Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 3:13
Ayat 13
dimulai dengan "Kiranya ... supaya",
menunjukkan dampak atau akibat dari ayat-ayat sebelumnya, khususnya ayat 6-12. Kita
perlu membaca ayat 6-13 sebagai bagian yang lengkap. Kemudian kita akan nampak
bahwa ayat 13 merupakan kesimpulan dari yang dibahas Paulus dalam bagian ini.
Dalam ayat-ayat ini Paulus memperhatikan iman dan kasih orang Tesalonika. Ia menghendaki
agar iman mereka disempurnakan dan kasih mereka bertambah-tambah serta berlimpah-limpah
sehingga Tuhan dapat meneguhkan hati mereka.
Hati kita tetap perlu diteguhkan. Ini
berlaku bagi yang muda maupun yang tua. Saya memaklumi pengalaman orang muda.
Saya pun memaklumi bahwa orang muda mudah berubah. Saya masih ingat pengalaman
saya di masa muda puluhan tahun yang lalu. Orang muda tidaklah mantap. Kini,
sebagai orang yang tua, saya juga dapat membicarakan mereka yang tua. Orang tua
tidaklah lebih mantap daripada orang muda. Sebenarnya tidak ada seorang pun yang
menurut hayat insani alamiahnya bisa mantap di dalam hatinya. Sebagai manusia,
kita semua mudah berubah. Sekadar bertambah tua dalam usia, tidaklah berarti
ada perubahan yang mendasar dalam sifat kita. Misalkan, gelas itu sangat rapuh.
Setelah berselang 50 tahun, gelas itu tetap rapuh. Umur tidak membuatnya lebih
kuat. Sama halnya dengan hidup manusia. Yang tua maupun yang muda mudah berubah
hatinya. Sebab itu, saya sarankan kepada kalian terutama yang tidak terlalu
muda, janganlah menaruh keyakinan pada hati Anda. Berhubung begitu mudah
berubah-ubah, hati kita tidak boleh dipercaya sama sekali.
Meskipun hati kita perlu diteguhkan,
namun kita tidak sanggup melakukannya sendiri. Hanya Tuhan yang dapat meneguhkan
hati kita. Jadi, kita memerlukan Dia untuk meneguhkan hati kita dengan kukuh,
dan dibangun.
Kadang-kadang kita mengkritik orang lain
mudah berubah-ubah, sedangkan kita sendiri juga berubah-ubah. Misalnya, seorang
saudara memberi tahu putrinya agar jangan percaya kepada seorang pemuda karena
ia itu plin-plan, mudah berubah. Sebagai orang tua kita boleh saja berkata
demikian demi melindungi anak-anak kita. Demikian juga, demi memperhatikan kaum
beriman baru, kita boleh juga mengingatkan mereka agar jangan sembarang percaya
kepada orang-orang tertentu yang plin plan. Akan tetapi bagaimana dengan diri kita?
Apakah kita ini tidak plin plan? Saya harus mengakui bahwa dalam hayat alamiah,
saya ini sangat plin plan. Malahan kebanyakan keadaan plin plan tersebut
bersifat negatif. Beberapa tahun yang lampau, saya mencatat beberapa hal dalam
buku harian saya, misalkan mengenai bagaimana saya membereskan suatu perkara
khusus dengan tuntas di hadapan Tuhan. Namun bertahun-tahun kemudian saya tidak
berani membaca apa yang telah saya tuliskan itu, karena setelah menulis catatan
yang sedemikian itu, saya mengalami perubahan.
Kita harus nampak dan mengakui bahwa
hati kita plin plan. Sebab itu, kita perlu menerima belas kasihan dan anugerah dari
Tuhan agar Dia ada kesempatan meneguhkan hati kita. Ia sedang menunggu izin
kita sebelum melakukan peneguhan itu di batin kita. Setelah hati kita
diteguhkan, hati kita akan tak bercacat.
Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 20
No comments:
Post a Comment