Pembacaan Alkitab: Flp. 2:19-30
Seperti kita semua ketahui, di
kalangan orang Kristen hari ini terdapat sangat banyak perpecahan, ribuan
jumlahnya. Perpecahan-perpecahan itu semua ditimbulkan oleh orang-orang Kristen
yang memperhatikan Tuhan dan yang benar-benar mengasihi Tuhan. Nyatanya,
semakin kaum beriman mengasihi Tuhan, semakin mudahlah perpecahan-perpecahan
itu terjadi. Hal ini disebabkan oleh kasih mereka terhadap Tuhan yang membuat
mereka ingin melakukan sesuatu bagi-Nya, dan pada akhirnya timbul perpecahan
yang tak kunjung henti.
Untuk melaksanakan dan
menggenapkan sesuatu bagi Kristus kita perlu menggunakan jiwa kita. Untuk
bersekutu dengan Tuhan saja kita cukup melatih roh, tetapi untuk melakukan
sesuatu bagi Tuhan, kita perlu melatih jiwa serta fungsi-fungsinya. Itulah
sebabnya Allah menciptakan jiwa berikut fungsi pikiran, emosi, dan tekad.
Setiap kali kita hendak melakukan sesuatu bagi Tuhan, kita wajib menggunakan
fungsi-fungsi itu. Namun demikian, masalah yang serius adalah ketika
orang-orang Kristen berusaha melakukan sesuatu bagi Tuhan Yesus dengan kasih
mereka terhadap Tuhan, mereka tidak sejiwa. Sebaliknya, mereka sangat berbeda
dalam jiwa. Perbedaan-perbedaan dalam jiwa itulah yang merupakan penyebab utama
dari perpecahan.
Orang-orang kudus dalam pemulihan
Tuhan semua mengasihi Tuhan Yesus dengan kasih yang sejati. Sejauh yang
menyangkut masalah mengasihi Tuhan dan menikmati persekutuan dengan-Nya, tidak
ada masalah apa-apa. Tetapi bila kita berusaha melakukan sesuatu bagi Tuhan
menurut apa yang telah kita nampak dalam persekutuan kita dengan Dia di dalam
roh, kita mungkin menghadapi masalah, karena kita berbeda jiwa dengan orang
kudus lainnya. Dengan perkataan lain, kita tidak dapat sejiwa dalam hal-hal
yang ingin kita lakukan itu.
Perbedaan dalam jiwa yang
sedemikian ini dapat menimbulkan dua macam akibat yang berbeda. Pertama, ada
orang boleh jadi bahkan meninggalkan hidup gereja dan menimbulkan perpecahan.
Kedua, ada orang mungkin tetap memelihara kedudukan yang tepat pada tumpuan
keesaan, dan tetap tinggal dalam pemulihan, tetapi mereka mungkin bersikap
negatif, berselisih, atau menjadi dingin. Orang yang tetap dalam pemulihan
Tuhan tetapi mempertahankan sikap demikian boleh jadi berkata kepada dirinya
sendiri, “Saudara-saudara itu sungguh sangat kuat konsepsinya terhadap hal-hal
tertentu. Aku tidak dapat menyesuaikan ideku dengan mereka. Karena mereka
enggan menerima usulku, lebih baik sejak kini aku berdiam diri. Aku tidak mau
aktif lagi, aku akan mundur dan bersikap pasif saja. Aku akan menghadiri
sidang-sidang gereja, tetapi aku akan membiarkan orang lain yang memperhatikan
berbagai masalah dalam hidup gereja ini.” Orang-orang yang mengambil sikap
demikian boleh jadi mempunyai maksud baik. Mereka mungkin enggan
berbantah-bantahan atau menimbulkan kesulitan. Sebagai contoh, misalkan seorang
penatua dalam sebuah gereja lokal berpikir dalam dirinya sendiri demikian:
“Konsepsiku berbeda dengan konsepsi penatua lainnya. Menurut opiniku, caraku
lebih baik daripada cara mereka. Tetapi mereka tidak mau menerima saranku. Aku
tidak mau berdebat, lebih baik aku tidak mengatakan apa pun. Biarlah
saudara-saudara itu berbuat menurut cara mereka, dan biarlah mereka yang
mengemban tanggung jawab untuk memajukan gereja.” Saya telah melihat banyak kasus
yang demikian dalam hidup gereja.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 16
No comments:
Post a Comment