Hitstat

15 September 2014

Kolose - Minggu 25 Senin



Pembacaan Alkitab: Ef. 4:13


Fungsi kebudayaan dapat diibaratkan seperti fungsi hukum Taurat di dalam Alkitab. Hukum Taurat diberikan oleh Allah. Roma 7:12 mengatakan bahwa “Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.” Jika digunakan dengan tepat, hukum Taurat dapat menjaga umat pilihan Allah sampai kedatangan Kristus. Tetapi, seperti ditunjukkan dalam Kitab Galatia, hukum Taurat telah disalahgunakan oleh para penganut agama Yahudi. Sekarang, karena Kristus telah datang, hukum Taurat harus mengantarkan umat pilihan Allah kepada Kristus. Tetapi para penganut agama Yahudi menyalahgunakan hukum Taurat, bahkan menggunakannya secara berlebihan. Konsepsi para pengamat agama Yahudi bahkan menjalar ke dalam gereja, menyesatkan kaum beriman Yahudi sejati di dalam Kristus untuk kembali kepada hukum Taurat. Walaupun kebudayaan benar dan perlu, kebudayaan juga bisa disalahgunakan dan benar-benar dapat memisahkan orang dari Kristus. Kebudayaan harus dipakai untuk menjaga anak-anak sampai mereka dapat menerima Kristus dan hidup menurut Kristus. Anak-anak perlu dijaga oleh kebudayaan sementara mereka bertumbuh.

Sekarang, karena kita telah menerima Kristus, Dia, Sang almuhit dan alwasi, harus menggantikan setiap aspek dari kebudayaan kita dengan diri-Nya sendiri. Kita telah nampak bahwa manusia yang telah jatuh menggunakan kebudayaan sebagai pengganti Allah. Pertama, kebudayaan yang demikian adalah pengganti Allah. Kemudian Kristus datang untuk menggantikan pengganti ini dengan diri-Nya sendiri. Karena kita bukan anak-anak lagi, kita perlu Kristus untuk menggantikan setiap unsur dari kebudayaan kita. Ini tidak berarti kita harus merendahkan kebudayaan. Sebaliknya, itu berarti kita harus mengasihi Kristus. Kalau kita dipenuhi dengan Kristus hingga meluap, tidak ada tempat sedikit pun dalam diri kita bagi hal yang lain. Setiap bagian dari diri kita akan diduduki oleh Kristus dan bersama Kristus. Kemudian, dalam pengalaman kita, kita akan memiliki kepenuhan Kristus. Kita akan dipenuhi Kristus sampai batas kapasitas kita. Kristus yang memenuhi diri kita akan menggantikan kebudayaan kita dengan diri-Nya sendiri. Inilah wahyu dalam Kitab Kolose.

Karena Kristus itu alwasi dan almuhit, pada-Nya tidak ada kekurangan. Jika kita memiliki Kristus yang sedemikian dalam pengalaman kita, kita tidak akan memerlukan hal lain. Tidak ada keperluan yang tidak dapat Dia puaskan, dan tidak ada kapasitas untuk menerima Dia yang tidak dapat Dia penuhi. Karena kita mempunyai Kristus yang almuhit, kita tidak perlu agama Yahudi, Gnostikisme, atau pertapaan. Kita memiliki Kristus yang almuhit dan alwasi beserta kepenuhan-Nya. Dia dapat memenuhi alam semesta, dan Dia tidak akan habis dipakai. Kita tidak perlu hal lain, baik yang kuno maupun yang modern, untuk menggantikan Kristus. Kita bahkan tidak perlu kebudayaan buatan sendiri atau ketetapan sendiri. Saya prihatin bahwa banyak di antara kita yang tetap hidup menurut kebudayaan yang kita tentukan sendiri. Kaum saleh ini selalu menetapkan pengekangan atas diri mereka, dan hidup menurut semuanya itu. Kita tidak perlu tinggal di dalam penjagaan kebudayaan buatan sendiri. Sebaliknya, kita harus tinggal di dalam Kristus dan dalam kebebasan yang kita miliki dalam Kristus. Kita perlu dipenuhi dengan Kristus sampai meluap. Inilah konsepsi yang mendasari Kitab Kolose. Kristus, Sang alwasi, harus menggantikan setiap unsur kehidupan manusia alamiah kita. Ini mengharuskan kita untuk tidak berpegang kepada apa pun yang berasal dari kebudayaan kita, sebab hal itu akan menghasilkan suatu campuran. Biarlah Kristus yang murni memenuhi diri kita, dan menggantikan setiap aspek dari kehidupan manusia alamiah kita dengan diri-Nya sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 49

No comments: