Hitstat

25 August 2014

Kolose - Minggu 22 Senin



Pembacaan Alkitab: Mat. 28:19; Kol. 1:26


Beberapa orang Kristen tersinggung ketika kita berbicara tentang Allah yang telah melalui proses. Mereka akan berkata, “Bukankah Allah itu kekal, tidak terbatas, Mahakuasa, dan tidak berubah? Bagaimana mungkin Ia melalui proses?” Jangan berbantah dengan orang tentang hal ini, tetapi tampilkan saja fakta-fakta dalam firman Allah. Alkitab mewahyukan bahwa pada suatu hari Allah menjadi daging. Yohanes 1:14 mengatakan bahwa Firman itu menjadi daging. Bukankah ini berarti suatu proses? Jika dalam inkarnasi tidak terkandung suatu proses, bagaimana Allah yang kekal dan tidak terbatas itu menjadi seorang manusia yang terbatas? Setelah tiga puluh tiga setengah tahun, persona yang telah melalui proses ini naik ke atas salib dan mati. Beberapa orang mungkin merasa heran mendengar bahwa Allah telah disalibkan. Namun kita harus ingat, persona yang disalibkan itu adalah Allah yang berinkarnasi. Setelah penyaliban-Nya, Kristus lalu dikuburkan. Kemudian, Ia melalui maut dan muncul kembali dalam kebangkitan. Bukankah itu juga bagian dari suatu proses? Kristus dikuburkan dengan tubuh jasmani seperti yang kita miliki. Tetapi ketika Ia keluar dari kubur dalam kebangkitan, Ia mengenakan satu tubuh rohani. Tentu saja ini menunjukkan suatu proses. Sebab itu, kita dapat berkata dengan yakin bahwa Allah kita telah melalui proses. Ia telah melalui proses melalui inkarnasi menjadi seorang manusia, dan kemudian Ia telah melalui proses melalui kebangkitan menjadi Roh pemberi-hayat (1 Kor. 15:45).

Hari ini Allah kita bukan hanya Pencipta yang diwahyukan dalam Kejadian 1:1, Ia pun Allah yang telah melalui proses, seperti yang diwahyukan dalam Matius 28:19. Matius 28:19 lebih rumit daripada Kejadian 1:1 yang hanya mengatakan pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Tetapi Matius 28:19 menyuruh kita untuk membaptis orang “ke dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus”. Ayat ini mengatakan satu nama dari Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Nama Allah di sini ialah Bapa-Putra-Roh. Karena kemiskinan bahasa kita, kita terpaksa memakai istilah “persona” dalam membicarakan Bapa, Putra, dan Roh, menyebut tiga persona dari Sang Tritunggal itu. Kita telah mengatakan demikian dalam baris pertama sebuah kidung kita (No. 447): Bapa, Putra, dan Roh itulah Allah, Tiga person, tapi esa saja. Namun kita tidak boleh menekankan istilah ini terlalu jauh, karena menghindari tanpa sadar menyetujui doktrin triteisme, kepercayaan yang menganggap Bapa, Putra, dan Roh adalah tiga Allah. Kita jelas tidak percaya triteisme; kita percaya satu Allah yang sejati, yang menurut Matius 28:19 disebut Bapa, Putra, dan Roh. Inilah Allah yang telah melalui proses yang ke dalam nama-Nya kita membaptiskan orang.

Kata “baptis” (Inggris: baptize) adalah sebuah bentuk kata serapan dari kata Yunani “baptizo” yang berarti mencelup atau merendam suatu benda ke dalam air. Dalam pembaptisan, kita dicelup ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh. Namun, banyak orang Kristen berdebat tentang metode pembaptisan atau tentang jenis air yang dipergunakan; mereka kurang atau tidak memahami realitas rohani yang dilambangkan oleh air. Karena hubungan kita dengan Tuhan misterius dan rohani, maka Alkitab memakai lambang jasmani dari baptisan untuk menyatakan kesatuan kita dengan Allah Tritunggal. Dicelup dalam air baptisan menandakan bahwa satu orang beriman diletakkan ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh.

Nama dalam Matius 28:19 menunjukkan totalitas dari Sang ilahi. Karenanya nama sama dengan persona. Ditaruh ke dalam nama berarti ditaruh ke dalam persona. Membaptiskan satu orang beriman ke dalam nama Allah Tritunggal berarti mencelupnya ke dalam segala apa adanya Allah. Memiliki nama berarti memiliki persona. Membaptiskan orang ke dalam nama Bapa, Putra, dan Roh berarti membaptiskan orang ke dalam persona yang ajaib. Air yang dipakai dalam pembaptisan melambangkan persona ajaib dari Allah Tritunggal. Bila kita membaptiskan orang, kita harus memberi tahu orang itu bahwa air yang mencelupnya itu adalah lambang Allah Tritunggal. Ketika kita mencelup mereka ke dalam air, kita sebenarnya meletakkan mereka ke dalam Allah Tritunggal.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 2, Berita 43

No comments: