Hitstat

16 October 2013

Filipi - Minggu 8 Rabu



Pembacaan Alkitab: Flp. 2:19-30


Meskipun Paulus mempunyai sejumlah rekan sekerja, hanya Timotius sajalah yang dapat dikatakan sejiwa. Mengenai masalah gereja hanya Timotius yang sejiwa dengan Paulus. Saya sangat memustikakan ungkapan “sejiwa” yang dipakai Paulus dalam 2:20. Istilah ini membukakan sebuah jendela yang melaluinya kita dapat melihat rahasia untuk mengalami Kristus dengan cara yang menghasilkan perhatian yang sejati terhadap gereja-gereja. Saya harap kita semua mengenal rahasia yang berharga ini.

Kerena kesejiwaan Paulus dan Timotius, maka mereka dapat mengalami Kristus hingga ke tahap yang sepenuh-penuhnya. Akan tetapi, jika kita hanya mengalami Kristus dalam roh kita tanpa bersatu di dalam jiwa dengan orang-orang lain yang mengasihi Tuhan dan menuntut Dia, pengalaman kita terhadap Kristus akan terbatas. Rekan-rekan sekerja yang tidak sejiwa dengan Paulus memang dapat mengalami Kristus, tetapi tidak dapat mencapai tingkat yang dicapai pengalaman Paulus dan Timotius terhadap Kristus.

Saya merasa terkejut ketika membaca bahwa selain Timotius, Paulus tidak menemukan orang lain yang sejiwa yang benar-benar memperhatikan kepentingan orang kudus di Filipi. Tidak adakah orang lain yang benar-benar memperhatikan gereja? Ya, ada, tetapi perhatian jiwa mereka tidak sama dengan perhatian jiwa Paulus.

Dalam 2:25 Paulus membicarakan Epafroditus, katanya, “Saudara seimanku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku.” Paulus juga mengatakan kepada kaum beriman Filipi bahwa Epafroditus adalah rasul mereka, yaitu seorang yang dikirim dengan suatu amanat, dan seorang minister yang ministrinya seperti pelayanan seorang imam. Semua orang beriman Perjanjian Baru adalah imam-imam bagi Allah (1 Ptr. 2:9; Why. 1:6). Karena itu, segala aspek ministri kita bagi Tuhan adalah pelayanan imam (Flp. 2:17, 30).

Dalam 2:30 Paulus menunjukkan ciri-ciri yang menonjol dari Epafroditus. Di sini Paulus memberi tahu kita bahwa demi pekerjaan Kristus, Epafroditus “nyaris mati . . . dan ia mempertaruhkan nyawanya untuk memenuhi apa yang masih kurang dalam pelayananmu kepadaku.” Epafroditus bersedia mempertaruhkan jiwanya bagi gereja-gereja dan orang-orang kudus. Persembahan jiwa ini telah diwahyukan dengan jelas oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:11, di mana Dia berkata tentang diri-Nya sendiri, yakni sebagai Gembala yang baik, Dia bersedia menyerahkan hayat jiwa-Nya supaya kita dapat menerima hayat ilahi-Nya.

Dalam Filipi 2:19-30 kita nampak dua hal yang penting tentang jiwa. Pertama, kita perlu bersatu dalam jiwa; kedua, kita perlu dengan rela hati mengurbankan atau mempertaruhkan jiwa kita. Kedua hal ini sangat penting jika kita ingin mempunyai satu perhatian sejati terhadap gereja-gereja serta semua orang kudus. Timotius adalah seorang yang sejiwa, dan Epafroditus adalah seorang yang mempertaruhkan jiwa. Kita pun harus menjadi orang yang bersatu dalam jiwa dan yang rela mempertaruhkan jiwa kita. Kita harus bersedia mempersembahkan pikiran, tekad, dan emosi kita untuk menjadi satu dengan teman-teman sekerja kita yang terkasih.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 15

No comments: