Hitstat

17 January 2015

1 Tesalonika - Minggu 10 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 3:13


Ayat 13 dimulai dengan "Kiranya ... supaya", menunjukkan dampak atau akibat dari ayat-ayat sebelumnya, khususnya ayat 6-12. Kita perlu membaca ayat 6-13 sebagai bagian yang lengkap. Kemudian kita akan nampak bahwa ayat 13 merupakan kesimpulan dari yang dibahas Paulus dalam bagian ini. Dalam ayat-ayat ini Paulus memperhatikan iman dan kasih orang Tesalonika. Ia menghendaki agar iman mereka disempurnakan dan kasih mereka bertambah-tambah serta berlimpah-limpah sehingga Tuhan dapat meneguhkan hati mereka.

Hati kita tetap perlu diteguhkan. Ini berlaku bagi yang muda maupun yang tua. Saya memaklumi pengalaman orang muda. Saya pun memaklumi bahwa orang muda mudah berubah. Saya masih ingat pengalaman saya di masa muda puluhan tahun yang lalu. Orang muda tidaklah mantap. Kini, sebagai orang yang tua, saya juga dapat membicarakan mereka yang tua. Orang tua tidaklah lebih mantap daripada orang muda. Sebenarnya tidak ada seorang pun yang menurut hayat insani alamiahnya bisa mantap di dalam hatinya. Sebagai manusia, kita semua mudah berubah. Sekadar bertambah tua dalam usia, tidaklah berarti ada perubahan yang mendasar dalam sifat kita. Misalkan, gelas itu sangat rapuh. Setelah berselang 50 tahun, gelas itu tetap rapuh. Umur tidak membuatnya lebih kuat. Sama halnya dengan hidup manusia. Yang tua maupun yang muda mudah berubah hatinya. Sebab itu, saya sarankan kepada kalian terutama yang tidak terlalu muda, janganlah menaruh keyakinan pada hati Anda. Berhubung begitu mudah berubah-ubah, hati kita tidak boleh dipercaya sama sekali.

Meskipun hati kita perlu diteguhkan, namun kita tidak sanggup melakukannya sendiri. Hanya Tuhan yang dapat meneguhkan hati kita. Jadi, kita memerlukan Dia untuk meneguhkan hati kita dengan kukuh, dan dibangun.

Kadang-kadang kita mengkritik orang lain mudah berubah-ubah, sedangkan kita sendiri juga berubah-ubah. Misalnya, seorang saudara memberi tahu putrinya agar jangan percaya kepada seorang pemuda karena ia itu plin-plan, mudah berubah. Sebagai orang tua kita boleh saja berkata demikian demi melindungi anak-anak kita. Demikian juga, demi memperhatikan kaum beriman baru, kita boleh juga mengingatkan mereka agar jangan sembarang percaya kepada orang-orang tertentu yang plin plan. Akan tetapi bagaimana dengan diri kita? Apakah kita ini tidak plin plan? Saya harus mengakui bahwa dalam hayat alamiah, saya ini sangat plin plan. Malahan kebanyakan keadaan plin plan tersebut bersifat negatif. Beberapa tahun yang lampau, saya mencatat beberapa hal dalam buku harian saya, misalkan mengenai bagaimana saya membereskan suatu perkara khusus dengan tuntas di hadapan Tuhan. Namun bertahun-tahun kemudian saya tidak berani membaca apa yang telah saya tuliskan itu, karena setelah menulis catatan yang sedemikian itu, saya mengalami perubahan.

Kita harus nampak dan mengakui bahwa hati kita plin plan. Sebab itu, kita perlu menerima belas kasihan dan anugerah dari Tuhan agar Dia ada kesempatan meneguhkan hati kita. Ia sedang menunggu izin kita sebelum melakukan peneguhan itu di batin kita. Setelah hati kita diteguhkan, hati kita akan tak bercacat.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 20

No comments: