Pembacaan
Alkitab: Flp. 1:21
Maksud Paulus menampilkan wahyu yang alwasi
tentang Kristus ini ialah membantu kaum beriman untuk dibebaskan dari konsepsi
kebudayaan mereka. Menurut Kisah Para Rasul 10, dalam pandangan Allah, di
antara binatang-binatang dan reptil-reptil itu tidak berbeda dalam hal mana
yang tahir dan mana yang najis. Dari keengganan Petrus untuk menaati suara yang
menyuruhnya menyembelih dan makan, jelas Petrus masih tetap bertindak menurut pilihan
atau selera kebudayaannya. Selera sedemikian menyebabkan kita terpecah-belah,
dan membuat kita tidak mungkin mewujudkan satu manusia baru. Dalam manusia baru
tidak ada kedudukan bagi orang Yahudi atau Yunani, orang yang bersunat atau
yang tidak bersunat. Tidak ada pula tempat bagi orang Barbar atau Skit. Dalam
manusia baru, semua tempat hanya bagi Kristus. Kristus adalah semua dan di
dalam segala sesuatu. Ini berarti Kristus merupakan tiap bagian dari manusia
baru dan berada di dalam setiap bagian. Sasaran dari wahyu yang alwasi tentang Kristus
ini ialah agar kita semua dapat memperhidupkan Kristus. Jika kita
memperhidupkan Kristus, tidak akan ada perbedaan pada makanan macam apa yang
kita makan. Ketika kita mengunjungi tempat-tempat tertentu, kita tidak boleh
mengatakan karena kita orang Kristen, maka kita tidak boleh makan makanan
tertentu. Pilihan atau selera seperti itu adalah di luar kehidupan manusia baru.
Kitab Kolose mewahyukan Kristus secara
alwasi demi menanggulangi kebudayaan kita. Kebudayaan dengan licik dan tersembunyi
menggantikan Kristus. Kita semua mengecam dosa, tetapi kita tidak mengecam
kebudayaan. Belakangan ini Tuhan memperlihatkan kepada saya bahwa Kitab 1
Korintus menanggulangi masalah dosa, Kitab Galatia menanggulangi masalah agama
dan hukum Taurat, dan Kitab Kolose menanggulangi kebudayaan. Filsafat, tradisi,
dan unsur-unsur dunia adalah aspek-aspek kebudayaan. Demikian pula, berbagai
macam ajaran seperti pertapaan dan Gnostikisme. Kemudian saya mulai lebih
memperhatikan perbandingan antara 1 Korintus 12:12-13, Galatia 3:27-28, dan
Kolose 3:10-11. Jika Anda membaca ayat-ayat tersebut dengan teliti, Anda akan
menjumpai bahwa dalam 1 Korintus 12:12-13 dan Galatia 3:27-28 tidak disebut
Barbar atau Skit. Tetapi Kolose 3:11 menyebut orang-orang bersunat atau tidak
bersunat, Barbar atau Skit. Ini suatu petunjuk bahwa dalam Kitab Kolose Paulus
menanggulangi kebudayaan. Skit adalah orang-orang paling biadab. Menurut
tafsiran M. R. Vincent dalam bukunya “Word Studies in the New Testament”,
Skit dalam Kolose 3:11 adalah orang-orang yang mempersembahkan manusia sebagai
kurban, mereka juga menguliti kepala musuh-musuh yang dibunuh, adakalanya menguliti
seluruh tubuhnya, bahkan menggunakan tengkorak korban mereka sebagai cawan
minum. Barbar yang disebut dalam ayat ini termasuk semua bangsa selain Yunani dan
Yahudi. Ini adalah petunjuk kuat bahwa dalam Kitab Kolose Paulus prihatin
kepada kebudayaan manusia. Bahkan yang bersunat dan yang tidak bersunat,
walaupun berkaitan dengan agama, tetapi juga berkaitan dengan kebudayaan.
Tuhan Yesus sekarang ingin menanggulangi
gangguan tersembunyi yang disebabkan oleh kebudayaan kita. Kita harus mengakui
bahwa kita tidak cukup banyak memperhidupkan Kristus. Kita telah terganggu dari
memperhidupkan Kristus terutama bukan oleh dosa atau dunia, tetapi oleh
kebajikan dan kehidupan insani yang telah “diperbaiki”. Justru “perbaikan”
kehidupan insani kita itulah yang menghambat kita dalam memperhidupkan Kristus.
Dari hari ke hari kita jauh lebih banyak hidup oleh “kebaikan” kita daripada oleh
Kristus. Rasul Paulus dapat berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Flp.
1:21). Tetapi, kita tidak dapat berkata demikian selama kita hidup terutama
berdasarkan kebudayaan kita, termasuk kebudayaan hidup gereja, dan tidak hidup
berdasarkan Kristus. Kebudayaan hidup gereja telah memenuhi gereja-gereja lokal.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 41
No comments:
Post a Comment