Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:18-22
Dalam 2:8, 18, dan 20 Paulus menyebutkan
sejumlah hal: filsafat, tradisi, unsur-unsur dunia, kerendahan hati, penyembahan
terhadap malaikat, dan peraturan-peraturan. Sebenarnya semuanya itu dapat
diringkas dalam satu istilah, yaitu kebudayaan. Filsafat merupakan salah satu
produk tertinggi dari kebudayaan manusia. Tradisi juga berkaitan dengan
kebudayaan. Faktanya, tradisi berasal dari kebudayaan, dan kebudayaan terwujud
di dalam tradisi. Kalau tidak ada kebudayaan, tidak ada tradisi; dan jika tidak
ada tradisi, tidak ada pula kebudayaan. Tidak hanya demikian, unsur-unsur
dunia, yaitu prinsip-prinsip awal dari ajaran- ajaran dasar juga adalah
aspek-aspek dari kebudayaan. Kerendahan hati adalah kebajikan yang terdapat di
antara kebanyakan orang yang berkebudayaan. Semakin diperhalus dan berbudaya,
orang akan semakin rendah hati. Tetapi semakin tidak berbudaya dan biadab
seseorang, ia akan semakin tidak rendah hati. Karena itu, kerendahan hati
berkaitan erat dengan kehalusan kebudayaan. Tidak hanya demikian, penyembahan
terhadap malaikat terdapat di kalangan orang-orang yang berkebudayaan tinggi. Orang-orang
yang kebudayaannya rendah mungkin menyembah binatang-binatang, tetapi mereka
yang berkebudayaan lebih tinggi mungkin menyembah malaikat-malaikat. Penyembahan
terhadap malaikat sebenarnya merupakan bentuk penyembahan berhala yang
diperhalus, suatu praktek yang masih terdapat dalam aliran kekristenan tertentu
hari ini. Beberapa orang mungkin malah membenarkan penyembahan terhadap malaikat
dengan mengatakan bahwa hal itu lebih baik daripada menyembah binatang-binatang.
Terakhir, peraturan-peraturan manusia berkaitan dengan kebudayaannya. Peraturan-peraturan
adalah ketetapan-ketetapan yang berkaitan dengan cara hidup kita. Sebagai contoh,
etika makan adalah suatu peraturan. Orang-orang yang lebih berbudaya memiliki
lebih banyak peraturan. Semakin berbudaya, orang lebih bisa berkata, “Jangan
pegang ini, jangan kecap itu, dan jangan sentuh ini. ”
Dalam bagian Kitab Kolose yang membahas
masalah pengalaman yang riil atas Kristus, Paulus mencatat banyak hal yang
mengganggu pengalaman tersebut. Hal-hal yang disinggung dalam Kitab Kolose
sangat berlainan dengan apa yang tercantum dalam Kitab 1 Korintus, di mana
Paulus menanggulangi perpecahan, kedengkian, percabulan, dan persengketaan. Dalam
Kitab Galatia Paulus menanggulangi hukum Taurat yang merupakan gangguan
terhadap pengalaman atas Kristus. Tetapi dalam Kitab Kolose dia tiba kepada masalah
kebudayaan yang tersembunyi dan licik. Orang-orang Kristen menghakimi perzinaan
dan perpecahan dan sebagian besar memahami bahwa hukum Taurat sudah berlalu. Tetapi
siapa yang menyangkal kebudayaan sebagai satu penghambat terhadap kenikmatan
atas Kristus? Bahkan di antara kita pun jarang sekali orang yang menghakimi kebudayaan
karena alasan ini.
Kita perlu ingat bahwa Kitab Kolose tidak
ditulis untuk menanggulangi dosa atau hukum Taurat, melainkan kebudayaan. Kristus
yang diwahyukan dalam Kitab Kolose tidak dapat dialami kecuali
hambatan-hambatan kebudayaan telah tersingkap dan ditanggulangi. Kita mungkin
berpegang pada kebudayaan kita sambil mengalami Kristus yang diwahyukan dalam
kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya. Tetapi untuk mengalami Kristus almuhit
yang terungkap dalam Kitab Kolose, kita perlu menyangkal dan menolak gangguan
yang ditimbulkan oleh kebudayaan kita itu.
Dalam Kitab Kolose pertama-tama Paulus
menampilkan wahyu yang obyektif, dan kemudian ministri yang subyektif. Dalam
pasal 2 yang membahas pengalaman yang riil atas Kristus, dia menunjukkan bahwa
penghambat yang paling licik terhadap kenikmatan atas Kristus ialah kebudayaan kita.
Tentang wahyu yang obyektif atas Kristus, Kitab Kolose memberi kita wahyu yang
tertinggi. Seprinsip dengan itu, tentang pengalaman yang riil atas Kristus, kitab
ini menunjukkan gangguan yang paling licik. Semoga kita semua terkesan oleh
fakta ini bahwa jika kita ingin memiliki pengalaman yang riil atas Kristus yang
almuhit, kita harus menanggulangi kebudayaan kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 40
No comments:
Post a Comment