Hitstat

17 October 2013

Filipi - Minggu 8 Kamis



Pembacaan Alkitab: Flp. 2:19-30


Seperti kita semua ketahui, di kalangan orang Kristen hari ini terdapat sangat banyak perpecahan, ribuan jumlahnya. Perpecahan-perpecahan itu semua ditimbulkan oleh orang-orang Kristen yang memperhatikan Tuhan dan yang benar-benar mengasihi Tuhan. Nyatanya, semakin kaum beriman mengasihi Tuhan, semakin mudahlah perpecahan-perpecahan itu terjadi. Hal ini disebabkan oleh kasih mereka terhadap Tuhan yang membuat mereka ingin melakukan sesuatu bagi-Nya, dan pada akhirnya timbul perpecahan yang tak kunjung henti.

Untuk melaksanakan dan menggenapkan sesuatu bagi Kristus kita perlu menggunakan jiwa kita. Untuk bersekutu dengan Tuhan saja kita cukup melatih roh, tetapi untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan, kita perlu melatih jiwa serta fungsi-fungsinya. Itulah sebabnya Allah menciptakan jiwa berikut fungsi pikiran, emosi, dan tekad. Setiap kali kita hendak melakukan sesuatu bagi Tuhan, kita wajib menggunakan fungsi-fungsi itu. Namun demikian, masalah yang serius adalah ketika orang-orang Kristen berusaha melakukan sesuatu bagi Tuhan Yesus dengan kasih mereka terhadap Tuhan, mereka tidak sejiwa. Sebaliknya, mereka sangat berbeda dalam jiwa. Perbedaan-perbedaan dalam jiwa itulah yang merupakan penyebab utama dari perpecahan.

Orang-orang kudus dalam pemulihan Tuhan semua mengasihi Tuhan Yesus dengan kasih yang sejati. Sejauh yang menyangkut masalah mengasihi Tuhan dan menikmati persekutuan dengan-Nya, tidak ada masalah apa-apa. Tetapi bila kita berusaha melakukan sesuatu bagi Tuhan menurut apa yang telah kita nampak dalam persekutuan kita dengan Dia di dalam roh, kita mungkin menghadapi masalah, karena kita berbeda jiwa dengan orang kudus lainnya. Dengan perkataan lain, kita tidak dapat sejiwa dalam hal-hal yang ingin kita lakukan itu.

Perbedaan dalam jiwa yang sedemikian ini dapat menimbulkan dua macam akibat yang berbeda. Pertama, ada orang boleh jadi bahkan meninggalkan hidup gereja dan menimbulkan perpecahan. Kedua, ada orang mungkin tetap memelihara kedudukan yang tepat pada tumpuan keesaan, dan tetap tinggal dalam pemulihan, tetapi mereka mungkin bersikap negatif, berselisih, atau menjadi dingin. Orang yang tetap dalam pemulihan Tuhan tetapi mempertahankan sikap demikian boleh jadi berkata kepada dirinya sendiri, “Saudara-saudara itu sungguh sangat kuat konsepsinya terhadap hal-hal tertentu. Aku tidak dapat menyesuaikan ideku dengan mereka. Karena mereka enggan menerima usulku, lebih baik sejak kini aku berdiam diri. Aku tidak mau aktif lagi, aku akan mundur dan bersikap pasif saja. Aku akan menghadiri sidang-sidang gereja, tetapi aku akan membiarkan orang lain yang memperhatikan berbagai masalah dalam hidup gereja ini.” Orang-orang yang mengambil sikap demikian boleh jadi mempunyai maksud baik. Mereka mungkin enggan berbantah-bantahan atau menimbulkan kesulitan. Sebagai contoh, misalkan seorang penatua dalam sebuah gereja lokal berpikir dalam dirinya sendiri demikian: “Konsepsiku berbeda dengan konsepsi penatua lainnya. Menurut opiniku, caraku lebih baik daripada cara mereka. Tetapi mereka tidak mau menerima saranku. Aku tidak mau berdebat, lebih baik aku tidak mengatakan apa pun. Biarlah saudara-saudara itu berbuat menurut cara mereka, dan biarlah mereka yang mengemban tanggung jawab untuk memajukan gereja.” Saya telah melihat banyak kasus yang demikian dalam hidup gereja.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 16

No comments: