Hitstat

21 October 2013

Filipi - Minggu 9 Senin



Pembacaan Alkitab: Flp. 3:1-6


Dalam 3:1 Paulus berkata, “Akhirnya, Saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.” Kata “berat” di sini dalam bahasa aslinya juga berarti melelahkan, bertele-tele, atau menyulitkan. Paulus tidak merasa berat atau lelah untuk menuliskan hal-hal ini lagi kepada orang kudus.

Di sini Paulus menyuruh orang kudus bersukacita dalam Tuhan. Bersukacita dalam Tuhan merupakan suatu perlindungan, suatu pengamanan. Paulus menulis surat menyuruh orang kudus bersukacita dalam Tuhan, ini adalah kepastian atau kemantapan bagi mereka. Pemakaian kata kemantapan ini menunjukkan kaitan antara 3:1 dengan 3:2. Di Filipi pasti ada semacam situasi yang perlu perlindungan, perlu semacam pengamanan. Situasi yang terdapat dalam pikiran Paulus adalah gangguan yang ditimbulkan oleh para penganut agama Yahudi. Sebab itu, setelah menyuruh kaum beriman bersukacita dalam Tuhan, ia lalu menyuruh mereka berhati-hati terhadap anjing-anjing, pekerja-pekerja yang jahat, dan penyunat-penyunat palsu (ayat 2). Istilah hati-hatilah di sini dalam bahasa aslinya berarti selalu memasang mata yang waspada. Di satu pihak, rasul menasihati orang-orang Filipi untuk bersukacita di dalam Tuhan; di pihak lain, ia memperingatkan mereka untuk selalu memasang mata yang waspada terhadap para penganut agama Yahudi.

Dalam menggunakan istilah “anjing-anjing” Paulus bersikap sangat keras dan tegas. Jika kita hari ini menggunakan ungkapan sedemikian, kita pasti akan disalahkan orang. Akan tetapi, Paulus bukan orang pertama yang begitu berani dalam ucapannya. Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus menyebut orang-orang Farisi itu keturunan ular beludak (Mat. 3:7; 12:34). Seperti halnya Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus, Paulus mengutarakan fakta dengan jujur dan terus terang. Orang-orang Farisi benar-benar keturunan ular beludak, dan para penganut agama Yahudi benar-benar “anjing”.

Dalam 3:2 Paulus berkata, “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat itu.” Karena tidak ada kata sambung yang dipakai di antara ketiga klausa ini, kata-kata ini pasti mengacu kepada orang-orang yang berkelas sama. Anjing itu binatang najis (Im. 11:27), pekerja-pekerja yang jahat adalah jahat, dan penyunat-penyunat yang palsu adalah mereka yang patut dicela. (Penyunat-penyunat palsu berarti mutilasi, pemotongan, yaitu suatu istilah yang bersifat menghina untuk penyunatan). Anjing-anjing yang dimaksud di sini adalah para penganut agama Yahudi. Dalam sifatnya para penganut agama Yahudi itu adalah anjing-anjing najis; dalam tingkah lakunya, mereka adalah pekerja-pekerja jahat; dan dalam keagamaan mereka adalah penyunat-penyunat palsu, orang-orang yang memalukan. Dalam kitab yang membahas pengalaman dan kenikmatan akan Kristus seperti ini, rasul memperingatkan kaum beriman kafir agar waspada terhadap orang-orang yang najis, jahat, dan hina itu.

Dalam mengatakan anjing-anjing, pekerja-pekerja yang jahat, penyunat-penyunat palsu, Paulus menyingkapkan keaiban para penganut agama Yahudi. Dalam sifatnya, mereka adalah anjing-anjing; dalam perilakunya, mereka jahat; dan dalam agama, mereka adalah yang terhina. Meskipun mereka membanggakan agama mereka, tetapi Paulus menganggapnya sebagai perkara yang memalukan dan aib. Dia menghendaki kaum beriman berhati-hati terhadap anjing-anjing, pekerja-pekerja yang jahat, dan penyunat-penyunat palsu itu.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 17

No comments: