Pembacaan Alkitab: Ef. 4:20-32
Sekarang kita boleh menerapkan apa yang
kita bahas di atas ke dalam Kitab Efesus. Kita telah nampak bahwa unsur dasar
untuk mempelajari Kristus ialah realitas dan anugerah. Berlawanan dengan Injil
Yohanes, dalam Efesus 4 realitas mendahului anugerah. Realitas bukan suplai,
melainkan pancaran terang. Maka, realitas adalah prinsip, model, dan standar.
Selaku anggota Tubuh Kristus yang berada di bawah Kepala, kita mempelajari
Kristus menurut realitas yang nyata dalam Yesus.
Sebelum Paulus menyebutkan anugerah di
sini, ia menampilkan prinsip, model, dan standar, juga boleh dikatakan ia
menampilkan realitas. Kita semua telah dibaptis ke dalam cetakan, model, yaitu
hidup realitas dalam Yesus, bukan ke dalam anugerah. Melalui baptisan kita
telah ditempatkan oleh Allah ke dalam model, standar, dan prinsip, yang
diletakkan oleh kehidupan Tuhan Yesus di bumi. Inilah realitas dalam Efesus 4.
Untuk memperhidupkan standar yang
sedemikian, perlu ada anugerah. Dalam ayat 29 Paulus mengaitkan anugerah dengan
tutur kata kita. Ini menunjukkan bahwa kita perlu anugerah untuk rincian
kehidupan sehari-hari kita, bukan hanya untuk masalah-masalah yang kita anggap
penting. Mungkin dalam masalah besar kita memiliki anugerah, tetapi tidak dalam
perkara-perkara kecil. Sebagai contoh, seorang saudara mungkin ada anugerah
untuk menyuplaikan firman, tetapi mungkin ia kekurangan anugerah dalam
berbicara dengan istrinya. Lagi pula, mungkin kita semua mempunyai anugerah
dalam sidang doa, tetapi dalam percakapan sehari-hari, kita kekurangan
anugerah. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak ada hal lain yang lebih
memerlukan anugerah daripada percakapan kita. Bila dalam aspek ini kita
memiliki anugerah, kita juga akan memiliki anugerah dalam setiap aspek lainnya.
Kita perlu anugerah dalam segala perkara
untuk menempuh suatu kehidupan menurut realitas yang nyata dalam Yesus dan
dicetak dalam rupa Kristus. Anugerah ialah suplai dan kenikmatan kita yang
kaya. Bila kita memiliki suplai dan kenikmatan ini, kita akan dapat hidup
menurut standar prinsip realitas. Karena itulah Paulus mengambil realitas dan
anugerah sebagai unsur dasar dalam nasihatnya dalam Efesus 4.
Seiring dengan unsur dasar ini, ada pula
beberapa faktor dasar. Di pihak positifnya, faktor-faktor ini ialah hayat Allah
(ayat 18) dan Roh Allah (ayat 30).
Berlawanan dengan orang kafir, kita bukan
orang asing dalam hayat Allah. Kita tidak saja tidak terasing dari hayat Allah,
sebaliknya kita telah dilekatkan kepada sumber hayat itu. Hayat Allah telah
menjadi satu mata air di dalam diri kita. Haleluya atas suplai hayat yang ada
di batin kita!
Kita juga memiliki Roh Allah. Roh Allah
adalah Persona Allah. Allah sendiri di dalam Persona Roh tinggal di dalam kita.
Karena itu, kita harus berhati-hati, jangan mendukakan-Nya. Sebaliknya, kita
wajib menaati-Nya, menghormati-Nya, mencintai-Nya, dan senantiasa bersatu
dengan-Nya.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita
49
No comments:
Post a Comment