Pembacaan Alkitab: Flp. 2:9-12
Saya percaya bahwa dalam gereja di
Filipi, kedua saudari, Euodia dan Sintikhe, masing-masing bersaing untuk
mendapat kedudukan atau pujian yang sia-sia. Jika tidak, Paulus tidak perlu
meminta supaya mereka sehati sepikir di dalam Tuhan (4:2). Jika tidak ada
problem persaingan di gereja itu, Paulus tidak perlu berkata dalam 2:3, “Tanpa
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.” Karena di antara
orang-orang kudus di Filipi terdapat persaingan untuk mencari pujian yang
sia-sia, maka perlulah Paulus menampilkan Kristus sebagai teladan hayat yang
tersalib. Paulus menampilkan teladan ini dalam Kitab Filipi, tidak dalam kitab
lainnya, sebab di Filipi masalah persaingan untuk mencari pujian yang sia-sia
merupakan problem yang jelas. Selama orang-orang kudus tertentu di situ mencari
kemuliaan bagi diri sendiri, persaingan pasti terjadi. Sebab itu, Paulus
memperlihatkan kepada mereka bahwa Kristus, Anak Allah, memiliki satu posisi
yang sangat tinggi. Dia memiliki rupa Allah dan berhak untuk menjadi setara
dengan Allah. Namun Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai
sesuatu yang harus dipertahankan, tetapi Dia mengosongkan diri-Nya, mengambil
rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia. Lalu dalam keadaan seperti
seorang manusia, Dia mengosongkan diri-Nya dan taat, bahkan taat sampai mati di
kayu salib. Orang kudus Filipi yang mencari kedudukan dan gelar bagi diri
sendiri sesungguhnya perlu hidup menurut Kristus sebagai teladan hayat yang
tersalib.
Namun, kita harus waspada,
janganlah kita menerima perkataan tentang hayat yang tersalib, kuasa
kebangkitan, dan peninggian Allah sebagai alasan untuk mencari kemuliaan.
Bahkan kita tidak seharusnya mencari kemuliaan yang sejati sebagai sesuatu yang
terpisah dari Kristus. Janganlah kita mencari kemuliaan yang mana pun di luar
Kristus sendiri. Kita perlu berkata, “Tuhan, aku hanya menginginkan Engkau. Aku
tidak mencari peninggian atau kemuliaan yang mana pun.” Jika kita menerima
hayat yang tersalib sebagai teladan kita, kita akan mengalami kuasa
kebangkitan. Kuasa kebangkitan ini adalah Kristus sendiri. Kristus bukan hanya
hayat yang tersalib, tetapi juga kuasa kebangkitan.
Beban saya dalam berita ini ialah
menghubungkan peninggian Kristus dengan pengalaman rohani kita. Allah telah
meninggikan Kristus, tetapi apakah Anda telah meninggikan Dia? Kristus telah
ditinggikan dalam alam semesta, tetapi sudahkah Ia ditinggikan di dalam Anda?
Masalahnya ialah Kristus telah ditinggikan di mana-mana kecuali di dalam Anda.
Itulah sebabnya saya tidak mau membicarakan peninggian Kristus secara obyektif,
tetapi yang saya perhatikan ialah menerapkan hal ini ke dalam pengalaman subyektif
kita. Kristus tidak dapat ditinggikan di dalam kita kecuali kita menerima Dia
sebagai hayat yang tersalib untuk menjadi teladan kehidupan sehari-hari kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1,
Berita 11
No comments:
Post a Comment