Hitstat

10 January 2015

1 Tesalonika - Minggu 9 Sabtu



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 5:16-28


Ayat 16 mengatakan, "Bersukacitalah senantiasa." Anjuran ini didasarkan pada keadaan yang disebutkan dalam ayat 14-15. Bersukacita mencakup menyeru nama Tuhan. Dapatkah Anda bersukacita di dalam Tuhan tanpa menyeru nama-Nya? Saya tidak yakin hal itu bisa terjadi. Kita mustahil bersukacita dalam Tuhan tanpa menyebut nama-Nya. Karena itu, nama Tuhan tersirat dalam pesan Paulus untuk bersukacita senantiasa. Sebab itu, ketika kita bersukacita, kita bersukacita karena nama Tuhan.

Dikatakan oleh Paulus dalam ayat 17, "Tetaplah berdoa." Yang dimaksudkannya ialah bersekutu tanpa henti dengan Allah dalam roh kita. Hal ini perlu dipertahankan dengan gigih (Rm. 12:12; Kol. 4:2) dengan roh yang kuat (Ef. 6:18). Dalam ayat 18 dilanjutkan, "Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." Kita harus bersyukur dalam segala hal karena segala hal bekerja bersama-sama untuk kebaikan kita, agar kita dapat diubah dan diserupakan dengan gambar Kristus (Rm. 8:28-29). Allah ingin kita menempuh hidup yang bersukacita, berdoa, dan bersyukur. Kehidupan semacam ini merupakan kemuliaan bagi Allah dan memalukan musuh-Nya.

Ayat 19 Paulus meneruskan, "Janganlah padamkan Roh." Roh itu menyebabkan roh kita menyala-nyala (Rm. 12:11) dan karunia kita berkobar (2 Tim. 1:6). Karena itu, kita tidak seharusnya memadamkan-Nya.

Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang diilhami dan digerakkan oleh roh. Sepanjang hari kita seharusnya mengalami Roh itu mengilhami dan menggerakkan kita, beroperasi dan beraktivitas di dalam kita. Jadi, janganlah memadamkan Roh itu, melainkan kobarkanlah nyala api yang ada di dalam kita. Istilah "memadamkan" menyiratkan ada api. Roh itu menyala di dalam kita. Kita tidak boleh memadamkan api ini, sebaliknya harus mengobarkannya.

Dikatakan Paulus dalam ayat 20-21, "Dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat (perkataan penutur sabda). Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik." Menganggap rendah di sini ialah menganggap tidak ada, menganggap remeh atau ringan. Nubuat-nubuat (perkataan penutur sabda) dalam ayat 20 mengacu kepada tutur sabda yang berasal dari wahyu, tidak selalu merupakan ramalan (lihat 1 Kor. 14:1, 3-4). Bertutur sabda ialah berbicara bagi Tuhan dan mengutarakan Tuhan. Hanya sebagian kecil dari tutur sabda yang bersangkut-paut dengan ramalan. Kita tidak boleh menyepelekan pembicaraan semacam ini. Ujilah segala sesuatu mencakup membedakan perkataan penutur sabda (1 Kor. 14:29), membedakan roh-roh (1 Kor. 12:10), menguji roh-roh (1 Yoh. 4:1), membuktikan apa itu kehendak Allah (Rm. 12:2), dan membuktikan apa yang berkenan kepada Tuhan (Ef. 5:10). Di satu pihak, kita tidak boleh menyepelekan perkataan penutur sabda; di pihak lain, kita tidak boleh mengikutinya secara membuta. Kita perlu membuktikan segala sesuatu, menguji segala sesuatu, dan kemudian berpegang teguh pada yang baik.


Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 18

No comments: