Pembacaan Alkitab: Flp. 4:5-9
Pada akhir 4:8 Paulus mengubah ungkapannya dan berkata, “Kalau ada yang disebut kebajikan, kalau ada yang patut dipuji” (Tl.).
Istilah “kebajikan” di sini dalam bahasa aslinya berarti keunggulan, yaitu
kekuatan etis yang ditampilkan dalam tindakan yang bersemangat. Pujian
ditujukan kepada hal-hal yang layak dipuji, sebagai pendamping kebajikan.
Keenam hal pertama digolongkan berdasarkan “semua yang”, sedangkan dua hal terakhir
digolongkan berdasarkan “kalau ada”. Ini menunjukkan bahwa kedua hal yang disebut
terakhir adalah kesimpulan dari keenam hal yang disebut terdahulu, yang mengandung
sedikit kebajikan atau sifat-sifat yang unggul dan sesuatu yang patut dipuji.
Kebajikan dan pujian bukan dua aspek tambahan, melainkan sebagai
nilai dari keenam aspek yang telah dikatakan di depan. Kebajikan adalah istilah
umum, bukan satu aspek tertentu. Dalam kebenaran, kehormatan, kesucian,
kemanisan, keadilan, dan yang sedap didengar terdapat kebajikan. Prinsipnya
sama dengan pujian; dalam keenam aspek dari kehidupan kristiani ini ada sesuatu
yang patut dipuji.
Dalam ayat 9 Paulus menyimpulkan, “Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa
yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kaum
beriman bukan hanya harus memikirkan hal-hal yang disebutkan dalam ayat 8, juga
harus melaksanakan hal-hal yang telah mereka pelajari, terima, dengar, dan lihat
dari diri rasul. Paulus benar-benar telah hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat
mengekspresikan semua aspek yang tercantum dalam ayat 8. Jadi, kaum beriman
telah belajar darinya, telah menerima darinya, telah mendengar darinya, dan telah
melihat hal-hal tertentu pada dirinya. Karena itulah Paulus menyuruh mereka
mengikuti dia dalam melakukan hal-hal ini.
Ayat 9 diakhiri dengan, “Dengan
demikian, Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Ini adalah
sebuah berkat juga janji. Allah sumber damai sejahtera adalah sumber segala hal
yang disebutkan dalam ayat 8 dan 9. Melalui persekutuan kita dengan Dia dan karena
Dia menyertai kita, semua kebajikan ini akan ternyata dalam hidup kita.
Dalam ayat 7 Paulus membicarakan damai sejahtera Allah, dan dalam
ayat 9, Allah sumber damai sejahtera. Pertama-tama Paulus mengatakan bahwa
damai sejahtera Allah akan memelihara hati dan pikiran kita, kemudian
mengatakan bahwa Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita. Sesungguhnya
damai sejahtera Allah dan Allah
sumber damai sejahtera adalah satu. Bila Allah menyertai
kita, damai sejahtera pun menyertai kita. Damai sejahtera sejati yang kita
nikmati adalah Allah sendiri. Cara menikmati Allah damai sejahtera ialah melalui
berdoa bersekutu dengan-Nya.
Kalau kita tidak memiliki ayat-ayat dalam Filipi 4 tentang
ekspresi kehidupan yang memperhidupkan Kristus, kita tidak dapat mengetahui
kehidupan macam apa ini. Teladan kehidupan semacam ini telah dirintis Tuhan
Yesus selama tahun-tahun hidup-Nya di bumi. Jika Anda membaca keempat kitab
Injil dengan saksama, Anda akan nampak bahwa kehidupan Tuhan Yesus mutlak
berada di luar agama, budaya, dan filsafat. Selain Tuhan Yesus tidak pernah ada
orang yang kehidupannya begitu murni, begitu tidak terpengaruh oleh agama,
budaya, dan filsafat. Dalam kehidupan-Nya Tuhan sepenuhnya diduduki oleh Bapa.
Dia sedikit pun tidak diduduki oleh unsur-unsur agama, budaya, filsafat,
kebiasaan, adat istiadat, dan tradisi. Dalam jiwaNya — dalam pikiran, emosi, dan
tekad-Nya — tidak ada tempat bagi agama, budaya, dan filsafat. Antero insan
batiniah-Nya telah diduduki oleh Allah Bapa. Sebab itu, Tuhan dapat
memperhidupkan satu kehidupan yang bebas dari pengaruh hal-hal yang agamis,
budaya, dan filosofis. Kehidupan-Nya merupakan ekspresi penuh dari kehidupan
ilahi. Itulah alasannya Dia dapat berkata, “Siapa
saja yang telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9), dan “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku
katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang tinggal di dalam Aku, Dialah
yang melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya” (Yoh. 14:10). Dalam kehidupan-Nya
di bumi, Tuhan Yesus memperhidupkan
Bapa dan mengekspresikan Bapa.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 2, Berita 28
No comments:
Post a Comment