Pembacaan Alkitab: Flp. 2:19-30
Beberapa tahun yang silam saya
membaca sebuah karangan yang mengatakan bahwa sebelum seorang Kristen dapat
menjadi martir, ia harus memiliki sikap seorang martir lebih dulu. Menurut
karangan tadi, setiap martir sudah diperlengkapi dengan sikap-sikap tertentu,
dan bila saatnya tiba untuk mati martir, orang-orang ini dapat benar-benar
menjadi martir melalui menyerahkan hayat jasmaninya. Prinsip ini berlaku dalam
mempertaruhkan jiwa di dalam kehidupan gereja. Jika kita tidak memiliki hati
untuk mengorbankan pikiran, emosi, dan tekad kita demi kepentingan Tubuh
Kristus, kita tidak mungkin dapat mengorbankan hayat jasmani kita menjadi
martir. Untuk mempertaruhkan hayat jasmaninya, Epafroditus harus mau
mempertaruhkan jiwanya lebih dulu.
Pada hakekatnya kita di dalam
hidup gereja perlu menjadi martir bagi Tubuh Kristus dan semua orang kudus.
Jika kita damba menjadi satu dengan Tuhan bagi pemulihan-Nya, kita harus mau
mengorbankan pikiran, perasaan, dan keinginan kita. Ini berarti mempertaruhkan
jiwa kita. Untuk mengalami Kristus sepenuh-penuhnya, kita tidak saja perlu
sejiwa, bahkan mempertaruhkan jiwa dengan mengorbankan pikiran, emosi, dan
tekad kita.
Dalam 2:30 Paulus berkata kepada
orang-orang Filipi bahwa Epafroditus telah mempertaruhkan jiwanya “untuk
memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku.” Epafroditus telah
mempertaruhkan jiwanya demi memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayanan kaum
beriman Filipi terhadap Paulus. Hal ini menunjukkan bahwa bila kita tidak
mempertaruhkan jiwa kita, mustahillah kita bisa memenuhi kekurangan yang
mungkin ada dalam Tubuh Kristus. Memenuhi kekurangan dalam Tubuh Kristus
memberi kita suatu kesempatan yang baik sekali untuk mengalami Kristus. Kita
perlu mengalami Kristus sedemikian rupa agar kita dapat memenuhi apa yang
kurang dalam Tubuh. Jika kita mau mengalami Kristus sampai taraf demikian, kita
harus mempertaruhkan hayat jiwa kita dengan mengorbankan emosi kita serta keinginannya,
tekad kita serta kemauannya, dan pikiran kita serta opininya. Setiap kali kita
mengorbankan jiwa kita demi Tubuh, kita akan memiliki suatu kesempatan untuk
mengalami Kristus di dalam Tubuh. Ini berarti mengalami Kristus
sepenuh-penuhnya.
Perkataan Paulus tentang sejiwa
merupakan satu peringatan bagi segenap orang yang ada dalam pemulihan Tuhan.
Jika kita tidak dapat bersejiwa dengan orang lain, kita tidak bisa memiliki
kenikmatan yang penuh akan Kristus, sekalipun kita tinggal di dalam hidup gereja.
Walau kita di dalam roh tidak ada masalah, kita mungkin mempertahankan
perbedaan-perbedaan dalam jiwa kita. Menurut kesan Anda, perasaan yang Anda
miliki dalam jiwa Anda memang benar. Tetapi, karena Anda mempertahankan
perbedaan-perbedaan Anda, pengalaman Anda terhadap Kristus akan terbatas. Jadi,
penting sekali kita semua belajar bersejiwa di dalam hidup gereja. Jangan
mengizinkan perbedaan-perbedaan dalam jiwa Anda menghambat pengalaman Anda akan
Kristus di dalam Tubuh-Nya. Semoga kita semua belajar mengorbankan jiwa kita,
mempertaruhkan pikiran, emosi, dan tekad kita. Kemudian baru kita dapat
bersejiwa dengan orang-orang lain di dalam Tubuh Kristus. Jika kondisi kita
demikian, betapa banyaknya pengalaman dan kenikmatan kita akan Kristus yang
kita miliki di dalam Tubuh! Untuk mengalami Kristus pada tingkat yang penuh ini
di dalam Tubuh, kita perlu sejiwa dan mempertaruhkan jiwa kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 16
No comments:
Post a Comment