kita hidup sebagai anak-anak terang.
Ketujuh ayat pertama dalam pasal ini membahas masalah kasih. Bila kita hidup
dalam kasih, kita akan menghindarkan diri dari kecemaran. Hidup dalam kasih
berarti hidup dalam kemesraan dengan Allah. Suatu hubungan yang intim antara
seorang anak perempuan dengan ibunya dapat menerangkan arti hidup dalam kasih ini.
Ada beberapa remaja putri menikmati kasih yang mesra dengan ibu mereka. Mereka
mengasihi apa yang dikasihi ibu mereka. Karena kasih mereka terhadap ibu
mereka, maka mereka tidak mau melakukan perkara apa pun yang bertentangan
dengan perasaan ibu mereka. Sebaliknya, mereka hidup dalam kasih yang mesra
terhadap ibu mereka. Seprinsip dengan itu, kita pun memiliki satu hubungan yang
intim dengan Bapa. Sebagai orang yang telah menerima anugerah, kita dapat di
dalam Putra berkontak dengan Bapa. Di hadirat Bapa, kita tidak saja menikmati
anugerah, ekspresi kasih, juga menikmati kasih itu sendiri. Kita mengalami
kasih dengan cara yang paling mesra. Karena itulah kita tidak mau melakukan
segala perkara yang tidak menyenangkan Bapa. Bapa membenci persundalan, kecemaran,
dan hawa nafsu. Bila kita hidup dalam kasih, kita akan menjauhi perkara-perkara
itu. Karena kita mengasihi Bapa, kita tidak akan melakukan apa saja yang
mendukakan hati-Nya. Alangkah lembut dan halusnya hidup yang sedemikian! Ini
bukan sekadar hidup oleh anugerah; ini adalah hidup dalam kasih. Kita wajib
selalu ingat bahwa kita adalah anak-anak Allah, yang menikmati kasih-Nya. Kita
adalah orang-orang kudus yang telah dipisahkan bagi-Nya, dan diresapi oleh-Nya.
Karena itu, dalam kehidupan seharihari kita, kita harus selalu memperhatikan
perasaan Bapa, karena kita dengan mesra hidup di dalam kasih-Nya yang lembut.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
50
No comments:
Post a Comment