Pembacaan
Alkitab: Kol. 1:15-19; Rm. 1:20
Menurut ajaran tradisional yang berlaku di kalangan kekristenan,
Kristus dianggap sebagai Pencipta. Walau selaku Allah, Kristus adalah Pencipta,
tetapi tidak ada ayat dalam Alkitab yang mengatakan dengan tegas bahwa Kristus
menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu dalam alam semesta. Ketika
beberapa orang mendengar perkataan ini, mereka mungkin heran akan Yohanes 1:3 yang
berbunyi: “Segala sesuatu dijadikan
melalui (through) Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala
yang telah dijadikan” (Tl.). Ayat ini tidak mengatakan Kristus telah menciptakan
segala sesuatu, tetapi segala sesuatu dijadikan melalui Kristus. Dalam Versi King
James (juga dalam bahasa Indonesia) ayat ini diterjemahkan, “segala sesuatu dijadikan oleh (by) Dia.” Ini
terjemahan yang kurang tepat. Preposisi Yunaninya seharusnya diterjemahkan “melalui” bukan
“oleh”. Jadi, ayat ini tidak mengatakan segala sesuatu diciptakan oleh Kristus,
melainkan dijadikan melalui Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa Kristus adalah
sarana penciptaan.
Kristus pada faktanya memang sebagai Pencipta segala sesuatu.
Tetapi butir yang kita tekankan di sini ialah bahwa Alkitab tidak mengatakan
secara khusus tentang Kristus adalah Pencipta, sebaliknya Dia sebagai sarana
penciptaan yang melaluinya segala sesuatu dijadikan. Jika kita membicarakan penciptaan
secara umum, memang Kristus adalah Sang Pencipta. Namun jika kita ingin
membicarakannya lebih pasti, lebih baik kita mengatakan Kristus adalah sarana
penciptaan.
Dalam Kolose 1:15 Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah gambar
Allah yang tidak kelihatan. Ini berarti Kristus adalah ekspresi dari Allah yang
tidak kelihatan. Dalam hal ini kita harus bertanya bagaimana Kristus
mengekspresikan Allah. Jawabnya ialah Dia mengekspresikan Allah di dalam
penciptaan. Tetapi, Kristus tidak mengekspresikan Allah di dalam penciptaan
hanya melalui menciptakan segala sesuatu secara obyektif. Kalau Kristus hanya
sebagai Pencipta yang obyektif, tidak sebagai sarana penciptaan yang subyektif,
Dia tidak dapat mengekspresikan Allah di dalam penciptaan. Ingatlah, segala
sesuatu bukan diciptakan “oleh” Kristus, tetapi “melalui” Kristus. Ini menunjukkan
suatu proses yang terjadi di dalam Kristus.
Kristus adalah sarana aktif yang melaluinya penciptaan terlaksana.
Dalam proses ini kuat kuasa Allah telah terekspresikan, juga telah ternyatakan.
Ini jelas diwahyukan dalam Roma 1:20. Ayat ini mengatakan bahwa “Sebab sifatsifat-Nya yang tidak tampak,
yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat tampak dan dipahami dari
karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.”
Kuat kuasa Allah telah dinyatakan di dalam segala benda yang tercipta. Karena
itu, dalam perkataan Darby, penciptaan mengandung ciri-ciri kuat kuasa
intrinsik (yang terkandung di dalam) Kristus.
Kristus secara subyektif berkaitan dengan penciptaan. Kristus
tidak menciptakan alam semesta hanya secara obyektif, yaitu sebagai Pencipta
yang obyektif. Kita boleh berkata bahwa Dia tidak berdiri di samping sambil
membuat segala sesuatu itu dihasilkan. Sebaliknya, proses penciptaan terjadi di
dalam Dia, yakni di dalam kuat kuasa persona-Nya. Kristus adalah kuat kuasa
yang unik dalam alam semesta. Persona-Nya adalah kuat kuasa ini. Sebab itu, penciptaan
terlaksana di dalam Dia. Ini berarti Dia tidak sekadar Pencipta yang obyektif,
tetapi juga sarana yang subyektif yang melaluinya penciptaan terlaksana. Karena
alasan ini, penciptaan mengandung ciri-ciri kuat kuasa intrinsik Kristus. Alkitab
tidak mengatakan Kristus telah menciptakan alam semesta, tetapi mengatakan segala sesuatu
dijadikan melalui Dia, atau diciptakan di dalam Dia. Kata “oleh Dia” bersifat obyektif, sedang kata “melalui Dia” dan “di dalam
Dia” bersifat subyektif.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 10
No comments:
Post a Comment