Pembacaan Alkitab: Ef.
2:15
Efesus 2 adalah satu pasal yang
penting, karena mewahyukan bahwa Kristus mati di atas salib untuk menciptakan
satu manusia baru di dalam diri-Nya. Agar manusia baru dapat terlahir, maka
hukum dan segala perintah dan ketentuan-ketentuannya harus dibatalkan.
Orang-orang Kristen memahami bahwa di atas salib Kristus menanggulangi dosa,
manusia lama, daging, dunia, dan Iblis. Tetapi jarang sekali orang Kristen
nampak bahwa di atas salib Kristus juga menanggulangi ketentuan-ketentuan.
Ketentuan-ketentuan berkaitan
dengan berbagai cara hidup dan penyembahan. Semua itu tampaknya tidak negatif.
Sebaliknya tampaknya sangat baik. Misalnya ada beberapa ketentuan yang
berkaitan dengan sopan santun dalam hal makan minum. Siapakah dapat mengatakan
tidak baik jika kita menetapkan peraturan yang sewajarnya ketika kita
bersantap? Tetapi, orang yang berbeda-beda itu memiliki sopan santun yang
berbeda-beda pula. Karena itu, peraturan cara makan dapat menjadi suatu sumber
perpecahan dan perseteruan di antara sesama manusia.
Kejatuhan umat manusia merupakan
sumber segala ketentuan. Jika manusia tidak jatuh, hari ini tidak akan ada
ketentuan. Setelah Allah menciptakan manusia, Ia tidak memberinya sebuah daftar
ketentuan. Tetapi setelah manusia jatuh, maka ketentuan-ketentuan mulai ada.
Lalu, di Babel, manusia yang diciptakan oleh Allah bagi kehendak-Nya itu telah
terpecah belah dan berserakan menjadi sejumlah suku dan bangsa yang mulai
berperang satu sama lain. Hal ini menyulitkan tergenapnya rencana kekal Allah.
Jika kita memandang penebusan
Kristus dari sudut kehendak Allah, konsepsi kita terhadap penebusan akan
diperluas. Kebanyakan orang Kristen hanya memandang penebusan Kristus dari
aspek keselamatan pribadi mereka saja. Mereka tidak memperhatikan penggenapan
kehendak Allah, tetapi hanya memperhatikan keselamatan dari neraka dan jaminan
untuk dapat menempuh alam kekal di surga kelak. Konsepsi mereka atas kematian
Kristus di atas salib terlalu sempit. Penting sekali bagi kita untuk nampak
bahwa kehendak kekal Allah ialah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam manusia
dan menjadi satu dengan manusia, agar Ia dapat mengekspresikan diriNya melalui
manusia. Namun Iblis telah berusaha menggagalkan penggenapan kehendak Allah
dengan merusak manusia melalui memecah belahnya menjadi bangsa yang
berbeda-beda dan yang saling berperang. Kristus datang menebus manusia yang
telah jatuh sehingga kehendak Allah dapat digenapkan, bukan hanya agar kita
bisa beroleh selamat dari neraka dan terjamin masuk ke surga. Untuk menebus
manusia yang terpecah belah ini, Kristus telah mati di atas salib dan
menanggulangi segala hal yang negatif, termasuk ketentuan-ketentuan. Di atas
salib Kristus telah membatalkan segala ketentuan tentang kehidupan dan
penyembahan, yaitu ketentuan-ketentuan yang telah memecah belah bangsa-bangsa.
Allah tidak memperhatikan ketentuan yang mana pun. Ia hanya memperhatikan agar
kita bersatu dan Kristus digarapkan ke dalam kita. Kristus membatalkan segala
ketentuan bukan supaya kita bisa masuk ke surga atau menjadi orang yang rohani
dan menang. Ia membatalkan ketentuan-ketentuan tidak lain untuk menciptakan
satu manusia baru yang korporat dalam diri-Nya. Ia menciptakan manusia baru
bukan hanya di dalam diri-Nya sendiri sebagai lingkungannya, tetapi juga dengan
diri-Nya sendiri sebagai unsurnya. Melalui membatalkan ketentuan-ketentuan dan
menciptakan kaum beriman Yahudi dan kafir menjadi satu manusia baru, maka
Kristus telah mengadakan damai sejahtera. Kini manusia yang berbeda-beda
kebangsaannya telah memiliki damai sejahtera di dalam Kristus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 4, Berita 87
No comments:
Post a Comment