Pembacaan Alkitab: Flp. 3:8-11
Ketika Tuhan Yesus berada di bumi,
Dia menempuh kehidupan yang tersalib. Kristus memiliki dua hayat: hayat ilahi
dan hayat insani. Allah berkehendak agar manusia Yesus ini memperhidupkan hayat
ilahi melalui hayat insani-Nya. Allah tidak menghendaki Dia memperhidupkan
hayat insani semata. Sebaliknya, Allah berkehendak agar Tuhan Yesus
memperhidupkan hayat ilahi melalui saluran hayat insani. Kehidupan semacam ini
dapat diilustrasikan dengan apa yang terjadi ketika sebuah carang dari satu
pohon diokulasi ke pohon lain. Carang yang telah diokulasi ke suatu pohon lain
tidak dapat memperhidupkan hayatnya sendiri, sebaliknya ia akan memperhidupkan
hayat pohon yang kepadanya ia diokulasi. Ini berarti, hayat pohon itu mengalir
keluar melalui carang yang telah diokulasikan kepadanya itu.
Ketika Tuhan Yesus hidup di bumi,
Dia selalu mematikan hayat insani-Nya agar hayat ilahi yang ada dalam-Nya dapat
diperhidupkan. Inilah pola kematian Kristus. Dalam pandangan manusia, Tuhan
Yesus disalibkan pada akhir ministri-Nya, tetapi, dalam pandangan Allah, Dia
telah disalibkan sepanjang hidup-Nya di bumi. Ini terbukti melalui fakta bahwa
Dia telah dibaptiskan sejak Dia mulai melakukan pelayanan, sebagai satu
petunjuk betapa Dia telah meletakkan diri-Nya sendiri ke dalam maut.
Pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes menunjukkan bahwa Dia menempuh kehidupan
insani-Nya di bawah kuasa pembunuhan salib. Dalam seumur hidup-Nya, hayat
insani telah disalibkan, agar hayat ilahi dapat diperhidupkan. Alangkah
ajaibnya kehidupan yang Tuhan Yesus tempuh!
Tidak diragukan bahwa hayat insani
Tuhan Yesus pasti sangat indah. Tetapi bahkan hayat insani yang seindah itu pun
harus dimatikan agar hayat ilahi dapat dibebaskan. Perhatikanlah fakta bahwa
hayat insani Tuhan dimatikan bukan karena hayat tersebut ada kesalahannya,
melainkan supaya hayat ilahi dapat diperhidupkan. Inilah alasan keharusan hayat
insani Tuhan ditolak, dihancurkan, dan diletakkan ke dalam maut. Hari ini
prinsipnya sama bagi kita. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus dan
telah dilahirkan kembali oleh Roh, kita memiliki hayat insani dan ilahi. Tidak
peduli berapa baiknya hayat insani kita, jika kita ingin memperhidupkan hayat
ilahi, kita harus mematikannya.
Dalam ayat 11 Paulus mengatakan
selanjutnya, “Supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan (yang unggul) dari antara
orang mati.” Kebangkitan yang unggul dari antara orang mati ditujukan kepada
kebangkitan yang luar biasa, kebangkitan ekstra, yang akan menjadi hadiah bagi
kaum saleh yang menang. Mencapai kebangkitan yang luar biasa menunjukkan bahwa
seluruh diri kita secara berangsur-angsur dan terus-menerus dibangkitkan.
Mula-mula Allah membangkitkan roh kita yang mati (Ef. 2:5-6); lalu dari roh
kita Ia maju untuk membangkitkan jiwa kita (Rm. 8:6) dan tubuh fana kita (Rm.
8:11), sampai seluruh diri kita — roh, jiwa, dan tubuh — dibangkitkan
sepenuhnya dari diri kita yang usang oleh dan dengan hayat-Nya. Ini adalah
suatu proses dalam hayat yang harus kita lalui dan suatu perlombaan lari yang
harus kita tempuh, sampai kita mencapai kebangkitan yang luar biasa sebagai
pahala. Karena itu, kebangkitan yang luar biasa seharusnya menjadi sasaran dan
tujuan hidup kita sebagai orang Kristen. Kita dapat mencapai sasaran ini hanya
dengan cara diserupakan dengan kematian Kristus, dengan menempuh hidup
tersalib. Dalam kematian Kristus, kita dalam kebangkitan, melewati proses dari
ciptaan lama kepada ciptaan baru.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 22
No comments:
Post a Comment