Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:13; 3:4
Di samping mengapresiasi hayat alamiah,
kita pun telah terbiasa menggunakannya, yaitu terbiasa hidup menurut hayat
alamiah. Kita telah bertahun-tahun terbiasa hidup oleh hayat pribadi kita. Lagi
pula, kita bahkan telah berusaha untuk “memperbaiki” hayat alamiah. Melalui
latihan- latihan yang kita terima di rumah, hayat alamiah kita telah sedikit
banyak diperbaiki. Kemudian, diperbaiki lebih lanjut melalui pendidikan dan
agama. Kita harus mengakui bahwa hayat alamiah kita bahkan telah diperbaiki melalui
partisipasi kita di dalam gereja lokal. Seorang saudara yang telah berada dalam
gereja beberapa tahun memang jauh lebih “baik” daripada sebelum ia memasuki hidup
gereja. Dalam hidup gereja dapat kita jumpai beberapa orang yang paling “baik”
di seluruh negeri ini. Akan tetapi, gereja tidak melaksanakan usaha perbaikan
yang demikian, melainkan harus mengakhiri dan mengubur hayat alamiah. Namun
kebanyakan dari kita belum dikubur oleh gereja, sebaliknya, kita malah
diperbaiki. Sebelum Anda memasuki hidup gereja, mungkin Anda seperti kuningan yang
belum digosok. Tetapi sekarang, karena Anda telah diperbaiki oleh hidup gereja,
Anda kelihatan seperti kuningan yang telah digosok hingga berkilauan. Walau
kuningan yang telah digosok itu nampaknya seperti emas, tetapi itu bukanlah
emas. Demikian pula, walau hayat alamiah kita boleh diperbaiki dan digosok, ia
tetap bukan Kristus. Dalam gereja-gereja lokal banyak sekali kuningan yang
diperbaiki, dan terlalu sedikit emas. Terlalu banyak hayat alamiah dan tidak
banyak Kristus.
Bila kita tidak memperhidupkan Kristus,
kita akan hidup menurut filsafat pribadi kita. Ketika saya mengatakan kepada
kaum beriman bahwa mereka perlu diseimbangkan dan ditundukkan dalam kehidupan
pernikahan mereka, saya memberi mereka filsafat, bukan kekayaan Kristus. Pada waktu
itu filsafat saya adalah suatu campuran antara Alkitab dengan ajaran etis
tertentu yang saya terima sejak kecil. Karena itu, yang saya persekutukan
kepada kaum beriman mengenai masalah pernikahan itu adalah kebudayaan, bukan
Kristus. Pada aspek-aspek tertentu memang filsafat saya baik sekali. Saya dapat
membelanya dengan menampilkan ayat-ayat Perjanjian Baru yang menyatakan istri harus
patuh kepada suami, dan suami harus mengasihi istri.
Jika kita ingin menikmati Kristus dan
mengalami Dia melalui menjadi satu roh dengan-Nya, kita harus beralih dari
semua standar, peraturan, ketetapan, dan prinsip yang telah kita buat bagi diri
kita sendiri. Memberi tahu orang lain bahwa mereka perlu diseimbangkan dan
ditundukkan berarti mempersekutukan suatu standar kepada mereka. Hari ini saya
tidak menyuplaikan standar, saya hanya menyuplaikan Kristus. Saya akan
menganjuri semua orang beriman untuk tidak lagi menetapkan standar dan
peraturan, tetapi berkontak terus dengan Kristus sebagai Roh pemberi-hayat. Jika
Anda berwatak lamban, janganlah mencoba menjadi orang yang cepat; jika Anda
cepat, jangan pula mencoba menjadi lambat. Jangan mencoba menyeimbangkan diri
sendiri, perhidupkan saja Kristus. Biar Kristus yang menjadi standar,
peraturan, prinsip, dan sasaran Anda.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 39
No comments:
Post a Comment