Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 5:16-28
Ayat 16 mengatakan, "Bersukacitalah senantiasa." Anjuran ini didasarkan pada keadaan yang disebutkan
dalam ayat 14-15. Bersukacita mencakup menyeru nama Tuhan. Dapatkah Anda
bersukacita di dalam Tuhan tanpa menyeru nama-Nya? Saya tidak yakin hal itu
bisa terjadi. Kita mustahil bersukacita dalam Tuhan tanpa menyebut nama-Nya.
Karena itu, nama Tuhan tersirat dalam pesan Paulus untuk bersukacita
senantiasa. Sebab itu, ketika kita bersukacita, kita bersukacita karena nama
Tuhan.
Dikatakan oleh Paulus dalam ayat 17, "Tetaplah berdoa." Yang dimaksudkannya ialah
bersekutu tanpa henti dengan Allah dalam roh kita. Hal ini perlu dipertahankan
dengan gigih (Rm. 12:12; Kol. 4:2) dengan roh yang kuat (Ef. 6:18). Dalam ayat
18 dilanjutkan, "Ucapkanlah syukur dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." Kita harus bersyukur dalam segala hal karena
segala hal bekerja bersama-sama untuk kebaikan kita, agar kita dapat diubah dan
diserupakan dengan gambar Kristus (Rm. 8:28-29). Allah ingin kita menempuh hidup
yang bersukacita, berdoa, dan bersyukur. Kehidupan semacam ini merupakan
kemuliaan bagi Allah dan memalukan musuh-Nya.
Ayat 19 Paulus meneruskan, "Janganlah padamkan Roh." Roh itu menyebabkan roh kita
menyala-nyala (Rm. 12:11) dan karunia kita berkobar (2 Tim. 1:6). Karena itu, kita
tidak seharusnya memadamkan-Nya.
Kehidupan orang Kristen adalah kehidupan yang diilhami dan
digerakkan oleh roh. Sepanjang hari kita seharusnya mengalami Roh itu
mengilhami dan menggerakkan kita, beroperasi dan beraktivitas di dalam kita.
Jadi, janganlah memadamkan Roh itu, melainkan kobarkanlah nyala api yang ada di
dalam kita. Istilah "memadamkan" menyiratkan ada api. Roh itu menyala
di dalam kita. Kita tidak boleh memadamkan api ini, sebaliknya harus
mengobarkannya.
Dikatakan Paulus dalam ayat 20-21, "Dan janganlah anggap rendah
nubuat-nubuat (perkataan penutur sabda). Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang
baik." Menganggap rendah di sini
ialah menganggap tidak ada, menganggap remeh atau ringan. Nubuat-nubuat
(perkataan penutur sabda) dalam ayat 20 mengacu kepada tutur sabda yang berasal
dari wahyu, tidak selalu merupakan ramalan (lihat 1 Kor. 14:1, 3-4). Bertutur
sabda ialah berbicara bagi Tuhan dan mengutarakan Tuhan. Hanya sebagian kecil dari
tutur sabda yang bersangkut-paut dengan ramalan. Kita tidak boleh menyepelekan pembicaraan
semacam ini. Ujilah segala sesuatu mencakup membedakan perkataan penutur sabda (1
Kor. 14:29), membedakan roh-roh (1 Kor. 12:10), menguji roh-roh (1 Yoh. 4:1),
membuktikan apa itu kehendak Allah (Rm. 12:2), dan membuktikan apa yang
berkenan kepada Tuhan (Ef. 5:10). Di satu pihak, kita tidak boleh menyepelekan
perkataan penutur sabda; di pihak lain, kita tidak boleh mengikutinya secara membuta.
Kita perlu membuktikan segala sesuatu, menguji segala sesuatu, dan kemudian
berpegang teguh pada yang baik.
Sumber: Pelajaran-Hayat Tesalonika, Buku 2, Berita 18
No comments:
Post a Comment