Hitstat

26 November 2013

Filipi - Minggu 14 Selasa



Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5-9


Kebaikan hati bertolak belakang dengan ambisi yang egoistis dan kemuliaan yang sia-sia. Kedua hal negatif ini pernah disebut oleh Paulus. Kebaikan hati juga berlawanan dengan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Ada orang saleh yang mengejar persaingan dan kemuliaan yang siasia, sedangkan yang lain bersungut-sungut dan berselisih. Setiap kali kita cenderung bersaing, ingin kemuliaan yang sia-sia, sungut-sungut, dan beralasan, maka tidak ada keteduhan, kesentosaan, dan kesabaran hati.

Mengajar orang demikian memang mudah, tetapi mempraktekkannya sulit sekali. Untuk menempuh kehidupan semacam ini perlu anugerah. Ketika seorang saudari marah-marah kepada suaminya, mudah sekali bagi suami untuk tersinggung; mungkin ia terbakar oleh amarah dan emosinya naik. Pada saat demikian, sulit sekali untuk tenang dan teduh. Karena itu, kita perlu anugerah Tuhan. Untuk berbaik hati dalam situasi demikian sungguh perlu banyak anugerah. Tetapi bila kita berlatih untuk teduh oleh anugerah Tuhan, maka akhirnya suasana akan menjadi tenang. Kemudian barulah tiba saatnya yang tepat untuk mengucapkan perkataan yang teduh.

Dalam 4:5 Paulus juga berkata, “Tuhan itu dekat” (Tl.). Banyak pembaca Surat Filipi menganggap ini ditujukan kepada kedatangan Tuhan. Saya tidak mengatakan ini sama sekali bukan ditujukan kepada kedatangan Tuhan, tetapi saya percaya ini terutama tidak ditujukan kepada kedatangan-Nya. Sebaliknya, ini terutama ditujukan kepada penyertaan Tuhan dengan kita. Tuhan itu dekat, Dia beserta kita. Ketika kita memperhidupkan Dia, menerima Dia sebagai teladan kita, dan menganggap segalanya rugi demi mendapatkan Dia, kita akan merasa Dia sedang menyertai kita. Dia itu dekat dalam ruang dan waktu. Dalam ruang, Tuhan dekat terhadap kita, siap membantu kita. Dalam waktu, Tuhan dekat dengan kita, segera datang lagi. Karena Tuhan itu dekat, buat apa kita gelisah dan terganggu?

Dalam mengajar kita untuk bersabar dan menanggung kesukaran, Paulus tidak ingin menjadi seperti tokoh agama tertentu. Faktor yang menggerakkan Paulus menulis ayat-ayat ini ialah ia ingin menunjukkan ekspresi dari suatu kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Jadi, dalam 4:5-9 kita nampak sebuah lukisan kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Jika kita memperhidupkan Kristus, kita akan membuat orang lain mengetahui kebaikan hati kita. Mereka akan nampak bahwa kita teduh, sentosa, dan patut; tidak ada apa pun yang dapat mengganggu keteduhan batiniah kita. Akan tetapi, bila kita tidak teduh, tentu kita tidak berada di dalam Kristus, dan dalam pengalaman kita pun Tuhan tidak dekat. Kita mungkin tidak teduh, melainkan khawatir, itulah yang merusak keteduhan kita, dan menjadikan kita kehilangan damai sejahtera batiniah. Ketika kita kehilangan keteduhan, tidak mungkin kita memperhidupkan Kristus. Tidak mungkin seseorang bertengkar dan berbantah-bantah dengan orang lain sambil memperhidupkan Kristus. Memperhidupkan Kristus memerlukan ketenangan dan keteduhan yang mutlak.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 27

No comments: