Hitstat

09 March 2013

Efesus - Minggu 24 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32


Sekarang kita boleh menerapkan apa yang kita bahas di atas ke dalam Kitab Efesus. Kita telah nampak bahwa unsur dasar untuk mempelajari Kristus ialah realitas dan anugerah. Berlawanan dengan Injil Yohanes, dalam Efesus 4 realitas mendahului anugerah. Realitas bukan suplai, melainkan pancaran terang. Maka, realitas adalah prinsip, model, dan standar. Selaku anggota Tubuh Kristus yang berada di bawah Kepala, kita mempelajari Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus.

Sebelum Paulus menyebutkan anugerah di sini, ia menampilkan prinsip, model, dan standar, juga boleh dikatakan ia menampilkan realitas. Kita semua telah dibaptis ke dalam cetakan, model, yaitu hidup realitas dalam Yesus, bukan ke dalam anugerah. Melalui baptisan kita telah ditempatkan oleh Allah ke dalam model, standar, dan prinsip, yang diletakkan oleh kehidupan Tuhan Yesus di bumi. Inilah realitas dalam Efesus 4.

Untuk memperhidupkan standar yang sedemikian, perlu ada anugerah. Dalam ayat 29 Paulus mengaitkan anugerah dengan tutur kata kita. Ini menunjukkan bahwa kita perlu anugerah untuk rincian kehidupan sehari-hari kita, bukan hanya untuk masalah-masalah yang kita anggap penting. Mungkin dalam masalah besar kita memiliki anugerah, tetapi tidak dalam perkara-perkara kecil. Sebagai contoh, seorang saudara mungkin ada anugerah untuk menyuplaikan firman, tetapi mungkin ia kekurangan anugerah dalam berbicara dengan istrinya. Lagi pula, mungkin kita semua mempunyai anugerah dalam sidang doa, tetapi dalam percakapan sehari-hari, kita kekurangan anugerah. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak ada hal lain yang lebih memerlukan anugerah daripada percakapan kita. Bila dalam aspek ini kita memiliki anugerah, kita juga akan memiliki anugerah dalam setiap aspek lainnya.

Kita perlu anugerah dalam segala perkara untuk menempuh suatu kehidupan menurut realitas yang nyata dalam Yesus dan dicetak dalam rupa Kristus. Anugerah ialah suplai dan kenikmatan kita yang kaya. Bila kita memiliki suplai dan kenikmatan ini, kita akan dapat hi­dup menurut standar prinsip realitas. Karena itulah Paulus mengambil realitas dan anugerah sebagai unsur dasar dalam nasihatnya dalam Efesus 4.

Seiring dengan unsur dasar ini, ada pula beberapa faktor dasar. Di pihak positifnya, faktor-faktor ini ialah hayat Allah (ayat 18) dan Roh Allah (ayat 30).

Berlawanan dengan orang kafir, kita bukan orang asing dalam hayat Allah. Kita tidak saja tidak terasing dari hayat Allah, sebaliknya kita telah dilekatkan kepada sumber hayat itu. Hayat Allah telah menjadi satu mata air di dalam diri kita. Haleluya atas suplai hayat yang ada di batin kita!

Kita juga memiliki Roh Allah. Roh Allah adalah Persona Allah. Allah sendiri di dalam Persona Roh tinggal di dalam kita. Karena itu, kita harus berhati-hati, jangan mendukakan-Nya. Sebaliknya, kita wajib menaati-Nya, menghormati-Nya, mencintai-Nya, dan senantiasa bersatu dengan-Nya.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 49

No comments: