Hitstat

09 November 2013

Filipi - Minggu 11 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Flp. 3:8-11


Ketika Tuhan Yesus berada di bumi, Dia menempuh kehidupan yang tersalib. Kristus memiliki dua hayat: hayat ilahi dan hayat insani. Allah berkehendak agar manusia Yesus ini memperhidupkan hayat ilahi melalui hayat insani-Nya. Allah tidak menghendaki Dia memperhidupkan hayat insani semata. Sebaliknya, Allah berkehendak agar Tuhan Yesus memperhidupkan hayat ilahi melalui saluran hayat insani. Kehidupan semacam ini dapat diilustrasikan dengan apa yang terjadi ketika sebuah carang dari satu pohon diokulasi ke pohon lain. Carang yang telah diokulasi ke suatu pohon lain tidak dapat memperhidupkan hayatnya sendiri, sebaliknya ia akan memperhidupkan hayat pohon yang kepadanya ia diokulasi. Ini berarti, hayat pohon itu mengalir keluar melalui carang yang telah diokulasikan kepadanya itu.

Ketika Tuhan Yesus hidup di bumi, Dia selalu mematikan hayat insani-Nya agar hayat ilahi yang ada dalam-Nya dapat diperhidupkan. Inilah pola kematian Kristus. Dalam pandangan manusia, Tuhan Yesus disalibkan pada akhir ministri-Nya, tetapi, dalam pandangan Allah, Dia telah disalibkan sepanjang hidup-Nya di bumi. Ini terbukti melalui fakta bahwa Dia telah dibaptiskan sejak Dia mulai melakukan pelayanan, sebagai satu petunjuk betapa Dia telah meletakkan diri-Nya sendiri ke dalam maut. Pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes menunjukkan bahwa Dia menempuh kehidupan insani-Nya di bawah kuasa pembunuhan salib. Dalam seumur hidup-Nya, hayat insani telah disalibkan, agar hayat ilahi dapat diperhidupkan. Alangkah ajaibnya kehidupan yang Tuhan Yesus tempuh!

Tidak diragukan bahwa hayat insani Tuhan Yesus pasti sangat indah. Tetapi bahkan hayat insani yang seindah itu pun harus dimatikan agar hayat ilahi dapat dibebaskan. Perhatikanlah fakta bahwa hayat insani Tuhan dimatikan bukan karena hayat tersebut ada kesalahannya, melainkan supaya hayat ilahi dapat diperhidupkan. Inilah alasan keharusan hayat insani Tuhan ditolak, dihancurkan, dan diletakkan ke dalam maut. Hari ini prinsipnya sama bagi kita. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus dan telah dilahirkan kembali oleh Roh, kita memiliki hayat insani dan ilahi. Tidak peduli berapa baiknya hayat insani kita, jika kita ingin memperhidupkan hayat ilahi, kita harus mematikannya.

Dalam ayat 11 Paulus mengatakan selanjutnya, “Supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan (yang unggul) dari antara orang mati.” Kebangkitan yang unggul dari antara orang mati ditujukan kepada kebangkitan yang luar biasa, kebangkitan ekstra, yang akan menjadi hadiah bagi kaum saleh yang menang. Mencapai kebangkitan yang luar biasa menunjukkan bahwa seluruh diri kita secara berangsur-angsur dan terus-menerus dibangkitkan. Mula-mula Allah membangkitkan roh kita yang mati (Ef. 2:5-6); lalu dari roh kita Ia maju untuk membangkitkan jiwa kita (Rm. 8:6) dan tubuh fana kita (Rm. 8:11), sampai seluruh diri kita — roh, jiwa, dan tubuh — dibangkitkan sepenuhnya dari diri kita yang usang oleh dan dengan hayat-Nya. Ini adalah suatu proses dalam hayat yang harus kita lalui dan suatu perlombaan lari yang harus kita tempuh, sampai kita mencapai kebangkitan yang luar biasa sebagai pahala. Karena itu, kebangkitan yang luar biasa seharusnya menjadi sasaran dan tujuan hidup kita sebagai orang Kristen. Kita dapat mencapai sasaran ini hanya dengan cara diserupakan dengan kematian Kristus, dengan menempuh hidup tersalib. Dalam kematian Kristus, kita dalam kebangkitan, melewati proses dari ciptaan lama kepada ciptaan baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 1, Berita 22

No comments: