Hitstat

18 March 2013

Efesus - Minggu 26 Senin


Pembacaan Alkitab: Ef. 5:20-23


Dari Efesus 4:25 hingga 6:9 Paulus menampilkan rincian suatu kehidupan yang tepat. Bila kita ingin memenuhi semua permintaan yang rinci ini, kita harus hidup menurut realitas dan oleh anugerah. Lagi pula, kita harus hidup dalam kasih dan terang, serta dipenuhi di dalam roh kita. Seperti telah kita tunjukkan, dipenuhi di dalam roh merupakan satu butir dari hidup yang sepadan dengan panggilan Allah.

Hubungan antara suami dengan istri berkaitan dengan masalah dipenuhi di dalam roh. Ini adalah satu aspek kehidupan sehari-hari dari mereka yang dipenuhi di dalam roh sehingga menjadi segala kepenuhan Allah. Karena itu, tatkala kita membicarakan hubungan antara suami dengan istri, kita tidak dapat mengabaikan masalah dipenuhi dalam batin. Hanya melalui dipenuhi dalam roh kita, barulah kita mempunyai kehidupan pernikahan yang tepat.

Untuk mengasihi istri, sang suami harus bersimpati kepada istrinya, bahkan patuh kepadanya. Hanya kepatuhan yang dapat menghasilkan kepatuhan. Hanya kepatuhan yang dapat membayar harga untuk menghasilkan kepatuhan dalam diri orang lain. Bila seorang suami tidak pernah patuh kepada istrinya, maka sangat sulitlah bagi istrinya untuk tunduk kepadanya.

Satu Petrus 3:7 mengatakan bahwa istri adalah bejana yang lebih lemah. Itulah alasan Paulus terlebih dulu membicarakan istri dalam Efesus 5. Dalam nasihatnya mengenai istri dan suami, anak-anak dan orang tua, para hamba dan tuan, Paulus terlebih dulu memperhatikan pihak yang lebih lemah, kemudian baru pihak yang lebih kuat. Mereka yang berada pada pihak yang kuat tidak boleh menaruh permintaan ke atas pihak yang lebih lemah. Kalau seorang suami menyadari bahwa istrinya adalah bejana yang lebih lemah, ia tidak akan ada permintaan terhadapnya.

Dalam ayat 22 Paulus menasihati para istri untuk tunduk kepada suami mereka sendiri. Perkataan Paulus tentang istri harus tunduk kepada suami mereka sendiri menunjukkan adanya kecenderungan bagi istri untuk membanding-bandingkan suami mereka dengan suami orang lain. Jika kita kekurangan anugerah dan tidak hidup dalam terang Allah, kita mungkin akan membuat perbandingan yang sedemikian. Ini adalah kelicikan Iblis untuk merusak kehidupan pernikahan.

Dalam prinsip yang sama, ketika Paulus berbicara kepada para suami, dia menasihati mereka untuk mengasihi istri mereka sendiri (ayat 28, 33). Ini menunjukkan bahwa mereka tidak seharusnya membandingkan istri mereka dengan istri orang lain. Kita harus membenci perbandingan yang seperti itu. Itu berasal dari musuh, Iblis, dan yang dapat mengakibatkan perpisahan, bahkan perceraian. Jika kita ingin menempuh hidup yang sepadan dengan panggilan Allah, hidup yang menurut realitas, dengan anugerah, di dalam kasih dan terang, kita tidak boleh membandingkan istri atau suami kita dengan istri atau suami orang lain. Sebaliknya, para istri harus tunduk kepada suami mereka sendiri, dan para suami harus mengasihi istri mereka sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 52

No comments: