Hitstat

18 July 2013

Efesus - Minggu 43 Kamis

Pembacaan Alkitab: Ef. 2:15


Efesus 2 adalah satu pasal yang penting, karena mewahyukan bahwa Kristus mati di atas salib untuk menciptakan satu manusia baru di dalam diri-Nya. Agar manusia baru dapat terlahir, maka hukum dan segala perintah dan ketentuan-ketentuannya harus dibatalkan. Orang-orang Kristen memahami bahwa di atas salib Kristus menanggulangi dosa, manusia lama, daging, dunia, dan Iblis. Tetapi jarang sekali orang Kristen nampak bahwa di atas salib Kristus juga menanggulangi ketentuan-ketentuan.

Ketentuan-ketentuan berkaitan dengan berbagai cara hidup dan penyembahan. Semua itu tampaknya tidak negatif. Sebaliknya tampaknya sangat baik. Misalnya ada beberapa ketentuan yang berkaitan dengan sopan santun dalam hal makan minum. Siapakah dapat mengatakan tidak baik jika kita menetapkan peraturan yang sewajarnya ketika kita bersantap? Tetapi, orang yang berbeda-beda itu memiliki sopan santun yang berbeda-beda pula. Karena itu, peraturan cara makan dapat menjadi suatu sumber perpecahan dan perseteruan di antara sesama manusia.

Kejatuhan umat manusia merupakan sumber segala ketentuan. Jika manusia tidak jatuh, hari ini tidak akan ada ketentuan. Setelah Allah menciptakan manusia, Ia tidak memberinya sebuah daftar ketentuan. Tetapi setelah manusia jatuh, maka ketentuan-ketentuan mulai ada. Lalu, di Babel, manusia yang diciptakan oleh Allah bagi kehendak-Nya itu telah terpecah belah dan berserakan menjadi sejumlah suku dan bangsa yang mulai berperang satu sama lain. Hal ini menyulitkan tergenapnya rencana kekal Allah.

Jika kita memandang penebusan Kristus dari sudut kehendak Allah, konsepsi kita terhadap penebusan akan diperluas. Kebanyakan orang Kristen hanya memandang penebusan Kristus dari aspek keselamatan pribadi mereka saja. Mereka tidak memperhatikan penggenapan kehendak Allah, tetapi hanya memperhatikan keselamatan dari neraka dan jaminan untuk dapat menempuh alam kekal di surga kelak. Konsepsi mereka atas kematian Kristus di atas salib terlalu sempit. Penting sekali bagi kita untuk nampak bahwa kehendak kekal Allah ialah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia dan menjadi satu dengan manusia, agar Ia dapat mengekspresikan diriNya melalui manusia. Namun Iblis telah berusaha menggagalkan penggenapan kehendak Allah dengan merusak manusia melalui memecah belahnya menjadi bangsa yang berbeda-beda dan yang saling berperang. Kristus datang menebus manusia yang telah jatuh sehingga kehendak Allah dapat digenapkan, bukan hanya agar kita bisa beroleh selamat dari neraka dan terjamin masuk ke surga. Untuk menebus manusia yang terpecah belah ini, Kristus telah mati di atas salib dan menanggulangi segala hal yang negatif, termasuk ketentuan-ketentuan. Di atas salib Kristus telah membatalkan segala ketentuan tentang kehidupan dan penyembahan, yaitu ketentuan-ketentuan yang telah memecah belah bangsa-bangsa. Allah tidak memperhatikan ketentuan yang mana pun. Ia hanya memperhatikan agar kita bersatu dan Kristus digarapkan ke dalam kita. Kristus membatalkan segala ketentuan bukan supaya kita bisa masuk ke surga atau menjadi orang yang rohani dan menang. Ia membatalkan ketentuan-ketentuan tidak lain untuk menciptakan satu manusia baru yang korporat dalam diri-Nya. Ia menciptakan manusia baru bukan hanya di dalam diri-Nya sendiri sebagai lingkungannya, tetapi juga dengan diri-Nya sendiri sebagai unsurnya. Melalui membatalkan ketentuan-ketentuan dan menciptakan kaum beriman Yahudi dan kafir menjadi satu manusia baru, maka Kristus telah mengadakan damai sejahtera. Kini manusia yang berbeda-beda kebangsaannya telah memiliki damai sejahtera di dalam Kristus.



Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 4, Berita 87

No comments: