Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32
Ayat 28 menyambung, “Orang yang mencuri,
janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan
pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan
sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” Bahkan di dalam kitab tentang
wahyu yang demikian tinggi, rasul masih menyinggung hal-hal praktis dan rendah,
seperti mencuri dan amarah. Pencurian terutama disebabkan oleh kemalasan dan
keserakahan. Karena itu, rasul menyuruh orang yang mencuri untuk bekerja keras,
dan bukan bermalas-malasan, dan membagikan apa yang didapatnya kepada orang
lain, dan bukannya serakah.
Ayat 29 mengatakan, “Janganlah ada
perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh anugerah.”
Kata kotor di sini dalam bahasa Yunani berarti sesuatu yang beracun, busuk,
atau tidak berharga. Perkataan kita tidak seharusnya mencemarkan orang lain,
tetapi harus membangun mereka. Gereja dan setiap anggotanya perlu terbangun
dengan wajar. Pembangunan ini pertama-tama digenapkan oleh perkataan kita. Apa
yang keluar dari mulut kita seharusnya berguna bagi pembangunan gereja dan
semua orang kudus.
Dalam ayat 30 Paulus berkata, “Dan
janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu
menjelang hari penyelamatan.” Kata “Dan” pada permulaan ayat ini menandakan
bahwa inilah satu perkara yang penting dan menentukan yang diperlukan sebagai
tambahan dari segala perkara yang tercantum dalam ayat 25-29, yaitu jangan kita
mendukakan Roh Kudus Allah. Mendukakan Roh Kudus berarti membuat Dia tidak
senang. Roh Kudus tinggal di dalam kita selamanya (Yoh. 14:16-17), tidak pernah
meninggalkan kita. Karena itu, dia berduka ketika kita tidak hidup menurut-Nya
(Rm. 8:4), yaitu ketika kita tidak hidup menurut prinsip realitas dengan
anugerah dalam rincian hidup kita sehari-hari. Jika dalam perilaku sehari-hari
kita bisa menurut prinsip realitas dan anugerah, kita tidak akan mendukakan Roh
Kudus Allah. Akan tetapi, jika kita tidak hidup secara demikian, Roh yang ada
di batin kita akan merasa berduka.
Terakhir, ayat 32 mengatakan, “Tetapi
hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling
mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
Hanya kenikmatan atas Kristus sebagai suplai hayat kita dan sebagai sukacita
kita yang dapat membuat hati kita ramah. Jika kita ramah, kita akan dapat
mengampuni orang lain. Dalam hidup sehari-hari kita, kita perlu mengampuni
orang lain dan minta diampuni orang lain. Ini perlu, sebab kita mudah
tersinggung dan kita pun mudah menyinggung orang lain. Bila kita telah
menyinggung orang lain, kita harus minta pengampunan, tetapi bila kita
disinggung, kita perlu mengampuni orang lain; sebagaimana Allah di dalam
Kristus telah mengampuni kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
48
No comments:
Post a Comment