Pembacaan Alkitab: Ef. 5:20-23
Dari Efesus 4:25 hingga 6:9 Paulus
menampilkan rincian suatu kehidupan yang tepat. Bila kita ingin memenuhi semua
permintaan yang rinci ini, kita harus hidup menurut realitas dan oleh anugerah.
Lagi pula, kita harus hidup dalam kasih dan terang, serta dipenuhi di dalam roh
kita. Seperti telah kita tunjukkan, dipenuhi di dalam roh merupakan satu butir
dari hidup yang sepadan dengan panggilan Allah.
Hubungan antara suami dengan istri
berkaitan dengan masalah dipenuhi di dalam roh. Ini adalah satu aspek kehidupan
sehari-hari dari mereka yang dipenuhi di dalam roh sehingga menjadi segala
kepenuhan Allah. Karena itu, tatkala kita membicarakan hubungan antara suami
dengan istri, kita tidak dapat mengabaikan masalah dipenuhi dalam batin. Hanya
melalui dipenuhi dalam roh kita, barulah kita mempunyai kehidupan pernikahan
yang tepat.
Untuk mengasihi istri, sang suami harus
bersimpati kepada istrinya, bahkan patuh kepadanya. Hanya kepatuhan yang dapat
menghasilkan kepatuhan. Hanya kepatuhan yang dapat membayar harga untuk
menghasilkan kepatuhan dalam diri orang lain. Bila seorang suami tidak pernah
patuh kepada istrinya, maka sangat sulitlah bagi istrinya untuk tunduk
kepadanya.
Satu Petrus 3:7 mengatakan bahwa istri
adalah bejana yang lebih lemah. Itulah alasan Paulus terlebih dulu membicarakan
istri dalam Efesus 5. Dalam nasihatnya mengenai istri dan suami, anak-anak dan
orang tua, para hamba dan tuan, Paulus terlebih dulu memperhatikan pihak yang
lebih lemah, kemudian baru pihak yang lebih kuat. Mereka yang berada pada pihak
yang kuat tidak boleh menaruh permintaan ke atas pihak yang lebih lemah. Kalau
seorang suami menyadari bahwa istrinya adalah bejana yang lebih lemah, ia tidak
akan ada permintaan terhadapnya.
Dalam ayat 22 Paulus menasihati para istri
untuk tunduk kepada suami mereka sendiri. Perkataan Paulus tentang istri harus
tunduk kepada suami mereka sendiri menunjukkan adanya kecenderungan bagi istri
untuk membanding-bandingkan suami mereka dengan suami orang lain. Jika kita
kekurangan anugerah dan tidak hidup dalam terang Allah, kita mungkin akan
membuat perbandingan yang sedemikian. Ini adalah kelicikan Iblis untuk merusak
kehidupan pernikahan.
Dalam prinsip yang sama, ketika Paulus
berbicara kepada para suami, dia menasihati mereka untuk mengasihi istri mereka
sendiri (ayat 28, 33). Ini menunjukkan bahwa mereka tidak seharusnya
membandingkan istri mereka dengan istri orang lain. Kita harus membenci
perbandingan yang seperti itu. Itu berasal dari musuh, Iblis, dan yang dapat
mengakibatkan perpisahan, bahkan perceraian. Jika kita ingin menempuh hidup
yang sepadan dengan panggilan Allah, hidup yang menurut realitas, dengan
anugerah, di dalam kasih dan terang, kita tidak boleh membandingkan istri atau
suami kita dengan istri atau suami orang lain. Sebaliknya, para istri harus
tunduk kepada suami mereka sendiri, dan para suami harus mengasihi istri mereka
sendiri.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3,
Berita 52
No comments:
Post a Comment