Pembacaan Alkitab: Kol.
3:11
Dalam ayat 14 Paulus mengatakan
lebih lanjut, “Dialah damai sejahtera kita.” Kata “kita” ditujukan kepada
manusia yang berbeda-beda, yaitu kaum beriman Yahudi dan kafir. Damai sejahtera
yang dikatakan di sini bukan damai sejahtera antara manusia dengan Allah,
melainkan antara manusia dengan manusia. Setelah menggenapkan penebusan yang
sempurna bagi kita, Kristus sendiri menjadi damai sejahtera kita dan keserasian
kita.
Dalam bagian selanjutnya dari ayat
14-15 Paulus mengumumkan bahwa Kristus telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan, dan “dengan kematian-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan
hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan
keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan
damai sejahtera.” Ketika Kristus disalibkan, semua ketentuan turut terpaku di
atas salib. Ia merubuhkan tembok pemisah melalui pembatalan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya. Sasaran perbuatan-Nya yang demikian ini ialah
menciptakan orang Yahudi dan orang kafir menjadi “satu manusia baru di dalam
diri-Nya”. Melalui Kristus membatalkan ketentuan-ketentuan hukum Taurat dan
menciptakan kaum beriman Yahudi dan kaum beriman kafir menjadi satu manusia
baru, maka terciptalah damai sejahtera di antara semua orang beriman. Sekali
lagi kita nampak bahwa damai sejahtera dalam bagian firman ini berarti damai
sejahtera di antara orang-orang yang percaya kepada Kristus.
Hal yang menjadi beban dalam kita
untuk ditekankan dalam berita ini ialah Kristus telah menghapus segala
ketentuan di atas salib. Ketentuan-ketentuan itu berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan di antara umat manusia. Banyak orang Kristen mengetahui
bahwa di atas salib Kristus telah menanggulangi dosa, daging, ego, manusia
lama, dunia, dan Iblis. Tetapi tidak banyak yang memahami betapa Kristus di
atas salib juga telah menanggulangi ketentuan-ketentuan. Haleluya! Semua
ketentuan telah dihapus! Salib telah menanggulangi dosa sehingga kita beroleh
selamat; telah menanggulangi dunia, manusia lama, daging, dan ego, sehingga
kita dikuduskan; dan telah menanggulangi Iblis, Satan, agar kita beroleh
kemenangan. Sekarang, kita nampak bahwa salib pun telah menghapus ketentuan-ketentuan,
agar kita menjadi satu manusia baru.
Di dalam roh yang telah berbaur,
wahyu ini akan menjadi riil bagi kita. Di dalam roh, kita adalah satu manusia
baru di dalam Kristus. Tetapi bila kita memikirkan situasi kita melalui
analisis dalam pikiran, maka perbedaan-perbedaan alamiah itu akan menjadi nyata
lagi. Mereka yang berasal dari suatu negara atau daerah mungkin menganggap
dirinya lebih unggul daripada orang lain. Hal ini akan memberi suatu perasaan
kepada orang lain bahwa mereka adalah pendatang atau orang asing. Demikian pula
bila mereka yang berasal dari gereja lokal tertentu menganggap gerejanya lebih
unggul. Jika kita setia terhadap visi dalam bagian-bagian firman ini, kita
harus tinggal dalam roh di mana kita akan mengalami pembangunan yang sejati
dengan orang lain. Jadi kesimpulan Paulus dalam pasal ini ialah baik secara
universal maupun lokal gereja seharusnya terbangun menjadi tempat kediaman
Allah di dalam roh.
Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 4, Berita 86
No comments:
Post a Comment