Pembacaan Alkitab: Flp. 3:8-11
Dalam Filipi 3:10 Paulus
membicarakan kuasa kebangkitan Kristus. Kuasa kebangkitan Kristus adalah hayat
kebangkitan-Nya yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Ef.
1:19-20). Hayat ilahi Kristus mengandung unsur kebangkitan. Bahkan sebelum Dia
dibangkitkan, Dia dapat berkata kepada Marta, “Akulah kebangkitan dan hidup”
(Yoh. 11:25). Realitas hayat kebangkitan Kristus adalah Roh itu. Kebangkitan
adalah sesuatu yang abstrak dan rahasia, tidak ada orang yang dapat
mendefinisikannya. Tetapi kita dapat mengenal Roh itu sebagai realitas
kebangkitan. Roh Kristus adalah realitas kebangkitan Kristus. Karena itu, di
mana ada Roh Kristus, di situ ada kebangkitan. Karena Roh ini sekarang berada
dalam batin kita, maka kuasa kebangkitan Kristus juga berada dalam batin kita.
Dalam Filipi 3:10 Paulus
selanjutnya berkata tentang persekutuan dalam penderitaan Kristus dan menjadi
serupa dengan kematian-Nya. Persekutuan dalam penderitaan Kristus adalah
partisipasi kita dalam penderitaan-Nya. Dalam seumur hidup-Nya, Kristus telah
mengalami proses peremukan, sehingga kuasa hayat dapat dibebaskan dari
batin-Nya. Dia dihancurkan, khususnya ketika Dia mati di atas salib. Benih
hayat ilahi telah tertanam ke dalam diri kita. Sekarang kita juga perlu
diremukkan, agar kuasa hayat dalam benih itu dapat dibebaskan. Jika manusia
lahiriah kita telah dihancurkan, maka benih dalam batin kita akan dapat
membebaskan kuasa hayatnya.
Akhirnya, proses peremukan manusia
lahiriah ini akan menghasilkan penyerupaan penuh dalam kematian Kristus. Dengan
jalan demikianlah kematian Kristus akan menjadi satu model atau pola bagi
peremukan kita. Kemudian, dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat
menerapkan Kristus pada setiap keperluan kita. Jika kita memerlukan kekuatan,
Dia akan menjadi kekuatan kita. Jika kita memerlukan kesabaran, Dia sendiri
akan menjadi kesabaran kita. Itulah artinya mengenal Kristus, mengalami Dia,
dan menikmati Dia.
Dalam 3:10 Paulus memakai ungkapan
“menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”. Ungkapan ini menunjukkan bahwa
Paulus ingin membuat kematian Kristus sebagai suatu cetakan hidupnya. Kematian
Kristus merupakan satu cetakan yang kepadanya kita dibentuk menjadi serupa
dengan kematian-Nya itu, laksana adonan ditaruh ke dalam cetakan kue dan
diserupakan dengannya. Paulus senantiasa menempuh hidup tersalib, suatu hidup
di bawah salib, seperti yang Kristus lakukan dalam hidup insani-Nya. Melalui
hidup yang demikian kuasa kebangkitan Kristus dialami dan diekspresikan.
Cetakan kematian Kristus mengacu kepada pengalaman Kristus yang terus-menerus
mematikan hayat insani-Nya, agar Ia dapat hidup dengan hayat Allah (Yoh. 6:57).
Hidup kita harus diserupakan dengan cetakan semacam ini melalui kematian kita
terhadap hayat insani kita untuk menempuh hidup yang ilahi. Diserupakan dengan
kematian Kristus adalah syarat untuk mengenal dan mengalami Dia, kuasa
kebangkitan-Nya, dan persekutuan penderitaan-Nya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 22
No comments:
Post a Comment