Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5-9
Kebaikan hati bertolak belakang dengan ambisi yang egoistis dan kemuliaan
yang sia-sia. Kedua hal negatif ini pernah disebut oleh Paulus. Kebaikan hati
juga berlawanan dengan bersungut-sungut dan berbantah-bantahan. Ada orang saleh
yang mengejar persaingan dan kemuliaan yang siasia, sedangkan yang lain bersungut-sungut
dan berselisih. Setiap kali kita cenderung bersaing, ingin kemuliaan yang
sia-sia, sungut-sungut, dan beralasan, maka tidak ada keteduhan, kesentosaan,
dan kesabaran hati.
Mengajar orang demikian memang mudah, tetapi mempraktekkannya sulit
sekali. Untuk menempuh kehidupan semacam ini perlu anugerah. Ketika seorang
saudari marah-marah kepada suaminya, mudah sekali bagi suami untuk tersinggung;
mungkin ia terbakar oleh amarah dan emosinya naik. Pada saat demikian, sulit
sekali untuk tenang dan teduh. Karena itu, kita perlu anugerah Tuhan. Untuk
berbaik hati dalam situasi demikian sungguh perlu banyak anugerah. Tetapi bila kita
berlatih untuk teduh oleh anugerah Tuhan, maka akhirnya suasana akan menjadi tenang.
Kemudian barulah tiba saatnya yang tepat untuk mengucapkan perkataan yang teduh.
Dalam 4:5 Paulus juga berkata, “Tuhan itu dekat” (Tl.).
Banyak pembaca Surat Filipi menganggap ini ditujukan
kepada kedatangan Tuhan. Saya tidak mengatakan ini sama sekali bukan ditujukan
kepada kedatangan Tuhan, tetapi saya percaya ini terutama tidak ditujukan
kepada kedatangan-Nya. Sebaliknya, ini terutama ditujukan kepada penyertaan
Tuhan dengan kita. Tuhan itu dekat, Dia beserta kita. Ketika kita
memperhidupkan Dia, menerima Dia sebagai teladan kita, dan menganggap segalanya
rugi demi mendapatkan Dia, kita akan merasa Dia sedang menyertai kita. Dia itu dekat
dalam ruang dan waktu. Dalam ruang, Tuhan dekat terhadap kita, siap membantu
kita. Dalam waktu, Tuhan dekat dengan kita, segera datang lagi. Karena Tuhan
itu dekat, buat apa kita gelisah dan terganggu?
Dalam mengajar kita untuk bersabar dan menanggung kesukaran,
Paulus tidak ingin menjadi seperti tokoh agama tertentu. Faktor yang menggerakkan
Paulus menulis ayat-ayat ini ialah ia ingin menunjukkan ekspresi dari suatu
kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Jadi, dalam 4:5-9 kita nampak sebuah
lukisan kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Jika kita memperhidupkan
Kristus, kita akan membuat orang lain mengetahui kebaikan hati kita. Mereka
akan nampak bahwa kita teduh, sentosa, dan patut; tidak ada apa pun yang dapat
mengganggu keteduhan batiniah kita. Akan tetapi, bila kita tidak teduh, tentu
kita tidak berada di dalam Kristus, dan dalam pengalaman kita pun Tuhan tidak
dekat. Kita mungkin tidak teduh, melainkan khawatir, itulah yang merusak
keteduhan kita, dan menjadikan kita kehilangan damai sejahtera batiniah. Ketika
kita kehilangan keteduhan, tidak mungkin kita memperhidupkan Kristus. Tidak
mungkin seseorang bertengkar dan berbantah-bantah dengan orang lain sambil
memperhidupkan Kristus. Memperhidupkan Kristus memerlukan ketenangan dan keteduhan
yang mutlak.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 27
No comments:
Post a Comment