Pembacaan
Alkitab: Gal. 2:20
Dalam sidang gereja, kita mungkin menikmati
nyanyian, “Kristus hidup di dalamku, Kristus hidup di dalamku” (Suplemen No. 120,
Dia di dalamku, Dia di dalamku). Tetapi, setelah sidang itu selesai, kita
memperhidupkan diri sendiri, bukan Kristus. Bukan Kristus yang hidup di dalam kita,
melainkan diri kita sendiri yang menduduki kita. Tetapi bila kita nampak visi
Kristus hidup di dalam kita, kita akan menghentikan semua perbuatan kita. Alangkah
bahagianya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan Kristus hidup di dalam kita!
Tuhan tidak menghendaki kita mencoba memperbaiki tingkah laku kita. Dia tidak
menghendaki kita mencoba menjadi seorang suami atau istri yang baik. Kehidupan
kristiani kita ialah Kristus hidup di dalam kita. Dalam kehidupan yang
demikian, kita dan Kristus memiliki satu hayat dan satu kehidupan. Kristus
hidup dalam kehidupan kita. Oh, kita amat sangat perlu nampak visi ini! Kita
perlu berdoa, “Tuhan tunjukkanlah kepadaku visi ini, yakni Allah hanya
menghendaki satu persona. Allah menghendaki Kristus hidup di dalamku. ” Visi
ini akan mengakhiri semua usaha dan perbuatan kita dengan spontan. Visi ini
akan memalingkan kita dari usaha kita kepada Kristus yang menghuni batin kita.
Bila kita berhenti dari perbuatan kita
sendiri, kita tidak lagi memiliki standar atau prinsip di luar Kristus. Kristus
akan menjadi standar dan prinsip kita. Sebagai contoh, kita tidak mempunyai
suatu standar yang menentukan bagaimana menjadi seorang suami atau istri yang baik,
melainkan Kristus menjadi standar kita. Demikian pula, kita tidak mempunyai
standar tentang kebaikan, kerendahan hati, dan kasih, satu-satunya standar kita
ialah Kristus. Ketika Kristus menjadi satu-satunya standar dan prinsip kita, Ia
akan memiliki keleluasaan untuk hidup di dalam kita. Lalu kita akan menikmati
Dia dan mengalami Dia.
Kitab Kolose mewahyukan bahwa Allah
menghendaki Kristus, Dia hanya mau Kristus. Dalam Surat Kiriman ini, Paulus
menunjukkan bahwa Allah tidak menghendaki apa pun yang berasal dari kebudayaan
manusia. Allah tidak menghiraukan filsafat, agama, peraturan-peraturan, tata cara-tata
cara, atau ajaran macam apa pun. Allah hanya menghendaki Kristus almuhit yang
ajaib dan unggul ini. Dia adalah segala sesuatu di dalam segala sesuatu. Walau Kristus
itu almuhit, Ia tinggal di dalam kita sebagai hayat kita. Sebagai Sang penghuni
di dalam, Ia sedang menunggu kesempatan untuk hidup di dalam kita. Dia hidup,
sejati, riil, dan tersedia. Di satu pihak, Dia di atas takhta sebagai Tuhan
segala sesuatu, di pihak lain, Dia di dalam kita sebagai Roh pemberi-hayat. Dalam
kehidupan kristiani maupun dalam hidup gereja, Kristus adalah segala sesuatu.
Jika kita nampak hal ini, kita akan
menghentikan segala usaha kita. Dalam hidup gereja, Allah juga tidak menghendaki
kita banyak berupaya, Ia hanya menghendaki Kristus hidup di dalam kita dan
bertumbuh di dalam kita. Jika saya mempunyai suatu visi dari Galatia 2:20 —
Bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalamku — saya sekali-kali
tidak pernah menganggap saya dapat melakukan apa-apa. Dengan spontan saya akan
menghentikan segala percobaan saya, sebab saya tahu bahwa saya bukan apa-apa dan
bukan siapa-siapa, dan Kristuslah segala sesuatu. Sebagai Tuhan yang tinggal di
dalam kita sebagai hayat kita, Dia adalah segala sesuatu bagi kita. Dialah
kekudusan kita, kekuatan kita, dan hikmat kita. Tetapi, Dia perlu diberi kesempatan
untuk menjadi segala sesuatu di dalam kita. Kalau kita memberi-Nya tempat, Dia
akan masuk menjadi segala sesuatu dan melakukan segala sesuatu. Inilah artinya
membiarkan Kristus hidup di dalam kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 38
No comments:
Post a Comment